5.2. Peramalan Harga Ayam di Bandung
5.2.1. Identifikasi Pola Data Harga Ayam di Bandung
Berdasarkan plot data harga ayam di Bandung, memperlihatkan bahwa data tersebut memiliki kecenderungan yang positif. Plot data yang memiliki
kecenderungan positif, mengindikasikan bahwa data memiliki unsur trend yang diperlihatkan dari garis rata-rata yang meningkat. Dari plot autokorelasi data
diduga memiliki unsur musiman, tetapi tidak terlihat jelas karena time lag yang berbeda nyata dari nol tidak mempunyai jarak yang sama Lampiran 1. Plot data
juga menunjukkan bahwa harga ayam di Ba ndung mengalami fluktuasi yang sangat besar. Permintaan konsumen merupakan salah satu hal yang menyebabkan
harga ayam menjadi meningkat pada saat permintaan melonjak naik. Di sisi lain pasokan dari penjualpeternak dapat menyebabkan harga turun bila ayam yang
dipasok ke pasaran relatif lebih banyak.
Harga Ayam di Bandung
10.000 11.000
12.000 13
.00 14.000
15.000 16
.00 17.000
18.000 19.000
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57
Periode bulan ke- Harga Rpkg
Gambar 7. Plot Data Harga Ayam di Bandung
Model tentatif yang digunakan adalah model yang dianggap sesuai dengan pola data harga ayam di Bandung yang memiliki unsur trend dan musiman.
Beberapa model tentatif akan disajikan sebagai bahan perbandingan dan untuk menentukan model tentatif yang terbaik.
5.2.2. Model Peramalan Harga Ayam di Bandung
Setelah melakukan langkah identifikasi pola data, tahap berikutnya adalah penerapan model peramalan time series yang sesuai dengan pola data yang akan
dianalisis. Model terbaik yang akan digunakan untuk meramalkan harga ayam di Bandung ditentukan dengan melihat nilai MSE terkecil. Tabel 7 menyajikan nilai
MSE hasil penerapan beberapa model time series yang dianggap sesuai dengan pola data harga ayam di Bandung.
Berdasarkan hasil penerapan beberapa model peramalan time series pada Tabel 7, nilai MSE terkecil diperoleh melalui model SARIMA 0,1,02,1,0
12
. Nilai MSE terkecil yang diperoleh berdasarkan model SARIMA 0,1,02,1,0
12
adalah sebesar 327.960. Berdasarkan hasil diagnostik model, terdapat beberapa alternatif model
ARIMA yang memenuhi syarat, yaitu SARIMA 0,1,00,1,1
12
, dan SARIMA 0,1,01,1,0
12
. Kedua model alternatif ARIMA tersebut telah memenuhi kriteria iterasi ya ng harus konvergen. Hal ini dibuktikan oleh pernyataan relative change
in each estimate less than 0,0010 pada sesion. Kriteria residual acak juga telah dipenuhi oleh kedua model tersebut, hal ini ditunjukkan pada indikator modified
Box-Pierce Statistic dengan nilai P-value untuk uji statistik lebih besar dari 0,05. Syarat stasioneritas ataupun invertibilitas terpenuhi oleh kedua model tersebut.
Hal ini dapat dibuktikan dengan mengamati jumlah koefisien MA, AR, SMA atau SAR yang masing- masing harus kurang dari satu.
Tabel 7. Nilai MSE Hasil Penerapan Model Time Series untuk Harga Ayam di Bandung
Metode Ordo L
MSE
Naïve 710.477
Rata-rata Sederhana 2.719.214
Rata-Rata Bergerak Sederhana 3
1.184.449 4
1.317.725 6
1.348.192 12
1.788.834 Rata-Rata Begerak Ganda
3 7.030.855
4 7.451.475
6 7.557.678
12 8.907.394
Pelicinan Eksponensial Tunggal 689.559
Pelicinan Eksponensial Ganda 754.462
Dekomposisi Aditif 3
1.298.690 4
1.313.934 6
1.317.939 12
1.286.898 Dekomposisi Multiplikatif
3 1.299.287
4 1.316.303
6 1.332.151
12 1.299.760
Winters Aditif 3
761.021 4
785.948 6
712.535 12
639.468 Winters Multiplikatif
3 757.162
4 793.652
6 730.876
12 669.746
ARIMA 0,1,02,1,0
12
327.960 0,1,00,1,1
12
737.297 0,1,01,1,0
12
1.220.203 Parameter yang diestimasi oleh kedua model tersebut sudah signifikan atau
berbeda nyata dari nol yang ditunjukkan oleh nilai P-value koefisien masing- masing model kurang dari 0,05. Kondisi parsimonious dianggap telah dipenuhi
oleh kedua model, karena model tersebut telah berada pada bentuk yang paling sederhana. Syarat terakhir yang harus dipenuhi oleh model adalah memiliki nilai
MSE yang terkecil dibandingkan dengan model yang lain dan kriteria ini dipenuhi oleh model SARIMA 0,1,02,1,0
12
. Berdasarkan kriteria tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa model SARIMA 0,1,02,1,0
12
lebih cocok untuk menjelaskan pola data harga ayam di Bandung. Dari output pada Lampiran 3
persamaan model tersebut adalah:
24 12
9825 ,
7532 ,
85 ,
193
− −
− −
=
t t
t
Y Y
Y Dimana:
t
Y = nilai ramalan harga ayam di Bandung untuk satu periode ke depan
12 −
t
Y = harga ayam di Bandung pada periode t-12
24 −
t
Y = harga ayam di Bandung pada periode t-24
Selain model ARIMA, model winters aditif dengan ordo L 12 merupakan pilihan terbaik berikutnya untuk meramalkan data harga ayam di
Bandung. Model ini memberikan kemudahan tetapi tetap mengutamakan tingkat keakuratan yang tinggi. Model winters aditif menghasilkan nilai MSE terkecil
berik utnya setelah model ARIMA, yaitu sebesar 639.468.
5.2.3. Peramalan Harga Ayam di Bandung dengan Model Peramalan
Terbaik
Berdasarkan penerapan model time series yang disesuaikan dengan pola data harga ayam di Bandung, model yang menghasilkan nilai MSE paling kecil
adalah model SARIMA 0,1,02,1,0
12
. Model ini selanjutnya digunakan sebagai model terbaik untuk meramalkan harga ayam di Bandung. Hasil Peramalan harga
ayam di Bandung ditampilkan pada Gambar 8 berikut.
Hasil Peramalan di Kota Bandung
15.000 16.000
17.000 18.000
19.000 20.000
21.000 22.000
23.000 24.000
25.000
Periode bulan Ke- Harga Rpkg
Forecast 19.827 19.462 19.816 17.904 18.264 20.105 21.825 21.904 23.505 22.736 21.632 22.592 22.415 24.484 59
60 61
62 63
64 65
66 67
68 69
70 71
72
Gambar 8. Hasil Peramalan Harga Ayam di Bandung
Dilihat dari kecenderungan hasil peramalan harga ayam di Bandung untuk 14 periode yang akan datang menunjukkan bahwa harga ayam di Bandung akan
mengalami kenaikan secara drastis yang diakibatkan oleh mekanisme pembentukan harga yang terjadi di pasar. Berdasarkan hasil peramalan diharapkan
adanya peran serta dari pihak terkait, agar ketidakstabilan harga dapat dihindari dan tidak merugikan pihak konsumen maupun produsen.
5.3. Peramalan Harga Ayam di Semarang