Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Padi

11

II.4 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Padi

Pemanasan global diprakirakan akan berkisar 1,5 –4,5 °C, jika CO 2 meningkat dua kali lipat dimasa depan, pemanasan terbesar akan terjadi didaerah kutub sedangkan di equator lebih rendah IPCC, 2007. Dampak perubahan iklim pada sektor pertanian akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas tanaman, areal yang dapat diirigasi, efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama dan penyakit Sumarno dkk. 2008. Meningkatnya frekuensi dan intensitas anomali iklim selama 20 tahun terakhir, berpengaruh nyata terhadap penurunan luas tanam dan hasil panen Boer dan Las 2003; New dkk. 2012. Hasil kajian FAO dalam New dkk. 2012 menunjukkan bahwa dampak variabilitas dan perubahan iklim dapat menurunkan produktivitas tanaman pangan di kawasan Asia Tenggara sekitar 2,5 sampai 7,8. Sedangkan menurut Koesmaryono dkk. 2008 variabilitas dan perubahan iklim dengan segala dampaknya berpotensi menyebabkan kehilangan produksi tanaman pangan utama sebesar 20,6 untuk padi, 13,6 untuk jagung dan 12,4 untuk kedelai. Sementara itu dampak dari kenaikan temperatur menurut Darwin dkk. 2001 dalam penelitianya menjelaskan bahwa seiring dengan kenaikan rata-rata temperatur global maka akan terjadi penurunan produksi pertanian dan produksi bahan pangan lainya di wilayah Asia Tenggara sebesar 0,8 –4,8 . Untuk mengetahui interaksi antara unsur iklim, lahan dan tanaman pada sistem pertanian diperlukan suatu model sistem manajemen pertanian. Peranan model simulasi tanaman digunakan untuk merumuskan suatu sistem pertanian dengan mempertimbangkan aspek iklim yang sering disebut sebagai tactical management, sehingga bisa diketahui faktor saja apa yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman tersebut Robertson dkk. 2002. Salah satu model simulasi tanaman yang sudah dikembangkan di APSRU Agriculture Production System Research Unit, Natural Resource, CSIRO Australia, yaitu APSIM Agricultural Production Systems Simulator. APSIM mampu mensimulasikan proses biofisik pada sistem pertanian, khususnya yang berhubungan dengan ekologi tanaman dalam menghadapi resiko iklim Keating dkk. 2003. 12 Model APSIM mampu menyederhanakan interaksi lahan, iklim dan tanaman terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman, kisaran waktu untuk panen dalam kisaran data panjang, sehingga diketahui pengaruh variabilitas iklim terhadap produksi tanaman Robertson dkk. 2002. Kelemahan model APSIM tidak merumuskan pengaruh dari hama dan penyakit, kemudian subyektivitas dalam merancang suatu rancangan percobaan yaitu ulangan tidak bisa terdeskripsikan secara jelas. Kelebihan model APSIM mampu mensimulasikan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara kontinyu antara satu musim tanam pertama dengan musim tanam berikutnya secara multiyear sehingga bisa diketahui faktor apa yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tanaman tersebut. Robertson dkk. 2002 menjelaskan bahwa tujuan model APSIM menyajikan dampak jangka pendek dan jangka panjang dari suatu sistem pertanian pada suatu pertanaman yang sangat dipengaruhi oleh variasi musim. Hasil output APSIM berupa produktivitas yang disajikan dalam bentuk jumlah biomasa, waktu panen dan total produksi yang mampu dihasilkan oleh suatu tanaman dengan kondisi iklim, lahan dan jenis tanaman yang sudah ditentukan sebagai inputan model. Beberapa peneliti sebelumnya yang sudah memvalidasi hasil APSIM dalam penelitian produtivitas sorghum, gandum dan kacang hijau di Australia oleh Keating dkk. 2003; di negara-negara Asia Pasifik dan Amerika Selatan oleh Robertson dkk. 2002 untuk simulasi produksi kapas, kacang tanah. Sedangkan untuk wilayah Indonesia hal ini sudah dilakukan oleh Boer dkk. 2003 dengan hasil korelasi r = 0,91 untuk simulasi produksi kedelai dengan wilayah penelitian di Bogor. Sementara itu Suriadi dkk. 2012 dalam penelitianya menghasilkan bias total produksi padi yang sangat kecil antara hasil simulasi model APSIM dibanding hasil pengukuran lapangan dengan wilayah penelitian Nusa Tenggara Barat. Produksi padi rata-rata selama sepuluh tahun terakhir di provinsi NTB sebesar 6,1 tonha http:www.ntb.bps.go.id. 13

BAB III Data Dan Metodologi