2-3 sesuai intruksi kepala tukang, dan juga superelevasi pada tikungan.
Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015
Gambar 3.20. Perataan Permukaan Jalan Beton -
Lapis Pengikat Aspal Cair Penggunaan lapis pengikat aspal cair di gunakan pada saat semua
pekerjaan segmen plat slab jalan beton telah selesai digunakan, barulah pekerjaan lapis pengikat aspal cair di kerjakan.
Sumber : Foto Kerja Praktek, 2015
Gambar 3.21. Lapis Pengikat Aspal Cair
3.5. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu meliputi tindakan-tindakan yang berupa pengetesan, pengukuran, dan pemeriksaan berguna untuk memantau apakah kegiatan
engineering, pembelian, manufaktur, konstruksi, dan kegiatan lain untuk mewujudkan sistem instalasi atau produk hasil proyek telah dilakukan sesuai
dengan kriteria yang digariskan. Demikian juga halnya dengan material, peralatan, dan instalasi yang telah dibuat, dibeli, dan dibangun apakah telah sesuai dengan
prosedur gambar, dan spesifikasi. Bila ternyata terdapat penyimpangan, maka segera diambil tindakan koreksi. Jadi tidak berbeda dengan sasaran pekerjaan
yang lain, yaitu biaya dan jadwal, pada aspek mutu diadakan langkah-langkah perencanaan, pengendalian, dan koreksi. Dapat diuraikan pengendalian mutu pada
pekerjaan peningkatan jalan ini adalah : a. Pengendalian mutu beton
b. Pengendalian mutu tulangan baja c. Pengendalian timbunan tanah
3.5.1. Pengendalian mutu beton
Pengujian beton merupakan bagian dari pengendalian mutu beton. Pengendalian mutu beton dimaksudkan agar beton yang didapat minimal sama
dengan mutu beton rencananya, sebagaimana dalam perhitungan rencana bahan susun. Pengujian bahan beton dimulai sejak pengujian bahan susunnya beton
segar hingga telah tercetak. Pengujian bahan susun meliputi segala syarat yang telah di tetapkan. Pengujian beton keras meliputi uji tarik lentur. Uji tarik belah,
uji kuat desak dan uji hammer test. Kesemua test tersebut dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti apakah mutu beton yang telah dibuat tersebut sesuai
dengan rencana awal. Sehingga dengan demikian akan menjadi jelas akan apa yang akan dihasilkan.
Dalam mendapatkan suatu mutu beton yang memenuhi syarat dan ekonomis, yang dapat menjadi pedoman dalam pengendalian mutu beton quality
control pada pelaksanaan suatu konstruksi beton di lapangan, perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan dan pengujian test laboratorium pada bahan-bahan
agregat yang akan di gunakan untuk pembuatan beton tersebut. Tujuan dari penyelidikan material ini job mix design adalah memberikan
informasi tentang komposisi pasir, materialagregat, air yang dapat digunakan sebagai acuan untuk pembuatan beton dengan mutu tertentu misal : K-175, K-250,
K-300, dll. Pemeriksaan dan pengujian di laboratorium meliputi :
a Pemeriksaananalisa gradasi agregat halus dan kasar : ASTM C-35, SK
SNIM-08-9989-F. b Modulus kehalusan agregat halus : ASTM C-33, SK SNI M-08-1989-F.
c Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar ; ASTM C-12, SK SNI
M-09-1989 Dan SK SNI M-10-1989-F d Pemeriksaan berat isi agregat halus dan kasar.
e Pemeriksaan peresapan agregat halus dan kasar ; SK-SNI M-09-1989
dan SK SNI N-10-1989-F. f Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus dan kasar.
g Pengujian keausan agregat kasar dengan Los Angeles Abration, SNI 03
m 04-1991. h Pemeriksaan berat isi beton ; SK SNI M-14-1989-F
i Pemeriksaan Slump ; SK SNI M-12-1989-F j Pembuatan dan pengujian contoh uji beton; SK SNI M-14-1989-F
Pemilihan material-material pembentuk coran beton mesti memiliki kriteria yang baik dan sesuai ketentuan, mulai dari semen, air, agregat
kasar dan halus atau bahan tambah bila digunakan. Semen :
1 Untuk pekerjaan konstruksi beton bertulang harus memakai semen sesuai standart SNI.
2 Dalam pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produkmerk.