laporan kerja praktek rigid

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENINGKATAN JALAN LAMBUR II – SIMBUR NAIK KEC.

MUARA SABAK TIMUR KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR

(TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL)

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Program S-1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Batanghari Disusun Oleh :

BRAMA NALENDRA NPM 1200822201013

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

F A K UL T A S T E K N I K

UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI

2015


(2)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENINGKATAN JALAN LAMBUR II – SIMBUR NAIK KEC.

MUARA SABAK TIMUR KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR

(TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi

Disusun Oleh : BRAMA NALENDRA

NPM 1200822201013 Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Jambi, Desember 2015 Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi Teknik Sipil


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENINGKATAN JALAN LAMBUR II – SIMBUR NAIK KEC.

MUARA SABAK TIMUR KAB. TANJUNG JABUNG TIMUR

(TINJAUAN KHUSUS PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL)

Disusun Oleh : BRAMA NALENDRA

NPM 1200822201013

Dengan ini Dosen Pembimbing Kerja Praktek Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi menyatakan bahwa kerja praktek dengan judul dan penyusunan sebagaimana tersebut diatas telah disetujui dengan prosedur, ketentuan, kelaziman yang berlaku dan dapat diajukan dalam Seminar Kerja Praktek Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Batanghari Jambi.

Jambi, Desember 2015 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mengucapkan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek pada Paket Pekerjaan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik Kab. Tanjung Jabung Timur – Muara Sabak dengan Tinjauan Khusus Perencanaan Geometrik Horizontal, dengan dilakukan Kerja Praktek ini diharapkan agar Penulis mampu mengimplementasikan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilapangan dan Laporan Kerja Praktek ini dibuat untuk memenuhi persyaratan menuju derajat kesarjanaan Strata – I.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir.H.Fakhrul Rozi Yamali, ME selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Batanghari.

2. Ibu Elvira Handayani, ST, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Batanghari.

3. Bapak Ir.H.Amsori M.Das, M.Eng selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dengan baik.

4. Ibu Susiana, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunn Laporan Kerja Praktek ini dengan baik.

5. Bapak Ir. Eri Dahlan, MT dan Nuklirullah, ST, MT selaku Dosen Pembahas dalam seminar Laporan Kerja Praktek

6. Bapak, H. Amri, Bapak Ahmad Faisal, Bapak Suarto, selaku kontraktor pelaksana yang banyak membantu dalam proses kerja praktek di lapangan.


(5)

7. Bapak, M. Chandra selaku pengawas lapangan Dinas Pekerjaan Umum Kab. Tanjung Jabung Timur yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data-data untuk laporan kerja praktek.

8. Bapak, Yardi selaku konsultan pengawas, yang telah banyak membantu membantu dalam pengumpulan data-data untuk laporan kerja praktek. 9. Serta semua rekan-rekan terkait yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karen itu saran serta kritik membangun sangat diharapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca mupun pihak lain yang membutuhkan.

Jambi, Desember 2015 Penulis

BRAMA NALENDRA

NPM 1200822201013

DAFTAR ISI

LAPORAN KERJA PRAKTEK...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

LAPORAN KERJA PRAKTEK...iii

KATA PENGANTAR...iv


(6)

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.1.1. Latar Belakang Kerja Praktek...1

1.1.2. Latar Belakang Proyek...1

1.2. Pokok Permasalahan...2

1.3. Maksud dan Tujuan...2

1.3.1. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek...2

1.3.2. Maksud dan Tujuan Proyek...3

1.4. Metode Penulisan Laporan Kerja Praktek...4

1.5. Sistematika Penulisan...5

1.6. Lokasi Proyek...5

BAB II MANAJEMEN PROYEK...8

2.1. Uraian Umum...8

2.2. Struktur Organisasi Pelaksanaan Kegiatan...9

2.2.1. Pemilik Proyek (Owner)...10

2.2.2. Konsultan Pengawas (Consultan Supervision)...11

2.2.3. Pelaksana Proyek (Kontraktor)...13

2.2.4. Hubungan Kerja...14


(7)

2.3.1. Jenis Pelelangan...17

2.3.2. Proses Pelelangan...18

2.4. Tenaga Kerja...25

2.5. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)...26

2.5.1. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)...26

2.5.2. Manfaat Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)...27

BAB III PELAKSANAAN LAPANGAN...29

3.1. Umum...29

3.2. Data Teknis...29

3.3. Data Umum Kegiatan...30

3.1. Mobilisasi...31

3.2. Pekerjaan Persiapan...33

3.2.1. Pembuatan Papan Nama Proyek...33

3.2.2. Pembuatan Direksi Keet dan Barak Kerja...34

3.2.3. Persiapan Alat Kerja...35

3.3. Pekerjaan Tanah...37

3.3.1. Timbunan/Urugan...37

3.3.2. Galian...38

3.4. Pekerjaan Konstruksi Jalan...39


(8)

3.4.2. Perakitan Tulangan...42

3.4.3. Pemasangan Tulangan...44

3.4.4. Sumber Air...45

3.4.5. Pengecoran Pelat dan Balok...46

3.4.6. Pekerjaan Finishing...48

3.5. Pengendalian Mutu...50

3.5.1. Pengendalian mutu beton...50

3.6. Perhitungan Persentasi Kerja...59

3.7. Pelaporan...61

3.7.1. Laporan Harian...61

3.7.2. Laporan Mingguan...62

3.7.3. Laporan Bulanan...63

3.8. Perhitungan Realisasi Progress Pekerjaan...63

3.9. Sistem Pembayaran...66

3.10. As-Built Drawing...68

BAB IV TINJAUAN KHUSUS...69

PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL...69

4.1. Landasan Teori...69

4.1.1. Klasifikasi Jalan...69


(9)

4.1.3. Alinemen Horizontal...72

4.2. Perencanaan Geometik Jalan Alinemen Horizontal...79

4.2.1 Perencanaan Tikungan Tipe Spiral – Circle – Spiral...80

4.2.2. Perencanaan Tikungan Tipe Spiral – Spiral (S – S)...83

4.2.3. Perencanaan Tikungan Tipe Full Circle (FC)...85

4.3. Pelebaran Tikungan...Error! Bookmark not defined. 4.4. Gambar Hasil Perhitungan Alinemen Horizontal...86

4.4.1. Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)...86

4.4.2. Spiral-Spiral (S-S)...87

4.4.3. Full Circle (F-C)...88

BAB V PENUTUP...89

6.1. Kesimpulan...89

6.2. Saran...Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Komposisi Campuran Beton 1m3... 47

Tabel 3.2. Komposisi 1 Zak semen (50kg)... 47

Tabel 3.3. Perhitungan Komposisi Konversi Pelengki ... 48

Tabel 3.4. Contoh Perhitungan Persentasi Kerja perminggu (Minggu Ke 3)... 60


(10)

Tabel 4.1. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan ... 70

Tabel 4.2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan ... 70

Tabel 4.3.Kecepatan Rencana... 71

Tabel 4.4. P* dan K*... 80

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1. Peta Kab. Tanjung Jabung Timur dan Lokasi Pekerjaan ... 6

Gambar 1.2. Detail Lokasi Pekerjaan ... 7


(11)

Gambar 2.2. Skema Hubungan Kerja Pelaksana Pembangunan ... 16

Gambar 2.3. Bagan Alir Proses Pelelangan Umum ... 24

Gambar 2.4. Struktur Tenaga Kerja Kegiatan Konstruksi ... 25

Gambar 3.1. Mobilisasi Material dan Pelaksanaan Lapangan... 33

Gambar 3.2. Papan Nama Proyek ... 34

Gambar 3.3. Barak Kerja dan Gudang Material ... 35

Gambar 3.4. Track Loader ... 36

Gambar 3.5. Peralatan Adukan Beton ... 37

Gambar 3.6. Proses Penimbunan Urugan Tanah ... 38

Gambar 3.7. Pekerjaan Galian Pondasi Balok ... 39

Gambar 3.8. Proses Pengukuran Penentuan Lebar Segmen Jalan ... 40

Gambar 3.9. Pemasangan Patok Kayu ... 41

Gambar 3.10. Pemasangan Benang Nylon ... 41

Gambar 3.11. Pemasangan Papan Bekisting ... 42

Gambar 3.12. Proses Perakitan Tulangan Balok ... 43

Gambar 3.13. Wiremesh 2,1 m x 5,4 m 10ᴓ ... 43

Gambar 3.14. Ruji/Dowel ... 44

Gambar 3.15. Pemasangan Tulangan ... 45


(12)

Gambar 3.17. Proses Pengadukan Site Mix Beton f’c 15 Mpa... 46

Gambar 3.18. Hasil Pekerjaan Jalan Plat (Slab) Beton Lebar 6 m ... 47

Gambar 3.19. Pemasangan Steroform Pembatas ... 48

Gambar 3.20. Perataan Permukaan Jalan Beton ... 49

Gambar 3.21. Lapis Pengikat Aspal Cair ... 49

Gambar 3.22. Perletakan Alat Slump ... 53

Gambar 3.23. Pengukuran Slump Test di Lapangan ... 54

Gambar 3.24. Sampel Campuran Beton (Kubus) ... 56

Gambar 3.25. concrete mixer 350-500 lt... 58

Gambar 3.26. Proses Penuangan Beton Segar ... 59

Gambar 3.27. Pengukuran Hasil Pekerjaan ... 59

Gambar 3.27. Gambar Grafik Kurva-s... 65

Gambar 4.1. Komponen Tikungan F-C... 73

Gambar 4.2. Komponen Tikungan S-C-S... 75

Gambar 4.3. Komponen Tikungan S-S... 77

Gambar 4.4. Point Intersection (STA 0+111,5) ... 78

Gambar 4.5.Alinemen Horizontal Tipe S-C-S... 87

Gambar 4.6. Alinemen Horizontal Tipe S-S... 88


(13)

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Pembekalan bagi calon sarjana teknik sipil tidak cukup hanya dibangku kuliah saja. Banyak pengetahuan penting lain yang hanya bisa didapat dengan pengamatan visual secara langsung dilapangan, seperti pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses dan tahapan dalam kegiatan kontruksi, dan keterampilan berkomunikasi.

Kerja Praktek adalah suatu kegiatan bagi mahasiswa untuk mengamati secara langsung proses pengerjaan suatu bangunan, sehingga diharapkan calon sarjana teknik sipil tidak hanya menguasai secara teoritis tetapi juga pengetahuan dan keterampilan secara praktis, demi mempersiapkan diri didunia kerja.

1.1.2. Latar Belakang Proyek

Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang berperan sangat penting di dalam membangun dan menunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Didesa Lambur II – Simbur Naik memiliki karakteristik tanah yang bergambut, diperkirakan perkerasan lentur tidak bertahan lama, hal ini dikarenakan tanah gambut yang tidak keras dan berlumpur sehingga menyebabkan kerusakan pada kontruksi perkerasan lentur.

Daerah Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur sering dilewati kendaraan yang membawa hasil bumi, hasil nelayan dan gas alam sehingga memiliki beban roda yang cukup berat.


(15)

Salah satu solusinya adalah Perkerasan Kaku (Rigid pavement) yang memiliki umur pelayanan yang panjang dan mampu bertahan pada banjir yang berulang, atau genangan air tanpa terjadinya kerusakan yang berarti.

Adapun tujuan dari peningkatan jalan Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah untuk memperlancar aksebilitas penduduk dan masyarakat sekitar dengan kontruksi Jalan yang berupa Perkerasan Kaku (Rigid Pavement), yang sebelumnya hanya berupa tanah dasar (tanah gambut) yang sulit dilalui dengan tingginya aktifitas warga seperti mobil yang mengakut hasil bumi dan hasil nelayan yang sering melewati jalan tersebut.

1.2. Pokok Permasalahan

Secara Visual buruknya kualitas tanah dasar (subgrade) yang ada pada lokasi proyek menjadi hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan. seringkali terjadi kesulitan didalam proses mobilisasi pada lokasi proyek hal ini dikarenakan buruknya kondisi tanah dasar. Maka dipilihlah perkerasan kaku sebagai kontruksi jalan didaerah Lambur - Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

1.3. Maksud dan Tujuan

1.3.1. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun Maksud dan tujuan dilaksanakan kerja praktek pada pekerjaan peningkatan jalan Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur, pada kegiatan Pembangunan Jalan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Manajemen Kontruksi yang diterapkan oleh kontraktor pelaksana kegiatan ini.


(16)

b. Memperoleh pengalaman ketika didalam pelaksanaan pekerjaan Jalan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

c. Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan item-item pekerjaan yang dilaksanakan dilapangan.

d. Untuk mengetahui penerapan pelaksanaan dilapangan pada pekerjaan jalan beton.

e. Untuk mengetahui sejauh mana ilmu yang diperoleh dalam proses belajar dalam perkuliahan dan membandingkan dengan aplikasi dilapangan dalam proyek konstruksi yang dilaksanakan pada Kerja Praktek Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik, pada kegiatan Pembangunan Jalan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

1.3.2. Maksud dan Tujuan Proyek

Adapun Maksud dan tujuan proyek pada pekerjaan peningkatan jalan Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur, pada kegiatan Pembangunan Jalan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai berikut :

a. Untuk memperbaiki kontruksi jalan yang sebelumnya berupa tanah dasar (subgrade).

b. Untuk memperlancar kegiatan transportasi di daerah Lambur II – Simbur Naik, yang didaerah tersebut terdapat pemukiman dan pasar. c. Meningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana jalan.

1.4. Metode Penulisan Laporan Kerja Praktek

Metode pengumpulan data merupakan suatu metode yang digunakan agar memperoleh data-data yang diperlukan untuk menyusun penulisan suatu karya tulis atau laporan. Metode pengumpulan data ini juga dapat untuk memecahkan


(17)

suatu masalah. Sedangkan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam rangka penyusunan laporan ini dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu penyusun melihat dan mengamati secara langsung, kemudian mencatat semua fakta kondisi setempat yang ada dilokasi pengerjaan proyek tersebut.

2. Wawancara

Untuk memperoleh informasi dan data, penyusun melakukan wawancara secara langsung dengan pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan pekerjaan, antara lain pengawas lapangan, pekerja, serta kontraktor yang berada pada lokasi proyek.

3. Literatur

Untuk melengkapi data yang dibutuhkan didalam laporan Kerja Praktek, Penulis menggunakan literature – literature yang berkaitan dengan pelaksanaan kerja praktek lapangan, dalam bentuk buku, laporan dan juga media internet.

1.5. Sistematika Penulisan

Pada penulisan laporan kerja praktek dibuat garis besar susunan penulisan untuk mempermudah dan memahami isi dalam laporan kerja praktek ini dengan sistematika sebagai berikut :


(18)

Berisi tentang latar belakang, pokok permasalahan, batasan masalah, maksud dan tujuan, sistimatika penulisan serta lokasi proyek pada laporan ini.

BAB II : MANAJEMEN PROYEK

Berisi tentang uraian umum proyek, para pihak dalam pelaksana proyek, pelelangan, tenaga kerja serta time schedule.

BAB III : PELAKSANAAN LAPANGAN

Berisi tentang data teknis, data umum kegiatan, mobilisasi, pekerjaan tanah, pekerjaan konstruksi jalan, pekerjaan finishing, pengawasan, pengendalian mutu.

BAB IV : TINJAUAN KHUSUS

Berisi tentang tinjauan khusus yaitu perencanaan alinyemen horizontal BAB V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran

1.6. Lokasi Proyek

Lokasi kegiatan pekerjaan peningkatan struktur jalan berada pada Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur, tepatnya ± xxx km dari pusat kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur.


(19)

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Tahun 2013


(20)

Sumber :


(21)

BAB II

MANAJEMEN PROYEK

2.1. Uraian Umum

Manajemen proyek termasuk disiplin ilmu manajemen, yaitu pengetahuan untuk mengelola suatu kegiatan. Dalam hal ini kegiatan tersebut bersifat spesifik, yaitu berbentuk proyek. Sebagai ilmu manajemen proyek berkaiatan erat dengan fungsi merencanakan, memimpin, mengorganisir, dan mengendalikan berbagai kegiatan proyek yang seringkali sarat dengan kandungan disiplin ilmu arsitektur,

engineering, akuntansi, keuangan, dan lain-lain.

Manajemen dapat dikatakan sebagai pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya, yang menurut tujuan perencanaan diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan tersebut tentunya melibatkan banyak pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi.

Menurut G.R Terry dalam Sukama (1992, hal. 116) manajemen konstruksi dalam proyek terbagi dalam 4 (empat) tahap. Tahapan tersebut yaitu :


(22)

Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan dari bangunan yang akan di bangun, termasuk gambar-gambar rencana lengkap dengan persyaratan yang diperlukan.

2. Perorganisasian (Organizing)

Berupa kegiatan dan menyusun organisasi yang akan melaksanakan pembangunan, termasuk mengatur hubungan kerja antara unsur-unsur organisasi yang antara lain terdiri dari : pemberi tugas (Owner), Perencanaan (Designer), Supervisor atau Pelaksana (Contractor). 3. Pelaksanaan (Actuating)

Kegiatan pelaksanaan meliputi pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka mewujudkan bangunan yang direncanakan.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan pembangunan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.

2.2. Struktur Organisasi Pelaksanaan Kegiatan

Dalam suatu pekerjaan konstruksi akan terdapat suatu hubungan beberapa pihak yang saling terkait yang bertujuan untuk mendapatkan hasil pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan hasil yang diinginkan bersama.

Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan dengan mengatur dan mengorganisir sumber daya, tenaga kerja, material, peralatan dan modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem manajemen sesuai dengan kebutuhan proyek. (Abrar Husen, 2008)

Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan dalam hal ini jalan diawali dari tahap ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak, yaitu pihak pemilik proyek (owner) atau principal (employer/cliengant/bouwheer), pihak pengawas/konsultan supervisi

(consultan supervision) dan pihak pelaksana/kontraktor (aannemer).


(23)

Pemilik proyek (pemberi tugas atau pengguna jasa) adalah orang/badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta. Dalam pelaksanaan pekerjaan Kegiatan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, pemilik proyek adalah Pejabat Pembuat Komitmen.

Hak dan kewajiban pengguna jasa (sumber : buku manajemen proyek konstruksi disusun oleh Wulfram I.Ervianto)

1. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor)

2. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.

3. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.

4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.

5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan. 6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan

dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik.

7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi)

8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Wewenang pemberi tugas adalah :

1. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.

2. Dapat mengambil alih pekerjaan secra sepihak dengan cara memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal diluar kontrak yang ditetapkan.


(24)

2.2.2. Konsultan Pengawas (Consultan Supervision)

Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan berupa pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai awal hingga berakhirnya pekerjaan tersebut agar sesuai dengan perencanaan, yang menjadi konsultan pengawas pada Kegiatan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah CV. Trijaya Consultant.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

Hak dan kewajiban konsultan pengawas (sumber : buku manajemen proyek konstruksi disusun oleh Wulfram I. Ervianto)

1. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.

2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara perodik dalam pelaksanaan pekerjaan.

3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.

4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.

Supervision

Administrasi Draftman

Operator Office Boys

Ahli Mekanikal Ahli Quality

Ahli Struktur

Ahli Quantity

Surveyor Inspektor


(25)

5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya.

6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil akhir sesuai kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.

7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan dari kontraktor.

8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku.

9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan). 10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan

tambah/kurang.

2.2.3. Pelaksana Proyek (Kontraktor)

Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak didalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Pada kegiatan Pekerjaan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kec. Muara Sabak yang menjadi kontraktor pelaksana adalah PT. Nai Adhipati Anom.

Hak dan kewajiban kontraktor (sumber : buku manajemen proyek konstruksi disusun oleh Wulfram I. Ervianto)

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvulings) dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.

2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.


(26)

3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan kerja pekerja dan masyarakat. 4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan

bulanan.

5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai ketetapan yang berlaku.

2.2.4. Hubungan Kerja

Hubungan kerja dalam proyek konstruksi merupakan pengaitan antara siklus atau tahapan proyek dengan orang-orang atau instansi yang terlibat dalam proyek konstruksi. Orang-orang atau instansi yang terlibat disebut dengan Pemangku Kepentingan Proyek atau Stake Holders Proyek. Pemangku Kepentingan ini adalah para individu dan organisasi yang secara aktif terlibat di dalam proyek atau terkena dampak dari pelaksaaan atau hasil proyek. Stake Holders bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap proyek.

Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan, masing-masing pihak sesuai posisinya berinteraksi satu sama lain sesuai hubungan kerja yang telah ditetapkan. Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perancanaan, pelaksanaan dan pengendalian proyek konstruksi merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai tujuannya.

Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek pada umumnya dibedakan atas hubungan fungsional yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan fungsi pihak-pihak tersebut dan hubungan kerja (formal) yaitu pola hubungan yang berkaitan dengan kerja sama antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi yang diikat dengan suatu dokumen kontrak. Secara fungsional, ada tiga pihak yang sangat berperan dalam suatu proyek suatu konstruksi, yaitu : pemilik proyek, konsultan, dan kontraktor. Hubungan antara


(27)

pihak-pihak yang saling terkait ini dihubungkan dengan suatu organisasi proyek konstruksi yang solid dan professional, sehingga akan tercapai tujuan proyek yang berkualitas.

Hubungan kerja dibentuk oleh organisasi salah satunya Organisasi Manajemen Konstruksi, organisasi ini merupakan bentuk organisasi yang mempersatukan tiga unsur dalam pembangunan suatu proyek, yaitu pemilik proyek, yaitu pemilik, konsultan, dan manajer konstruksi dalam suatu hubungan yang tidak saling bertentangan. Manajer konstruksi bertindak sebagai tangan kanan atau wakil dari pemilik. Keuntungan bentuk organisasi ini antara lain adalah keterampilan konstruksi yang khusus dapat dimanfaatkan pada semua tahap proyek tanpa menimbulkan perselisihan antara pemilik dan perancang proyek.

Untuk menghindari terjadinya penyelewengan rencana selama berlangsungnya tahap konstruksi yang dapat mengakibatkan kekacauan terhadap mutu dan hasil akhir proyek, maka dibutuhkan Konsultan Pengawas dalam proses produksi proyek konstruksi. Berikut adalah gambar hubungan kerja antara konsultan, kontraktor, dan pemberi tugas.

Semua pihak dalam melaksanakan pekerjaan harus mengikuti atau berpedoman pada ketentuan-ketentuan dan persyaratan-persyaratan yang ada serta peraturan dari pemerintah agar tujuan pembangunan tercapai.

Hubungan kerja antara unsur-unsur pengelola Pekerjaan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik PT. Nai Adhipati Anom, T dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(28)

Jasa

Imbalan Proses Produksi

Imbalan

Jasa

Sumber : Buku Manajemen Kontruksi (Ir. Irika Widiasanti, M.T & Lenggogeni, M.T)

Gambar 2.2. Skema Hubungan Kerja Pelaksana Pembangunan

Dari skema gambar diatas dapat dilihat bahwa pemberi tugas mempunyai peranan yang sangat penting dan sebagai unsur penentu dalam setiap pengambilan keputusan.

2.3. Pelelangan

Pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat azas

Pemberi Tugas

Ahli Kontruksi/ Kontraktor


(29)

sehingga terpilih penyedia terbaik dan memenuhi syarat untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

2.3.1. Jenis Pelelangan

Jenis-jenis pelelangan yang dapat dilakukan untuk penentuan kontraktor dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Pelelangan Umum atau Terbuka, pelelangan ini dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh peserta secara luas namun mempunyai kualifikasi lingkup bidang usaha, kemampuan yang sesuai dipersyaratkan. Biasanya pengumuman lelang dilakukan melalui media massa serta pengumuman resmi oleh pihak pemilik proyek di instansinya. Pemenang dipilih berdasarkan tingkat kompetitif penawaran harga terendah.

2. Pelelangan Terbatas, pelelangan ini hanya diikuti oleh rekanan yang terdaftar dan tercatat sebagai daftar rekanan yang mampu pada instansi pemilik proyek. Rekanan yang diundang mempunyai reputasi dan kapabilitas yang baik selama mengerjakan proyek-proyek sebelumnya dan dipilih berdasarkan tingkat kompettitif penawaran harga terendah.

3. Pemilihan Langsung, pengadaan proyek dilakukan melalui pemilihan dari tiga penawar yang dipandang mampu dan dapat bekerja sama dengan pemilik proyek dalam pelaksanaan implementasi proyek dengan melakukan negosiasi harga.

4. Pengadaan Langsung, pengadaan dilakukan untuk membantu rekanan pengusaha golongan ekonomi lemah tanpa melalui penawaran, tetapi melalui pemilihan langsung.


(30)

Tahap pelaksanaan pelelangan dilakukan agar kegiatan pelelangan dilakukan dengan urutan yang sistematis dan tertib. Tahap ini terdiri atas :

- Pengumuman akan dilangsungkannya pelelangan melalui media massa serta papan pengumuman di instansi bersangkutan.

- Pendaftaran peserta lelang.

- Pengambilan dokumen penawaran dari panitia lelang.

- Penjelasan (aanwidzsing), berupa penjelasan administratif dokumen penawaran, tinjauan ke lokasi proyek dengan membuat berita acaranya.

- Pemasukkan dokumen penawaran dari peserta lelang.

- Pembukaan dokumen penawaran.

- Penilaian penawaran oleh panitia yang menguasai secara professional mengenai harga penawaran proyek

- Usulan calon pemenang penawaran lelang, dengan membuat rangking penilaian terhadap tiga besar penawar terendah.

- Penetapan pemenang, dilanjutkan pengumuman pemenang lelang, setelah harga penawaran terendah dengan kualifikasi persyaratan.

- Sanggahan oleh peserta lelang boleh dilakukan bila keputusan pemenang lelang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah disepakati.

- Keputusan pemenang lelang oleh pemilik proyek dilakukan bila semua permasalahan selama pelelangan telah diselesaikan.

Pelelangan terbatas yang dilakukan untuk Kegiatan Pekerjaan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik Kabupaten Tanjung Jabung Timur – Muara Sabak dengan sistem Full e-Lelang Pemilihan Langsung (E-Procurement) melalui proses sebagai berikut :

1. Pengumuman Pelelangan

Pengumuman dilakukan di media massa elektronik (internet) di website LPSE Tanjung Jabung Timur pada situs

http://lpse.tanjabtimkab.go.id/eproc/ pengumuman lelang


(31)

- Nama Paket Pekerjaan : Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik

- Lingkup Pekerjaan : Pemkab Tanjung Jabung Timur

- Nilai Pagu Paket : Rp. 3.400.000.000,00 (Tiga Milyar Empat Ratus Juta Rupiah)

- Nilai total HPS : Rp. 3.399.485.000,00 (Tiga Milyar Tiga

Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Empat Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah)

- Sumber dana : APBD Kab. Tanjung Jabung Timur

- Persyaratan peserta :

o Ijin Usaha dan klasifikasinya :

SBU (masih berlaku dan sudah di registrasi ulang) SITU (masih berlaku dan sudah di registrasi ulang) SIUJK (masih berlaku dan sudah di registrasi ulang)

Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir dan memiliki NPWP

- Pernyataan yang menyatakan apabila dalam dokumen yang telah di sahkan (APBD) dananya tidak tersedia atau tidak cukup yang mengakibatkan dilampauinya batas anggaran yang tersedia untuk kegiatan tersebut maka pemilihan penyedia barang/jasa batal demi hukum dan penyedia barang/jasa tidak dapat menuntut ganti rugi dalam bentuk ganti rugi apapun.

2. Pendaftaran peserta lelang

Pendaftaran melalui internet, peserta harus mencantumkan/mengisi alamat/akun email perusahaan yang merupakan media koresponden resmi. Peserta lelang pada proyek ini diikuti oleh 24 perusahaan. 3. Penjelasan Kantor dan Lapangan (Aanwidzing)

Berisikan penjelasan mengenai lingkup pekerjaan dan item pekerjaan yang dilaksanakan di kantor (tempat pelaksanaan pengadaan/lelang) dan lokasi pekerjaan.


(32)

4. Pemasukkan penawaran

Dengan cara mengupload di internet dokumen penawaran yang berisikan : Penawaran Administrasi, Penawaran Teknis, Penawaran harga dan Dokumen isian kualifikasi, pemasukan penawaran dilakukan oleh 4 perusahaan.

5. Pembukaan Penawaran

Kelompok kerja (Pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP) mengunduh dan melakukan deskripsi file penawaran sesuai waktu yang ditetapkan dan jika file tersebut tidak dapat di buka (dideskripsi) maka pokja akan menyampaikan file penawaran kepada LPSE untuk mendapat keterangan bahwa file tersebut tidak dapat dibuka selanjutnya ULP menetapkan penawaran tidak memenuhi syarat.

6. Evaluasi penawaran

Evaluasi dilakukan dengan sistem gugur, sebelum evaluasi dilakukan koreksi Aritmatik berisi koreksi terhadap volume pekerjan yang tercantum dalam daftar kualitas dan harga disesuaikan dengan yang tercantum dalam dokumen pengadaan, hasil perkalian antara volume dengan harga satuan pekerjaan.

Evaluasi penawaran meliputi Evaluasi Administratif, Evaluasi Teknis, dan Evaluasi Harga.

Peserta lelang diikuti 24 perusahaan, evaluasi kualifikasi ke-1 PT. Nai Adhipati Anom dinyatakan lulus kualifikasi, Evaluasi Administrasi ke-1 ada empat perusahaan yang lulus termasuk PT. Nai Adhipati Anom, Evaluasi Teknis ke-1 ada dua perusahaan yang lulus termasuk PT. Nai Adhipati Anom, Evaluasi Biaya ke-1 hanya PT. Nai Adhipati Anom yang lulus, dan Evaluasi Akhir ke-1 juga PT. Nai Adhipati Anom yang lulus evaluasi.


(33)

Setelah melalui tahapan evaluasi maka Pokja ULP menetapkan pemenang berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan (BAHP), penetapan pemenang disusun dengan urutan :

- Nama Paket Pekerjaan dan total HPS

- Nama dan alamat penyedia jasa serta harga penawaran terkoreksi

- Hasil evaluasi penawaran administrasi, teknis dan harga

- Evaluasi kualifikasi 8. Pengumuman pemenang

Setelah penetapan pemenang Pokja ULP mengumumkan pemenang dan pemenang cadangan 1 dan 2 kepada masyarakat di website yang berisikan :

a. Nama paket pekerjaan dan total HPS b. Nama dan Alamat Penyedia

c. Harga penawaran terkoreksi

d. Hasil evaluasi penawaran asministrasi, teknis, harga dan kualifikasi untuk seluruh peserta yang telah dievaluasi dilengkapi penjelasan untuk setiap penawaran yang dinyatakan gugur. PT. Nai Adhipati Anom dinyatakan sebagai perusahaan pemenang lelang Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik.

9. Masa Sanggah / Masa Sanggah Banding

Peserta yang memasukkan penawaran dapat menyampaikan sanggahan secara tertulis dan elektronik atas penetapan pemenang yang dilakukan Pokja ULP disertai bukti terjadinya penyimpangan dengan tembusan kepada PPK, PA/KPA dan APIP Kementrian Pekerjaan Umum paling lambat setelah 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang, setelah mendapat jawaban peserta dapat melakukan sanggahan banding paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah menerima jawaban sanggahan.

10. Penunjukkan Penyedia Barang dan Jasa

Penunjukkan Penyedia Barang Jasa dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).


(34)

Dilakukan antara Penyedia Jasa (Kontraktor) dengan Pengguna Jasa (Pemilik Pekerjaan yang berisikan alamat penyedia jasa dan pengguna jasa, nilai kontrak, target pekerjaan, waktu pelaksanaan.

Tidak

Ya

Tidak Pengumuman Pelelangan

Penandatanganan kontrak Pendaftaran peserta lelang

Penunjukan Penyedia Barang Jasa (SPPBJ)

Penjelasan dan BAPP

Masa Sanggah / Sanggah Banding

disetujui

Pemasukan penawaran

Pembukaan dan evaluasi penawaran:

1. Jumlah peserta min 3 2. Memenuhi Persyaratan


(35)

Ya

Sumber : Peraturan Presiden No. 70, 2012

Gambar 2.3. Bagan Alir Proses Pelelangan Umum

2.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada Kegiatan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur berasal dari tenaga kerja lokal yang disediakan oleh kontraktor. Tenaga kerja berjumlah 16 orang ditambah 1 Kepala Tukang, tersebut dipilih berdasarkan keahlian dan pengalaman yang cukup dalam pekerjaan proyek jalan. Kontraktor telah menyediakan tempat penginapan atau mess bagi pekerja yang berada di lokasi proyek agar pekerja dapat melaksanakan tugasnya tepat waktu.

Jadwal jam kerja pada proyek ini telah ditentukan, yaitu :

Pagi : Mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB Sore : Mulai pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB

Tenaga kerja dalam pelaksanaan proyek ada beberapa bidang yang diantaranya dapat dilihat pada gambar 2.3. Struktur tenaga kerja proyek konstruksi di bawah ini.

Pengumuman Pemenang

Pengumuman Pemenang

Site Engineer Site Manajer

Mandor Administrasi


(36)

Gambar 2.4. Struktur Tenaga Kerja Kegiatan Konstruksi 2.5. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Time Schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan sebuah proyek. Waktu atau jadwal merupakan salah satu sasaran utama proyek. Keterlambatan akan mengakibatkan berbagai bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya, kehilangan kesempatan produk memasuki pasaran, dan lain-lain.

Jadwal Pelaksanaan dilapangan Kontraktor Pelaksana harus membuat jadwal pelaksanaan, yaitu rencana waktu pelaksanaan pekerjaan. Melakukan pekerjaan dengan menggunakan jadwal pelaksanaan dapat membantu diketahuinya apakah pelaksanaan proyek lebih cepat, tepat waktu atau lebih lambat dari yang direncanakan. Ada Proyek Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik ini jenis jadwal pelaksanaan yang digunakan adalah kurva - s (s-curve).

2.5.1. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Untuk dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik, dibutuhkan :

1. Gambar kerja proyek

2. Situasi dan kondisi di lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi serta hambatan dan kemudahan yang akan ditemui pada saat pekerjaan di lapangan.


(37)

3. Jangka waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian dan kemampuan tenaga kerja.

4. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek 5. Bill og Quality (BQ) atau daftar volume pekerjaan 6. Data lokasi proyek berada

7. Data sumber daya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia di sekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung

8. Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi proyek

9. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

10. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek

11. Data jenis transportasi termasuk alat berat yang dapat digunakan di sekitar lokasi proyek

12. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan

13. Data kapasitas produksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material

14. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu pembayaran progress dan lain-lain.

2.5.2. Manfaat Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule)

Manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek konstruksi antara lain :

1. Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.

2. Pedoman waktu untuk pendatangan material yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan dilaksanakan.

3. Pedoman waktu untuk pengadaan alat-alat kerja

4. Sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek.

5. Sebagai tolak ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.

6. Sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek konstruksi.


(38)

8. Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau bonus asas percepatan proyek.

9. Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi.

BAB III

PELAKSANAAN LAPANGAN


(39)

Pelaksanaan pekerjaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh pelaksana lapangan (kontraktor) dalam suatu proyek. Didalam pelaksanakan semua segmen dan pihak akan terlibat secara langsung.

Pekerjaan dilapangan ditinjau secara analisa visual dilapangan untuk kerja praktek, yang di kombinasikan dengan kegiatan yang telah ditentukan dalam schedule pekerjaan dilapangan.

3.2. Data Teknis

1. Nama Kegiatan : Pembangunan Jalan Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Pekerjaan : Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik 3. Lokasi : Kabupaten Tanjung Jabung Timur

4. Nomor Kontrak : 59/SPK/BM/PU-TJT/APBD/2015 5. Tanggal Kontrak : 09 September 2015

6. Nilai Kontrak : Rp. 3.280.000.000,00 (Tiga Milyar Dua Ratus Delapan Puluh Juta Rupiah)

7. Sumber Dana : APBD Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran 2015 tertuang di dalam DPA-SKPD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur

8. Bidang : Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Tanjung Jabung Timur 9. Pelaksana : PT. Nai Adhipati Anom

10. Alamat : Dusun Cendrawasih Rt. 014 Kel. Simbur Naik Kec. Muara Sabak Timur

11. Konsultan Pengawas : CV. Tri Jaya Konsultan 12. NPWP : 02.714.981.4-331.000 13. Tahun Anggaran : 2015


(40)

3.3. Data Umum Kegiatan

Data pekerjaan lapangan pada proyek : 1. Mobilisasi

2. Pekerjaan Persiapan

- Pembersihan Lokasi

- Pembuatan papan nama proyek

- Pembuatan direksi keet dan barak kerja

- Persiapan alat kerja 3. Pekerjaan Tanah

- Galian

- Timbunan

4. Pekerjaan Struktur Jalan

- Perakitan Tulangan

- Pemasangan Tulangan

- Pengecoran 5. Pekerjaan Finishing

- Perataan Permukaan Jalan dengan kemiringan 2-3 %

- Lapis Pengikat Aspal Cair

3.1. Mobilisasi

Mobilisasi yang dilakukan dalam pekerjaan dilapangan yang meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan pengangkutan, dan pemindahan alat serta material yang diperlukan untuk pengerjaan pada proyek tersebut.

Mobilisasi dalam kegiatan proyek pekerjaan ini tergantung pada volume pekerjaan yang dilakukan, dan mobilisasi yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana dilapangan antara lain adalah :

a. Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.

b. Mobilisasi kepala pelaksana yang memenuhi jaminan kualifikasi menurut cakupan pekerjaannya.

c. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam kontrak.

d. Mobilisasi dan pemasangan peralatan pekerjaan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan.


(41)

e. Mobilisasi penyediaan dan pemeliharaan base camp kontraktor, jika perlu termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.

f. Mobilisasi pengangkutan alat-alat berat.

Mobilisasi alat sangat penting peranannya dalam mendukung pengendalian waktu pelaksanaan suatu proyek. Keterlambatan memobilisasi alat, dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan pekerjaan, karena jadwal pengadaan alat terkait erat dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Oleh karena itu untuk dapat menjamin ketepatan mobilisasi alat, perlu dipilih berbagai cara transport dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan :

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan alat adalah sebagai berikut :

1. Survey rute transport alat.

2. Izin-izin dari instansi/pihak yang berwenang. 3. Perkiraan waktu yang diperlukan

4. Jadwal kapal pengangkut, bila pengangkutan melalui laut.

5. Survei kondisi dan fasilitas muat dan bongkar di pelabuhan yang dilalui.

6. Asuransi pengangkutan.

7. Pemilihan perusahaan angkutan yang bonafide, bila pengangkutan alat diserahkan pada perusahaan lain.

Mobilisasi dilapangan terutama pengangkutan material yang sangat penting guna mencapai waktu dan jarak tempuh yang maksimal, mobilisasi material menggunakan truck.

Mobilisasi staf pelaksana dan pengawas lapangan menggunakan sepeda motor untuk mengontrol kegiatan dilapangan dikarenakan bentang jalan yang akan dilewati tidak terlalu jauh.


(42)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.1. Mobilisasi Material dan Pelaksanaan Lapangan 3.2. Pekerjaan Persiapan

Suatu pekerjaan pada proyek yang akan dilaksanakan oleh kontraktor tersebut tidak lepas dari peranan pimpinan kontraktor, terutama selaku penanggung jawab seluruh kegiatan fisik di lapangan dari permulaan pekerjaan atau persiapan hingga tahap akhir dan penyerahan kepada pihak Pemilik Proyek.

3.2.1. Pembuatan Papan Nama Proyek

Adapun tujuan pembuatan papan nama proyek ini adalah sebagai informasi kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut ada kegiatan pembangunan jalan, dengan demikian diharapkan masyarakat dapat memahami untuk membantu dalam kelancaran pekerjaan, papan nama proyek juga berfungsi sebagai penempatan lokasi pekerjaan dan semua yang berkaitan dengan kelancaran pekerjaan.


(43)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.2. Papan Nama Proyek 3.2.2. Pembuatan Direksi Keet dan Barak Kerja

Direksi keet adalah kantor sementara yang gunanya untuk kegiatan administrasi lapangan dengan segala bentuk kegiatan pelaporan, perhitungan, koordinasi, sebagai tempat informasi kemajuan pelaksanaan di lapangan dan juga untuk pertemuan dan konsultasi permasalahan pekerjaan yang dilaksanakan sampai akhir proyek.

Pembuatan barak kerja bertujuan untuk tempat bekerja bagi para pekerja, menganyam dan merakit tulangan besi atau pun pembuatan papan bekisting yang digunakan sebagai mal/cetakan dan pembuatan komponen-komponen yang diperlukan di lapangan. Berfungsi juga sebagai tempat tinggal sementara bagi para pekerja.

Adapun syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan barak kerja tersebut antara lain :

1. Tidak ada rembesan atau tempias pada waktu hujan. 2. Tidak lembab atau basah

3. Mempunyai ventilasi udara

4. Diusahakan dibuat nyaman agar para pekerja dapat memulihkan tenaga untuk bekerja.

5. Tersedianya air dan WC darurat.

Direksi keet dan barak kerja pada proyek ini dibangun dengan menyewa tempat pada pemukiman warga setempat, dan jaraknya tidak jauh dari lokasi pekerjaan.


(44)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.3. Barak Kerja dan Gudang Material 3.2.3. Persiapan Alat Kerja

Persiapan alat kerja sangat penting dilakukan pada saat melakukan suatu pekerjaan di lapangan, dengan mengikuti item pekerjaan yang akan dilaksanakan alat yang digunakan meliputi alat berat maupun alat ringan wajib dilakukan persiapan demi kelancaran dalam melakukan pekerjaan di lapangan.

a. Alat Berat

Alat berat yang digunakan pada pekerjaan peningkatan jalan ini meliputi sebagai berikut :

- Track Loader

Track loader yang digunakan pada pekerjaan tanah timbunan biasa untuk memperbaiki tanah dasar yang akan dilakukan peningkatan jalan.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.4. Track Loader

b. Alat Ringan

Alat yang digunakan untuk perakitan, pemasangan tulangan serta pengadukan campuran beton, dikarenakan pada proses pengadukan campuran beton yang menggunakan adukan site mix, alat yang digunakan


(45)

pada pekerjaan yang cenderung bisa dilakukan dengan cara konvensional yang memaksimalkan tenaga dari pekerja, alat yang digunakan dalam pekerjaan jalan meliputi sebagai berikut :

1. Cangkul tersedia 8 buah 2. Pelengki tersedia 22 buah 3. Molen tersedia 2 buah 4. Sekop tersedia 8 buah

5. Pemotong Besi tersedia 2 buah 6. Kunci Besi tersedia 1 buah 7. Ember

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.5. Peralatan Adukan Beton 3.3. Pekerjaan Tanah

Yang dimaksud pekerjaan tanah adalah pekerjaan pengolahan tanah sebelum pelaksanan pembangunan. Pekerjaan tanah pada proyek peningkatan jalan ini meliputi pekerjaan galian dan timbunan.

3.3.1. Timbunan/Urugan

Pekerjaan timbunan adalah penimbunan disuatu bagian tertentu dalam proyek dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang direncanakan.

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang sesuai dengan spesifikasi, Pekerjaan timbunan dilapangan menggunakan bantuan alat berat,


(46)

sesuai dengan tebal timbunan yaitu 20 cm, kemudian Track loader meratakan tanah kebagian-bagian jalan yang akan dipadatkan sesuai dengan rencana, dan kemudian dipadatkan.

Pekerjaan penimbunan dilakukan pada ruas jalan yang akan dilakukan pekerjaan perkerasan kaku.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.6. Proses Penimbunan Urugan Tanah

Tanah timbunan berasal dari tanah timbunan biasa yang didatangkan, tanah tersebut ditimbun berdasarkan tebal dan elevasi yang telah di tentukan pada perencanaan.

3.3.2. Galian

Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah atau pengambilan tanah dengan tujuan untuk membentuk elevasi tanah sesuai dengan perencanaan.

Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau pemupukan tanah, batu, dan bahan lainnya dari jalan atau sekitarnya

Pekerjaan galian pada pelaksanaan peningkatan jalan Lambur II – Simbur Naik ini adalah pekerjaan untuk galian balok pondasi jalan yang berfungsi sebagai topangan pelat jalan beton.


(47)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.7. Pekerjaan Galian Pondasi Balok

Proses pekerjaan galian pada proyek Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik ini adalah sebagai berikut :

a. Galian yang dilakukan oleh pekerja memakai cara konvensional, dikarenakan kedalaman tanah pada galian tersebut hanya sekitar 15-20 cm.

b. Bahan galian yang telah dilakukan tidak dipakai kembali dikarenakan kondisi tanah gambut tidak disetujui untuk digunakan sebagai bahan timbunan kembali, yang dibuang dan diratakan dipinggir jalan

3.4. Pekerjaan Konstruksi Jalan

Pekerjaan perkerasan kaku merupakan suatu proses atau tahapan pekerjaan utama dalam Pekerjaan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik dikarenakan pada perkerasan kaku terdapat struktur jalan yang telah melalui proses perencanaan, sehingga ditetapkan dan dilaksanakan tipe perkerasan jalan beton bertulang.

3.4.1. Penyiapan Segmen Jalan

Penyiapan segmen jalan pada proses pekerjaan perkerasan kaku di lakukan guna untuk memperlancar proses pengerjaan serta berguna untuk kebersihan dan perataan dan perbaikan elevasi tanah dasar. Penyiapan segmen jalan yang meliputi sebagai berikut :

a. Pengukuran

Pengukuran elevasi berguna untuk menyetarakan dan mempermudah proses pengecoran plat (slab) beton f’c 15 MPa (184, 34 kg/cm2).


(48)

Pengukuran disesuaikan dengan lebar dan panjang segmen jalan atau pelat (slab) beton yang akan dikerjakan. Pengukuran elevasi disesuaikan dengan kondisi dilapangan yang diukur dengan selang timbang. Pelat yang digunakan pada perkerasan kaku, digunakan pelat lebar 3,5 m, 5 m, dan 6 m sedangkan panjang 1 segmen jalan atau pelat (slab) beton adalah 5,5 m. Jika posisi segmen jalan yang akan dikerjakan pada posisi setelah jembatan pedestrian, maka digunakan kemiringan 2-3 % pada posisi memanjang jalan hal ini dikarenakan agar para pengemudi kendaraan dapat menerima layanan jalan yang aman dan nyaman.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.8. Proses Pengukuran Penentuan Lebar Segmen Jalan

b. Pemasangan Patok

Pemasangan Patok dimaksudkan sebagai penanda lebar segmen jalan yang akan dikerjakan sekaligus untuk menempatkan papan bekisting agar bisa dipasang dengan kuat dan kaku. Patok kayu berukuran 5 x 7 cm


(49)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.9. Pemasangan Patok Kayu

c. Pemasangan Benang

Pemasangan benang dimaksudkan agar memberikan penanda elevasi segmen jalan yang akan di cor guna menghindari kesalahan dalam proses perataan permukaan jalan beton. Benang yang digunakan berupa benang nylon.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.10. Pemasangan Benang Nylon

d. Pemasangan Bekisting

Pemasangan Bekisting yang dijadikan sebagai cetakan beton yang berbentuk persegi panjang dari kayu tebal 10 mm panjang dan lebar disesuaikan dengan kebutuhan. Papan bekisting bisa digunakan beberapa kali jika papan tersebut masih layak digunakan, hal ini disebabkan penggunaan bahan material dan volume yang hampir sama dalam pada adukan beton satu segmen jalan (slab) beton.


(50)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.11. Pemasangan Papan Bekisting 3.4.2. Perakitan Tulangan

- Balok

Pada pekerjaan perakitan Tulangan balok dilaksanakan di base camp / Gudang. Balok memakai tulangan polos 10 , dan sengkang

8 dengan jarak sengkang 150 mm. Perakitan tulangan balok yang dilakukan di gudang/barak kerja dianggap efisien dikarenakan perhitungan ketelitian dan kerapihan dalam merakit tulangan balok.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.12. Proses Perakitan Tulangan Balok - Pelat

Pelat pada pelaksanaan pekerjaan menggunakan tulangan wiremesh. wiremesh adalah besi yang bentuknya seperti kawat dan dianyam menjadi lembaran, sehingga pelat tidak dirakit dilokasi pekerjaan, wiremesh dilokasi pekerjaan digunakan type M 10 dengan diameter besi ulir 10 mm


(51)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.13. Wiremesh 2,1 m x 5,4 m 10

- Ruji/dowel

Ruji/dowel pada pekerjaan ini menggunakan tulangan baja ulir dengan

19 , pada masing – masing lebar jalan memiliki jumlah dowel yang berbeda-beda.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.14. Ruji/Dowel 3.4.3. Pemasangan Tulangan

Sebelum pemasangan tulangan pada lokasi segmen-segmen yang telah diberi tanda oleh tukang, terlebih dahulu pemasangan mall/bekisting pada lokasi segmen yang telah dikerjakan, setelah mall/bekisting selesai dipasang kemudian disusul dengan Pemasangan tulangan dilakukan secara manual oleh tukang, yaitu dengan meletakkan balok, kemudian tulangan pelat dan menguncinya dengan kawat baja, setelah terpasang baru kemudian disusul dengan pemasangan dowel.


(52)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.15. Pemasangan Tulangan 3.4.4. Sumber Air

Sumber air adalah hal yang sangat perlu diperhatikan dikarenakan sumber air yang digunakan haruslah sesuai. Kondisi air tawar di daerah Lambur II – Simbur Naik sangatlah terbatas, maka pada proses pekerjaan campuran adukan beton digunakan air dari sumur bor yang kemudian ditampung dalam drum.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015


(53)

3.4.5. Pengecoran Pelat dan Balok

Pengecoran pelat dan balok dilaksanakan ketika semua komponen selesai dipasang pada satu segmen jalan. Kemudian dilaksanakan adukan 1:2:3 didalam mesin molen. Adapun komponen – komponennya seperti semen, pasir, batu dan juga air. Setelah selesai menjadi beton segar, segera gerobak (angkong) datang menghampiri mesin molen tersebut kemudian gerobak (angkong) yang berisi campuran beton segar segera mengisi bagian – bagian segmen jalan tersebut, kuat tekan beton didalam spesifikasi yaitu dengan mutu f’c 15 MPa (184, 34 kg/cm2 )

Adukan beton segar yang dilakukan dengan cara konvensional (site mix) dengan bantuan tenaga pekerja dan molen dikarenakan untuk efisiensi waktu, tidak memungkinkannya menggunakan ready mix karena akses jalan yang tersedia tidak bisa tercukupi.

Sumber : Foto, Kerja Praktek 2015

Gambar 3.17. Proses Pengadukan Site Mix Beton F’c 15 Mpa

Analisa dilapangan dengan perhitungan adukan secara manual dengan komposisi sebagai berikut :

- 1 zak semen - 33 sekop

- 8 keranjang split - Air + 5-6 ember


(54)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.18. Hasil Pekerjaan Jalan Plat (Slab) Beton Lebar 6 m

Setelah meninjau campuran komposisi dilapangan maka dapat dihitung kembali dengan persentasi pendekatan campuran beton K 175 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Komposisi Campuran Beton 1m3 “Referensi : SNI DT-91-0008-2007”

KOMPOSISI CAMPURAN BETON NO

KUAT BETON RENCANA

BAHAN BERAT JENIS VOLUME PERB.VOL

8

14,5 Mpa (K175) W/C=0,66

SEMEN 326 Kg 3150 Kg/m3 0,1035 m3 1

PASIR 760 Kg 1400 Kg/m3 0,5429 m3 3,817

KERIKI

L 1029 Kg 1350 Kg/m3 0,7622 m3 5,359

AIR 215 Liter 1000 Kg/m3 0,215 m3 1,512

Tabel 3.2. Komposisi 1 zak semen (50 kg)

KOMPOSISI CAMPURAN BETON NO

KUAT BETON RENCANA

BAHAN BERAT JENIS VOLUME

PERB. VOL

8 14,5 Mpa(K175) W/C=0,66

SEMEN 50 Kg 3150 Kg/m3 0,016 m3 1

PASIR 116,56 Kg 1400 Kg/m3 0,083 m3 3,817

KERIKI

L 157,82 Kg 1350 Kg/m3 0,117 m3 5,359 AIR 32,98 Liter 1000 Kg/m3 0,033 m3 1,512


(55)

Bahan PelengkiJenis

Ukuran Pelengki Vol. Pelengki

(m3)

Jumlah Pelengki

d p l t

Semen Zak @50kg 1

Pasir Sekop 0,3 0,2 0,05 0,0030 28

Split Rotan 0,4 0,4 0,1 0,0160 7

Air Ember 0,275 0,26 0,0154 2 NB : Hasil Perhitungan Pendekatan di Lapangan

3.4.6. Pekerjaan Finishing

Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan terakhir dalam proses pengerjaan pengecoran plat (slab) jalan beton yang meliputi :

- Pemasangan Skat Pembatas

Pemasangan skat pembatas segmen plat (slab) jalan beton yang berfungsi memberikan alur, sebelum diberikan lapis resap pengikat aspal cair. Skat digunakan steroform tipis tebal 5 mm yang melapisi batas antar segmen plat (slab) jalan beton.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.19. Pemasangan Steroform Pembatas - Perataan Permukaan Jalan Beton

Perataan permukaan dilakukan ketika campuran beton segar telah padat memenuhi seluruh segmen plat (slab) jalan beton, perataan menggunakan alat perata yang terbuat dari kayu, kemiringan diatur


(56)

2%-3% sesuai intruksi kepala tukang, dan juga superelevasi pada tikungan.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.20. Perataan Permukaan Jalan Beton - Lapis Pengikat Aspal Cair

Penggunaan lapis pengikat aspal cair di gunakan pada saat semua pekerjaan segmen plat (slab) jalan beton telah selesai digunakan, barulah pekerjaan lapis pengikat aspal cair di kerjakan.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015


(57)

3.5. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu meliputi tindakan-tindakan yang berupa pengetesan, pengukuran, dan pemeriksaan berguna untuk memantau apakah kegiatan

engineering, pembelian, manufaktur, konstruksi, dan kegiatan lain untuk mewujudkan sistem instalasi atau produk hasil proyek telah dilakukan sesuai dengan kriteria yang digariskan. Demikian juga halnya dengan material, peralatan, dan instalasi yang telah dibuat, dibeli, dan dibangun apakah telah sesuai dengan prosedur gambar, dan spesifikasi. Bila ternyata terdapat penyimpangan, maka segera diambil tindakan koreksi. Jadi tidak berbeda dengan sasaran pekerjaan yang lain, yaitu biaya dan jadwal, pada aspek mutu diadakan langkah-langkah perencanaan, pengendalian, dan koreksi. Dapat diuraikan pengendalian mutu pada pekerjaan peningkatan jalan ini adalah :

a. Pengendalian mutu beton

b. Pengendalian mutu tulangan baja c. Pengendalian timbunan tanah

3.5.1. Pengendalian mutu beton

Pengujian beton merupakan bagian dari pengendalian mutu beton. Pengendalian mutu beton dimaksudkan agar beton yang didapat minimal sama dengan mutu beton rencananya, sebagaimana dalam perhitungan rencana bahan susun. Pengujian bahan beton dimulai sejak pengujian bahan susunnya beton segar hingga telah tercetak. Pengujian bahan susun meliputi segala syarat yang telah di tetapkan. Pengujian beton keras meliputi uji tarik lentur. Uji tarik belah, uji kuat desak dan uji hammer test. Kesemua test tersebut dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti apakah mutu beton yang telah dibuat tersebut sesuai dengan rencana awal. Sehingga dengan demikian akan menjadi jelas akan apa yang akan dihasilkan.


(58)

Dalam mendapatkan suatu mutu beton yang memenuhi syarat dan ekonomis, yang dapat menjadi pedoman dalam pengendalian mutu beton (quality control) pada pelaksanaan suatu konstruksi beton di lapangan, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan dan pengujian test laboratorium pada bahan-bahan agregat yang akan di gunakan untuk pembuatan beton tersebut.

Tujuan dari penyelidikan material ini job mix design adalah memberikan informasi tentang komposisi pasir, material/agregat, air yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan beton dengan mutu tertentu misal : K-175, K-250, K-300, dll.

Pemeriksaan dan pengujian di laboratorium meliputi :

a) Pemeriksaan/analisa gradasi agregat halus dan kasar : ASTM C-35, SK SNIM-08-9989-F.

b) Modulus kehalusan agregat halus : ASTM C-33, SK SNI M-08-1989-F. c) Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar ; ASTM C-12, SK SNI

M-09-1989 Dan SK SNI M-10-1989-F

d) Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar.

e) Pemeriksaan peresapan agregat halus dan kasar ; SK-SNI M-09-1989 dan SK SNI N-10-1989-F.

f) Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus dan kasar.

g) Pengujian keausan agregat kasar dengan Los Angeles Abration, SNI 03 m 04-1991.

h) Pemeriksaan berat isi beton ; SK SNI M-14-1989-F i) Pemeriksaan Slump ; SK SNI M-12-1989-F

j) Pembuatan dan pengujian contoh uji beton; SK SNI M-14-1989-F Pemilihan material-material pembentuk coran beton mesti memiliki kriteria yang baik dan sesuai ketentuan, mulai dari semen, air, agregat kasar dan halus atau bahan tambah bila digunakan.

Semen :

(1) Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI.

(2) Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk/merk.


(59)

(3) Semen yang didatangkan harus baik dan baru serta dalam kanting-kantong semen yang masih utuh.

(4) Untuk penyimpanan diletakkan minimal 20 cm di atas tanah, semen yang mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan/lokasi.

Agregat Beton :

(1) Pasir beton harus tajam, keras, bersih dari kotoran-kotoran dan bahan kimia, bahan organik dan susunan diameter butirnya memenuhi persyaratan-persyaratan (SNI 03 – 2847 Tahun 2002) jumlah butiran lumpur lembut harus kurang dari 5% keseluruhannya.

(2) Ukuran maksimum dari batu pecah/split adalah 2 cm dengan bentuk lebih kurang seperti kubus dan mempunyai “bidang pecah” minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi mutu beton dan memenuhi persyaratan (SNI 03 – 2847 tahun 2002)

Air :

(1) Untuk adukan, air yang dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat mengurangi mutu beton. Pengujian test slump beton

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konsistensi suatu campuran beton berdasarkan satuan slump. Suatu campuran beton memiliki konsistensi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan suatu bangunan yang akan dibeton. Konsistensi ini dapat sangat kering, kering, plastis, plastis cair, cair, dan sebagainya.

Prosedur percobaan test slump :

a) Cetakan dan pelat dibasahi dengan kain basah b) Letakkan cetakan diatas plat.


(60)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.22. Perletakan Alat Slump

c) Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis. Tiap kira-kira 1/3 isi cetakan, setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada bagian bawah atau lapisan pertama, penusukan bagian tepi dilakukan dengan tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan dinding cetakan.

d) Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat, tunggu selama ½ menit dan dalam jangka waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar cetakan harus dibersihkan.

e) Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas. f) Balikkan cetakan dan letakkan disamping benda uji.

g) Ukur slump yang terjadi dengan menggunakan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata – rata dari benda uji.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.23. Pengukuran Slump Test di Lapangan


(61)

a) Pekerjaan pengecoran harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan tempat-tempat yang aman.

b) Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata harus memakai mesin pengaduk beton/concrete mixer

pengaduk (untuk pembuatan beton praktis campuran 1 pc : 2 ps : 3 spt) dan memakai Site Mix (untuk pembuatan beton struktur dengan mutu f’c 15 Mpa). .

c) Selama waktu pengerasan, beton harus dihindarkan dari pengeringan yang terlalu cepat dan melindunginya dengan menggenangi air di atas permukaan terus-menerus selama paling tidak 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran plat.

d) Pembongkaran bekisting tidak boleh sebelum waktu pengerasan dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang sudah mengeras.

Perawatan coran beton (SNI Beton, 2002)

a. Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10oC dan dalam kondisi lembab untuk

sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.

b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu di atas 10oC

dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selam 3 hari pertama.

Prosedur pengambilan contoh uji dapat didasarkan atas beberapa faktor yang akan menghasilkan contoh uji yang benar-benar mewakili sebagai berikut :

a. Pengambilan contoh uji dilakukan sebelum beton dipindahkan dari mixer ke alat angkut menuju ke tempat pengecoran beton.


(62)

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.24. Sampel Campuran Beton (Kubus)

b. Pada setiap batch, contoh uji hanya boleh diambil saat penuangan telah mencapai 10% dan sebelum mencapai 90%. (SNI 2458,2008)

Benda uji untuk sampel yang diambil bisa berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm ataupun kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm. Untuk perawatan benda uji, setelah 1 hari dalam cetakan benda uji dikeluarkan dari cetakan dan disimpan dalam suhu yang baik atau dengan cara direndam di dalam air. Pelaksanaan pengendalian mutu beton di lapangan

Mutu beton yang digunakan di lapangan adalah f’c 15 Mpa dilaksanakan pada pekerjaan plat (slab) jalan beton.

Adapun spesifikasi campuran yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Portland Cement (PC)

Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah jenis portland cement yang sesuai dengan AASHTO M 85 terdiri dari jenis I, II, III dan V. Semen yang mengandung zat penggelembung tidak boleh digunakan dan semen yang digunakan pada pekerjaan hanya hasil dari satu pabrik dari


(63)

satu macam jenis portland cement. Semen yang digunakan pada pekerjaan ini adalah semen holcim PCC Type I 50 Kg.

2. Air

Air yang digunakan dilapangan adalah air hasil dari sumur bor warga setempat.

3. Agregat yang digunakan pada pekerjaan jalan ini adalah : Agregat halus : Pasir

Agregat kasar : Batu split atau batu pecah, sumbernya dari Tanjung Batu, Desa Kota Baru Kec. Muara Sabak Barat. Proses pengecoran beton di lapangan

a) Dalam melakukan proses pengecoran plat (slab) jalan beton terdapat juga perhentian pada segmen jalan yang di cor dikarenakan berbagai macam faktor seperti : jam istirahat pekerja, hujan di lapangan, namun penghentian pengecoran ini masih diambang batas kurang dari 30 menit dan kemudian dilanjutkan kembali.

b) Alat yang digunakan untuk mengaduk coran beton dilapangan adalah concrete mixer kapasitas adukan satu zak semen / 350-500 lt.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015


(64)

c) Adukan coran ditampung didalam lori dan kemudian di tuangkan pada badan/segmen jalan (slab) beton.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.26. Proses Penuangan Beton Segar 3.5.2. Pengukuran Hasil Pekerjaan

Pengukuran hasil pekerjaan difungsikan untuk pengendalian dan pengecekan kembali hasil pekerjaan dengan mengkur panjang dan lebar setiap segmen (slab) jalan beton. Pengukuran ini dilakukan oleh pihak pengawas lapangan Bina Marga, Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Pengawas.

Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015

Gambar 3.27. Pengukuran Hasil Pekerjaan 3.6. Perhitungan Persentasi Kerja

Perhitungan persentasi kerja dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana sangat penting, sebab hal tersebut sangat berkaitan dengan besarnya pembayaran hasil pekerjaan pada setiap bulannya.


(65)

Dari seluruh macam pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam satu hari kemudian di jumlahkan dan didapat kemajuan kerja untuk satu hari tersebut lalu di teruskan dengan satu minggu. Kemudian setelah satu minggu dan dilanjutkan dengan satu bulannya.

Tabel 3.4. Contoh Perhitungan Persentasi Kerja perminggu (Minggu Ke 3)

Tabel 3.5. Contoh Perhitungan Persentasi Kerja Perminggu (Minggu Ke 4)

Contoh Item perhitungan item pekerjaan

Uraian Pekerjaan : Lapis Resap Pengikat Aspal Cair Total Kontrak : Rp. 2.981.819.002,451

Harga Satuan : Rp. 16.747,00 Jumlah harga : Rp. 4.454.649,00 Bobot minggu lalu = Volume Minggu lalu

Volume Kontrak × Bobot kontrak( )

Bobot minggu ini = Volume Minggu iniVolume Kontrak × Bobot kontrak( )

Bobot S.D minggu ini = Bobot minggu ini + Bobot minggu lalu Prosentasi pekerjaan = Volume s . d Mingguini

Volume Kontrak ×100

Bobot Kontrak = Harga satuan

Total Kontrak×100

Perhitungan prestasi kerja disamping untuk menentukan besarnya pembayaran hasil pekerjaan pada setiap bulannya, juga untuk melihat kemajuan


(66)

dan kemunduran pekerjaan, yang dapat dilihat dari rencana kerja yang telah ditentukan master schedule dengan membandingkan pada kemajuan yang di capai untuk waktu tersebut.

Perhitungan prestasi kerja yang ada dilapangan mengalami percepatan dari hitungan hari kerja yang telah ada di dalam kontrak, hal ini mengacu pada progress yang meningkat dari minggu-keminggu sehingga pekerjaan mendapatkan waktu penyelesaian yang lebih cepat.

3.7. Pelaporan

Kontraktor pelaksana membuat laporan pekerjaan yang telah diselesaikan, laporan tersebut dinamakan laporan harian. Laporan tersebut dibuat berdasarkan hasil yang telah dicapai pada hari tersebut. Laporan harian tersebut kemudian dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas pekerjaan yang bersangkutan.

3.7.1. Laporan Harian

Laporan harian yang dibuat oleh kontraktor pelaksana setidak-tidaknya berisikan sebagai berikut :

a. Pengadaan tenaga kerja yang terdiri dari staf pekerja diantaranya pelaksana, staf teknik logistik, mandor, tukang, pekerja.

b. Uraian peralatan yang dipakai

c. Banyaknya material/bahan yang dipakai dan sejenis material d. Keadaan Cuaca

e. Uraian pekerjaan yang meliputi : 1) Pekerjaan hari ini

2) Akumulatif

3) Kemajuan prestasi

Setelah satu hari, maka laporan harian tersebut dijadikan laporan mingguan. Laporan mingguan ini juga nantinya dimintakan persetujuan dari konsultan Pengawas.


(67)

Laporan mingguan merupakan laporan yang dibuat oleh kontraktor pelaksana mengenai pelaksanaan dilapangan. Laporan mingguan berisikan :

a. Tenaga kerja setiap harinya dan rata-rata perhari

b. Keadaan cuaca tiap harinya pada periode waktu tersebut

c. Peralatan yang dipakai dan materialnya dalam satu minggu tersebut. d. Uraian pekerjaan yang meliputi

1) Rencana minggu ini dan akumulatifnya 2) Prestasi kerja minggu ini dan akumulatifnya

Demikian juga setelah satu bulan, maka dibuat laporan bulanan mengenai segala hal yang telah diuraikan diatas. Laporan bulanan tersebut adalah kumpulan laporan dari laporan-laporan terdahulu.

3.7.3. Laporan Bulanan

Laporan bulanan dibuat berdasarkan hasil yang mengacu pada laporan harian dan mingguan. Laporan bulanan berisikan :

a. Uraian pekerjaan selama bulan tersebut. b. Rencana kerja selama bulan tersebut. c. Rencana sampai dengan bulan ini d. Kemajuan kerja sampai bulan ini e. Keterlambatan dan kemajuan

f. Bila ada keterlambatan, maka dijelaskan keterlambatannya g. Laporan bulanan dilampirkan.

1) Laporan mingguan pada bulan tersebut

2) Foto-foto pekerjaan yang dikerjakan pada bulan tersebut

3) Semuanya laporan ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas

Pelaporan pada proyek ini meliputi berbagai macam pekerjaan antara lain :

a. Pekerjaan umum b. Pekerjaan tanah c. Pekerjaan struktur

Laporan bulanan inilah yang nantinya menjadi pengajuan termin dan sebagai bahan analisa oleh Pemilik Proyek untuk permintaan Kontraktor Pelaksana.


(68)

3.8. Perhitungan Realisasi Progress Pekerjaan

Perhitungan realisasi progres pekerjaan diperlukan guna mengetahui proses waktu pekerjaan, dan membandingkan dengan rencana progress. Progress dapat dihitung melalui laporan mingguan yang telah di buat berdasarkan realisasi dilapangan sehingga bisa di plotkan melalui progress rencana dalm bentuk grafik kurva s.

Setelah dilakukan perhitungan maka bisa dibandingkan hasil progress perencanaan dengan realisasi dilapangan. Pekerjaan Peningkatan Jalan Lambur II – Simbur Naik ini mengalami percepatan penyelesaian pekerjaan yang semula di targetkan 14 minggu, namun realisasi di lapangan hanya butuh waktu 9 minggu, dengan deviasi yang cukup signifikan dapat dilihat Gambar 3.22. Gambar Grafik Kurva-s. Detail perhitungan dapat dilihat di lampiran.


(69)

Gambar Grafik Hasil Perhitungan Progress Realisasi Di lapangan dengan Progress Rencana

3.27. Gambar Grafik Kurva-s

= Rencana = Realisasi


(70)

3.9. Sistem Pembayaran

Dalam Perpres 54 Tahun 2010 pasal 89 ayat 1 pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk :

a. Pembayaran bulanan

b. Pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan termin c. Pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan.

1) Pembayaran bulanan

Dalam sistem/cara seperti ini, prestasi Penyedia Jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah prestasi tersebut diakui Pengguna Jasa maka Penyedia Jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. Kelemahan cara ini adalah berapapun kecilnya prestasi Penyedia Jasa pada suatu bulan tertentu dia tetap harus dibayar. Cara pembayaran seperti ini menuntut persyaratan kontrak yang jelas dan ketat, karena kecendrungan Penyedia Jasa untuk menuntut sebesar-besarnya pembayaran tanpa terlalu memikirkan kemajuan pekerjaan. (Yasin, 2003).

2) Pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan termin Pembayaran termin atau angsuran merupakan pembayaran yang akan dilakukan bila kemajuan pekerjaan telah sampai pada tahap-tahap yang telah di sepakati, Contohnya :

a. Termin I kemajuan pekerjaan 25% b. Termin II kemajuan pekerjaan 50% c. Termin III kemajuan pekerjaan 75% d. Termin IV kemajuan pekerjaan 100%

Pembayaran akan dilakukan disetiap termin, asalkan prestasi pekerjaan telah mencapai yang disyaratkan dalam setiap termin. 3) Pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan

Kontrak terima jadi turnkey pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

Pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai


(71)

seluruh bangunan/konstruksi peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

Sistem pembayaran yang digunakan pada proyek ini menurut dokumen kontrak proyek, pembayaran dilakukan secara termin atau angsuran, berdasarkan ketentuan laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, foto pelaksanaan dan as build drawing.

Berdasarkan kontrak kerja proyek, pekerjaan konstruksi ini diberikan uang muka sebesar 20% dari nilai kontrak.

Uang muka pada proyek berfungsi untuk membantu pihak kedua yaitu Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pekerjaan diawal proyek dan dalam beberapa kemungkinan sebagai tanda bukti jadi bahwa pekerjaan tersebut siap dilaksanakan. Pemberian uang muka disesuaikan dengan tingkat atau kemampuan finansial perusahaan penyedia jasa, semakin baik perusahaan maka uang muka semakin sedikit, itu dikarnakan perusahaan yang baik dianggap mampu untuk menanggung semua biaya pekerjaan hingga selesai.

3.10. As-Built Drawing

Dalam pekerjaan konstruksi ada 2 gambar yaitu shop drawing dan as-buiild drawing.

Shop Drawing

Gambar atau serangkaian gambar yang dihasilkan oleh Kontraktor, pemasok, produsen, subkontraktor, atau perakit. Shop drawing


(72)

gambar yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana sebagai pedoman atau dasar pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

As built drawing

As built drawing adalah set akhir gambar yang dihasilkan pada penyelesaian proyek konstruksi.

As-built drawing adalah gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.

Gambar as-built drawing adalah gambar actual pelaksanaan setelah proses pekerjaan lapangan selesai dikerjakan.

Dari beberapa definisi di atas, kita bisa mengetahui bahwa

shop drawing adalah gambar-gambar yang dibuat sebelum memulai pelaksanaan pembangunan, sedangkan as-built drawing adalah gambar-gambar yang dihasilkan setelah proses pekerjaan konstruksi selesai. As-built drawing harus menggambarkan dan sesuai dengan pekerjaan lapangan yang dilakukan.

BAB IV

TINJAUAN KHUSUS

PERENCANAAN ALINEMEN HORIZONTAL

4.1. Landasan Teori 4.1.1. Klasifikasi Jalan

Adapun klasifikasi jalan menurut Buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Antar Kota Tahun 1997 antara lain sebagai berikut :


(1)

4.3. Gambar Hasil Perhitungan Alinemen Horizontal 4.4.1. Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

Sumber : Hasil Perhitungan, tahun 2015


(2)

87

4.4.2. Spiral-Spiral (S-S)

Sumber : Hasil Perhitungan, tahun 2015

Gambar 4.6 Alinemen Horizontal Tipe S-S


(3)

Sumber : Hasil Perhitungan, tahun 2015

Gambar 4.7 Alinemen Horizontal Tipe F-C

BAB V

PENUTUP


(4)

89

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan penulis adalah antara lain sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pekerjaan pada lapangan harus mengikuti gambar rencana yang telah disetujui, baik qualiti dan quantity materialnya.

2. Pada pekerjaan peningkatan jalan Lambur II-Simur Naik sangat kurang memperhatikan K3, mulai dari pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri dan alat pelindung kerja.

3. Dari hasil analisa, pada pekerjaan peningkatan jalan Lambur II-Simbur Naik terjadi percepatan penyelesaian pekerjaan.

4. Dari hasil pengamatan penulis, dalam pembuatan diagram superlevasi pada tikungan kurang teliti, yang berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal ketika pengemudi melewati tikungan.

5. Dari hasil tinjauan khusus yang dianalisa penulis, perencanaan alinemen horizontal pada STA 0 + 111,5. Penulis mencoba menganalisa dari 3 lengkung, yaitu FC (Full Circle), S-C-S (Spiral-Circle-Spiral) dan S-S (Spiral-Spiral) dan dari hasil perhitungan, menulis menyarankan menggunakan tipe lengkung S-S (Spiral-Spiral) dan S-C-S ( Spiral-Circle-Spiral), hal ini dikarenakan Sudut antar tangen ( ¿ yang besar lebih cocok untuk tipe lengkung S-S dan S-C-S dan juga Jari-jari rencana dan (Rc) dan jarak dari PI (Point Intersection) ke Lengkung yang tidak terlalu besar sehingga bisa diimplementasikan dilapangan.


(5)

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan beradasarkan hasil analisa pada pekerjaan peningkatan jalan Lambur II-Simbur Naik, antara lain sebagai berikut :

1. Pelebaran pada tikungan merupakan hal yang sangat penting, Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan konsistensi geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas ditikungan sama dengan dibagian lurus terutama untuk kendaraan besar seperti truk dan bus. Sebaiknya didalam perencanaan memperhitungkan pelebaran perkerasan jalan.

2. Kami menyarankan agar penempatan dan penyimpanan bahan-bahan material dapat lebih diperhatikan didalam pekerjaan, karena dapat mempengaruhi terhadap hasil kekuatan dan ketahanan yang akan diperoleh.

3. Kami menyarankan agar pada perencanaan permukaan beton dikasarkan, dengan cara disikat melintang garis sumbu (center line) jalan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pengendara.

DAFTAR PUSTAKA

---. 2015. Surat Perjanjian Kerja. Tanjung Jabung Timur : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tanjung Jabung Timur

---. 2010. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta : Setneg RI


(6)

91

---. 2015. Gambar Shop Drawing. Tanjung Jabung Timur : CV. Tri Jaya Konsultan

---. 2013. Peta Lokasi Tanjung Jabung Timur. Tanjung Jabung Timur : Dinas Pekerjaan Umum Tanjung Jabung Timur

---. 2007. Standar Nasional Indonesia DT-91-0008 Tentang Komposisi Campuran Beton. Jakarta : Dinas Pekerjaan Umum

---. 1997. Tata Cara Perencanaan Geometrik Antar Kota. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Marga

Husen, Abrar. 2008. Manajemen Proyek Perencanaan Penjadwalan dan Pengendalian Proyek. Yogyakarta : Andi

Erviano, I. Wulfram. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi. Yogyakarta : Andi