Pengendalian mutu beton Pengendalian Mutu

Dalam mendapatkan suatu mutu beton yang memenuhi syarat dan ekonomis, yang dapat menjadi pedoman dalam pengendalian mutu beton quality control pada pelaksanaan suatu konstruksi beton di lapangan, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan dan pengujian test laboratorium pada bahan-bahan agregat yang akan di gunakan untuk pembuatan beton tersebut. Tujuan dari penyelidikan material ini job mix design adalah memberikan informasi tentang komposisi pasir, materialagregat, air yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan beton dengan mutu tertentu misal : K-175, K-250, K-300, dll. Pemeriksaan dan pengujian di laboratorium meliputi : a Pemeriksaananalisa gradasi agregat halus dan kasar : ASTM C-35, SK SNIM-08-9989-F. b Modulus kehalusan agregat halus : ASTM C-33, SK SNI M-08-1989-F. c Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar ; ASTM C-12, SK SNI M-09-1989 Dan SK SNI M-10-1989-F d Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar. e Pemeriksaan peresapan agregat halus dan kasar ; SK-SNI M-09-1989 dan SK SNI N-10-1989-F. f Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus dan kasar. g Pengujian keausan agregat kasar dengan Los Angeles Abration, SNI 03 m 04-1991. h Pemeriksaan berat isi beton ; SK SNI M-14-1989-F i Pemeriksaan Slump ; SK SNI M-12-1989-F j Pembuatan dan pengujian contoh uji beton; SK SNI M-14-1989-F Pemilihan material-material pembentuk coran beton mesti memiliki kriteria yang baik dan sesuai ketentuan, mulai dari semen, air, agregat kasar dan halus atau bahan tambah bila digunakan. Semen : 1 Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI. 2 Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produkmerk. 3 Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta dalam kanting- kantong semen yang masih utuh. 4 Untuk penyimpanan diletakkan minimal 20 cm di atas tanah, semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapanganlokasi. Agregat Beton : 1 Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan SNI 03 – 2847 Tahun 2002 jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5 keseluruhannya. 2 Ukuran maksimum dari batu pecahsplit adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan SNI 03 – 2847 tahun 2002 Air : 1 Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton. Pengujian test slump beton Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsistensi suatu campuran beton berdasarkan satuan slump. Suatu campuran beton memiliki konsistensi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan suatu bangunan yang akan dibeton. Konsistensi ini dapat sangat kering, kering, plastis, plastis cair, cair, dan sebagainya. Prosedur percobaan test slump : a Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah b Letakkan cetakan diatas plat. Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015 Gambar 3.22. Perletakan Alat Slump c Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis. Tiap kira-kira 13 isi cetakan, setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada bagian bawah atau lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan. d Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama ½ menit dan dalam jangka waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar cetakan harus dibersihkan. e Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas. f Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji. g Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata – rata dari benda uji. Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015 Gambar 3.23. Pengukuran Slump Test di Lapangan Proses pengecoran beton a Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan tempat-tempat yang aman. b Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata harus memakai mesin pengaduk betonconcrete mixer pengaduk untuk pembuatan beton praktis campuran 1 pc : 2 ps : 3 spt dan memakai Site Mix untuk pembuatan beton struktur dengan mutu f’c 15 Mpa. . c Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air di atas permukaan terus-menerus selama paling tidak 10 sepuluh hari setelah pengecoran plat. d Pembongkaran bekisting tidak boleh sebelum waktu pengerasan dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras. Perawatan coran beton SNI Beton, 2002 a. Beton selain beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10 o C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang- kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran. b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10 o C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selam 3 hari pertama. Prosedur pengambilan contoh uji dapat didasarkan atas beberapa faktor yang akan menghasilkan contoh uji yang benar- benar mewakili sebagai berikut : a. Pengambilan contoh uji dilakukan sebelum beton dipindahkan dari mixer ke alat angkut menuju ke tempat pengecoran beton. Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015 Gambar 3.24. Sampel Campuran Beton Kubus b. Pada setiap batch, contoh uji hanya boleh diambil saat penuangan telah mencapai 10 dan sebelum mencapai 90. SNI 2458,2008 Benda uji untuk sampel yang diambil bisa berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm ataupun kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm. Untuk perawatan benda uji, setelah 1 hari dalam cetakan benda uji dikeluarkan dari cetakan dan disimpan dalam suhu yang baik atau dengan cara direndam di dalam air. Pelaksanaan pengendalian mutu beton di lapangan Mutu beton yang digunakan di lapangan adalah f’c 15 Mpa dilaksanakan pada pekerjaan plat slab jalan beton. Adapun spesifikasi campuran yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Portland Cement PC Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah jenis portland cement yang sesuai dengan AASHTO M 85 terdiri dari jenis I, II, III dan V. Semen yang mengandung zat penggelembung tidak boleh digunakan dan semen yang digunakan pada pekerjaan hanya hasil dari satu pabrik dari satu macam jenis portland cement. Semen yang digunakan pada pekerjaan ini adalah semen holcim PCC Type I 50 Kg. 2. Air Air yang digunakan dilapangan adalah air hasil dari sumur bor warga setempat. 3. Agregat yang digunakan pada pekerjaan jalan ini adalah : Agregat halus : Pasir Agregat kasar : Batu split atau batu pecah, sumbernya dari Tanjung Batu, Desa Kota Baru Kec. Muara Sabak Barat. Proses pengecoran beton di lapangan a Dalam melakukan proses pengecoran plat slab jalan beton terdapat juga perhentian pada segmen jalan yang di cor dikarenakan berbagai macam faktor seperti : jam istirahat pekerja, hujan di lapangan, namun penghentian pengecoran ini masih diambang batas kurang dari 30 menit dan kemudian dilanjutkan kembali. b Alat yang digunakan untuk mengaduk coran beton dilapangan adalah concrete mixer kapasitas adukan satu zak semen 350-500 lt. Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015 Gambar 3.25. concrete mixer 350-500 lt c Adukan coran ditampung didalam lori dan kemudian di tuangkan pada badansegmen jalan slab beton. Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015 Gambar 3.26. Proses Penuangan Beton Segar 3.5.2. Pengukuran Hasil Pekerjaan Pengukuran hasil pekerjaan difungsikan untuk pengendalian dan pengecekan kembali hasil pekerjaan dengan mengkur panjang dan lebar setiap segmen slab jalan beton. Pengukuran ini dilakukan oleh pihak pengawas lapangan Bina Marga, Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Pengawas. Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015 Gambar 3.27. Pengukuran Hasil Pekerjaan 3.6. Perhitungan Persentasi Kerja Perhitungan persentasi kerja dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana sangat penting, sebab hal tersebut sangat berkaitan dengan besarnya pembayaran hasil pekerjaan pada setiap bulannya. Dari seluruh macam pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam satu hari kemudian di jumlahkan dan didapat kemajuan kerja untuk satu hari tersebut lalu di teruskan dengan satu minggu. Kemudian setelah satu minggu dan dilanjutkan dengan satu bulannya. Tabel 3.4. Contoh Perhitungan Persentasi Kerja perminggu Minggu Ke 3 Tabel 3.5. Contoh Perhitungan Persentasi Kerja Perminggu Minggu Ke 4 Contoh Item perhitungan item pekerjaan Uraian Pekerjaan : Lapis Resap Pengikat Aspal Cair Total Kontrak : Rp. 2.981.819.002,451 Harga Satuan : Rp. 16.747,00 Jumlah harga : Rp. 4.454.649,00 Bobot minggu lalu = Volume Minggu lalu Volume Kontrak × Bobot kontrak Bobot minggu ini = Volume Minggu ini Volume Kontrak × Bobot kontrak Bobot S.D minggu ini = Bobot minggu ini + Bobot minggu lalu Prosentasi pekerjaan = Volume s . d Mingguini Volume Kontrak × 100 Bobot Kontrak = Harga satuan Total Kontrak ×100 Perhitungan prestasi kerja disamping untuk menentukan besarnya pembayaran hasil pekerjaan pada setiap bulannya, juga untuk melihat kemajuan dan kemunduran pekerjaan, yang dapat dilihat dari rencana kerja yang telah ditentukan master schedule dengan membandingkan pada kemajuan yang di capai untuk waktu tersebut. Perhitungan prestasi kerja yang ada dilapangan mengalami percepatan dari hitungan hari kerja yang telah ada di dalam kontrak, hal ini mengacu pada progress yang meningkat dari minggu-keminggu sehingga pekerjaan mendapatkan waktu penyelesaian yang lebih cepat.

3.7. Pelaporan

Kontraktor pelaksana membuat laporan pekerjaan yang telah diselesaikan, laporan tersebut dinamakan laporan harian. Laporan tersebut dibuat berdasarkan hasil yang telah dicapai pada hari tersebut. Laporan harian tersebut kemudian dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas pekerjaan yang bersangkutan.

3.7.1. Laporan Harian

Laporan harian yang dibuat oleh kontraktor pelaksana setidak-tidaknya berisikan sebagai berikut : a. Pengadaan tenaga kerja yang terdiri dari staf pekerja diantaranya pelaksana, staf teknik logistik, mandor, tukang, pekerja. b. Uraian peralatan yang dipakai c. Banyaknya materialbahan yang dipakai dan sejenis material d. Keadaan Cuaca e. Uraian pekerjaan yang meliputi : 1 Pekerjaan hari ini 2 Akumulatif 3 Kemajuan prestasi Setelah satu hari, maka laporan harian tersebut dijadikan laporan mingguan. Laporan mingguan ini juga nantinya dimintakan persetujuan dari konsultan Pengawas.

3.7.2. Laporan Mingguan

Laporan mingguan merupakan laporan yang dibuat oleh kontraktor pelaksana mengenai pelaksanaan dilapangan. Laporan mingguan berisikan : a. Tenaga kerja setiap harinya dan rata-rata perhari b. Keadaan cuaca tiap harinya pada periode waktu tersebut c. Peralatan yang dipakai dan materialnya dalam satu minggu tersebut. d. Uraian pekerjaan yang meliputi 1 Rencana minggu ini dan akumulatifnya 2 Prestasi kerja minggu ini dan akumulatifnya Demikian juga setelah satu bulan, maka dibuat laporan bulanan mengenai segala hal yang telah diuraikan diatas. Laporan bulanan tersebut adalah kumpulan laporan dari laporan-laporan terdahulu.

3.7.3. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat berdasarkan hasil yang mengacu pada laporan harian dan mingguan. Laporan bulanan berisikan : a. Uraian pekerjaan selama bulan tersebut. b. Rencana kerja selama bulan tersebut. c. Rencana sampai dengan bulan ini d. Kemajuan kerja sampai bulan ini e. Keterlambatan dan kemajuan f. Bila ada keterlambatan, maka dijelaskan keterlambatannya g. Laporan bulanan dilampirkan. 1 Laporan mingguan pada bulan tersebut 2 Foto-foto pekerjaan yang dikerjakan pada bulan tersebut 3 Semuanya laporan ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas Pelaporan pada proyek ini meliputi berbagai macam pekerjaan