Kesesuaian Agroklimat Tinjauan Pustaka

9

II.3 Kesesuaian Agroklimat

Dalam penentuan tingkat kesesuaian agroklimat tanaman, selain tipe tanah faktor iklim merupakan parameter yang paling diperhitungkan terutama curah hujan dan temperatur, karena kesesuaian agroklimat menggambarkan kondisi iklim optimum yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan baik di suatu lahan pertanian. Oldeman dkk. 1980 dengan konsep iklim pertaniannya menyatakan bahwa padi sawah membutuhkan air rata-rata 145 mmbulan, sedangkan palawija membutuhkan air rata-rata 50 mmbulan, kemudian hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75 atau sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30. Berdasarkan konsep tersebut, dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan untuk padi sawah maupun palawija misal X dengan menggunakan data yang panjang, yaitu : a Padi sawah : 145 = 1,00 0,82 X - 30 X = 213 mmbulan b Palawija : 50 = 0,75 0,82 X - 30 X = 118 mmbulan Nilai 213 mm dan 118 mm, dibulatkan menjadi 200 mm dan 100 mm, yang digunakan sebagai batas penentuan bulan basah BB dan bulan kering BK : Bulan basah BB : bulan dengan rata-rata curah hujan 200 mm, sedangkan Bulan kering BK : bulan dengan rata-rata curah hujan 100 mm. Klasifikasi iklim Oldeman dikelompokan menjadi 5 tipe utama yang didasarkan pada jumlah bulan basah berturut-turut, sedangkan 4 subdivisinya dikelompokan didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut. Berdasarkan hasil penelitian menurut As-Syakur dkk. 2011; BMKG 2008 tipe iklim C3, D3 dan D4 merupakan tipe iklim dominan di Pulau Lombok sedangkan di Pulau Sumbawa umumnya mempunyai tipe D3, D4 dan E4. Tipe ini mempunyai jumlah bulan basah sekitar 3-4 bulan pertahun. Kemudian hasil kajian GTZ 2010 menyatakan bahwa dalam kurun 1961-2008 terjadi kecenderungan penurunan curah hujan di bulan Januari dan perubahan tipe iklim di Pulau Lombok dari tipe agak basah, sedang, dan agak kering, bergeser menjadi sedang dan agak kering GTZ, 2010. Pergeseran tipe iklim tentu akan berpengaruh terhadap kesesuaian agroklimat suatu tanaman. 10 Kesesuaian agroklimat menurut Food Agricultural Organization FAO, adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tanaman tertentu. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kesesuaian agroklimat suatu lahan yaitu: parameter iklim, jenis tanaman dan lahan itu sendiri. Berdasarkan standar FAO kesesuaian agroklimat digolongkan kedalam empat kelas, antara lain : S1 sangat sesuai, S2 cukup sesuai, S3 sesuai marginal dan N tidak sesuai, Ritung dkk. 2007. Penjelasan dari definisi pembagian kelas diuraikan pada Tabel II.1 Tabel II.1 Klasifikasi kesesuaian agroklimat standar FAO No Kelas Penjelasan 1 S1 Sangat Sesuai Highly Suitable merupakan lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau meskipun mempunyai pembatas tapi tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. 2 S2 Cukup Sesuai Moderately Suitable merupakan lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas. 3 S3 Sesuai Marginal Marginal Suitable merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. 4 N Tidak Sesuai Not Suitable merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari. Sumber : Ritung dkk. 2007 Berdasarkan hasil kajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 2006 dalam Suriadi dkk. 2012 dari 1.911.294 ha total luas lahan pertanian di provinsi Nusa Tenggara Barat, secara umum kesesuaian agroklimat untuk tanaman padi hanya 3,05 masuk klasifikasi S1 sesuai, 23,47 klasifikasi sesuai marginal S3 dan sekitar 72,3 tidak sesuai N untuk tanaman padi. 11

II.4 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produktivitas Padi