misalnya: penurunan bidiversitas karena polusi. ICZM mengantisipasi hal itu dan merekomendasikan solusinya.
h. Hinterlands; ICZM berperan dalam menyusun strategi untuk mengurangi
dampak negatif pemanfaatan lahan hinterlands terhadap sumberdaya pesisir. i. Landscape; landscape wilayah pesisir bersifat unik sehingga memerlukan
perhatian khusus untuk melindungi dan untuk menjamin akses masyarakat ke wilayah tersebut. Salah satu program ICZM adalah melakukan preservasi
keindahan landscape pesisir.
j. Konflik pemanfaatan sumberdaya ; wilayah pesisir adalah tempat terjadinya konflik di antara para pengguna sumberdaya. ICZM menyediakan
platform metodologi resolusi konflik secara internal.
2.5. Ekologi Penting Wilayah Pesisir
Ekosistem pesisir dan laut tropis seperti: estuaria, hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang mempunyai potensi besar untuk menunjang produksi
perikanan. Karena produktifitasnya yang tinggi di perairan tersebut maka ekosistim pesisir merupakan habitat yang baik bagi ikan-ikan, baik untuk tempat
pemijahan spawning ground, pengasuhan nursery ground, atau sebagai
tempat mencari makan atau pembesaran feeding ground.
2.5.1 Ekosistem Estuaria
Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi, antara lain
Supriharyono, 2002; Dahuri, 2004: 1. Tempat bertemunya arus air sungai dengan arus pasang surut yang
berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, percampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya serta membawa pengaruh besar
pada biotanya. 2. Percampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika
lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.
3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan
sekelilingnya.
4. Kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lain, serta tofografi daerah eustuaria
tersebut.
2.5.2 Ekosistem Mangrove
Ekosistim mangrove adalah kesatuan ekologis dari berbagai biota
teresterial insekta, ular, primata dan burung dan akuatik ikan, udang, kepiting, kerang-kerangan dan organisme pengurai serta vegetasi hutan mangrove itu
sendiri. Vegetasi hutan mangrove ini merupakan vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut dan pantai berlumpur. Selanjutnya Alikodra 2004 menyatakan bahwa hutan mangrove dalam skala ekologis,
merupakan ekosistem yang sangat penting, terutama dukungannya bagi stabilitas ekosistem kawasan pesisir. Alikodra
2004 dan Dahuri 2004
selanjutnya menyatakan bahwa fungsi dan manfaat hutan mangrove adalah:
1. Bagi ekosistim daratan, sebagai peredam gelombang dan angin badai, serta pelindung dari abrasi. Bagi ekosistim laut terutama terumbu karang dan
sekitarnya, mangrove berfungsi sebagai pelindung terutama untuk penahan
lumpur dan perangkap sedimen yang berasal dari daratan; 2. Penghasil sejumlah detritus dari serasah daun dan dahan
mangrove. Produktivitas primer yang tinggi, dapat mencapai 2.920 gCm²tahun
menjamin keberlangsungan proses tropik pada ekosistim hutan mangrove.
3. Daerah asuhan nursery ground , daerah mencari makan feeding ground
dan daerah pemijahan spawning ground . Berbagai jenis ikan, udang dan
biota laut lainnya; 4. Penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar dan bahan baku arang
dan kertas pulp;
5. Lokasi pariwisata.
2.5.3. Ekosistem Padang Lamun
Tumbuhan lamun yang merupakan pembentuk ekosistim padang lamun adalah jenis vegetasi yang telah beradaptasi untuk hidup di bawah permukaan
air laut. Di Indonesia, terdapat sedikitnya 7 marga dan 13 species, di antaranya marga
Hydrocharitaceae dengan speciesnya Enhalus acroides Dahuri, 2003 dan Iriana, 1999
.
Seperti halnya ekosistim hutan mangrove, maka ekosistim padang lamun
juga mempunyai potensi biotik yang sangat besar. Hal ini terlihat dari beberapa fungsi ekologis ekosistem padang lamun, antara lain:
1. Sistem perakaran lamun yang padat dan saling menyilang dapat menstabilkan dasar laut dan mengakibatkan kekokohan tanaman lamun itu
sendiri. 2.
Padang lamun berfungsi sebagai perangkap sedimen kemudian mengendapkan dan menstabilkan.
3. Padang lamun segar merupakan makanan bagi ‘ikan’ duyung, penyu laut, bulu babi. Beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti kerapu, baronang,
kuda laut hidup di lamun. 4. Daun lamun yang gugur menjadi sumber serasah yang dapat diuraikan
menjadi detritus yang merupakan bahan makanan bagi biota detrivora. 5. Berfungsi sebagai habitat perlindungan alami ikan-ikan kecil, udang dan
rajungan swimming crab.
6. Pada permukaan daun lamun, hidup melimpah ganggang-ganggang renik biasanya bersel tunggal, hewan-hewan renik dan mikroba yang merupakan
makanan bagi bermacam-macam jenis ikan yang hidup di padang lamun; padang lamun dapat meredam kekuatan hidrodinamis dan berfungsi sebagai
pelindung dari sengatan sinar matahari. 7. Dapat dijadikan bahan makanan dan pupuk, misalnya samo-samo,
Enhalus acroides, oleh penduduk Kepulauan Seribu telah dimanfaatkan bijinya
sebagai bahan makanan.
2.5.4. Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistim terumbu karang mencakup beberapa komunitas biota laut ikan, krustase udang, moluska kekerangan, plankton, ekinodermata dan hewan
karang batu itu sendiri yang hidup pada habitat yang sama. Keseluruhan biota dan habitatnya tersebut terkait satu dengan lainnya melalui interaksi ekologis,
baik berupa aliran energi maupun aliran materi. Terumbu karang sesungguhnya adalah hewan klasik yang rangkanya
tersusun oleh ± 98 bahan kalsium karbonat kapur. Hewan ini tergolong Filum
Onidaria yang mempunyai 2 dua kelas yaitu: Anthozoa dan Hydrozoa dengan keseluruhan jenis diperkirakan mencapai 2.500 species Supriharyono, 2000 dan
Dahuri, 2003.
Struktur morfologinya dan produktivitas yang tinggi menjadikan terumbu karang ini berperan dalam kesatuan ekosistim perairan pesisir dalam menunjang
ketersediaan sumberdaya perikanan. Lebih dari 30 ikan-ikan yang merupakan pemasok protein ditangkap di daerah terumbu karang. Beberapa sumberdaya
perikanan karang yang bernilai ekonomis sangat penting seperti ikan napoleon, kerapu, baronang, udang lobster, udang kipas, kima, kerang mutiara dan ikan-
ikan hias. Potensi ikan karang consumable yang diperkirakan sebesar 81.000
tontahun telah dimanfaatkan melebihi dari potensinya sebesar 106.000 ton. Sementara potensi lobster diperkirakan sebesar 12.380 tontahun juga telah
dimanfaatkan melebihi potensinya, yaitu 50.000 ton. Potensi ikan hias Indonesia diperkirakan sebesar 1.214 juta ekor. Selain manfaat dari sumberdaya perikanan,
juga terdapat sumberdaya farmaseutik yaitu terdapatnya senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai obat-obatan, suplemen makanan dan kosmetika yang
sangat prospektif Dahuri, 2003. Ketersediaan sumberdaya biotik perikanan menyebabkan tereksploitasi
dengan sangat intensif. Berbagai teknik penangkapan ikan karang seperti penggunaan bom dan racun potasium sianida sangat membahayakan ekosistim
ini. Hal ini menjadi sangat krusial karena pertumbuhan terumbu karang relatif sangat lambat; tipe Acropora genus
Folliaceous yang mempunyai laju pertumbuhan terbesar hanya bertumbuh sebesar 5-10 cmtahun diameter dan
2,5 cmtahun tinggi; sedangkan tipe terumbu karang massif misalnya Mostastrea annularis hanya bertumbuh sebesar 0,5-2,0 cmtahun diameter dan
0,25 - 0,75tahun tinggi. Tahun 1995 di Indonesia luas keseluruhan terumbu karang diperkirakan
50.000 km². Namun demikian laju kerusakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daya pulih pertumbuhan sehingga diperkirakan luas penutupan karang
sudah jauh berkurang dengan kondisi sebelumnya. Berbagai aktivitas manusia mempengaruhi ekosistim karang antara lain: Penambangan karang, penggunaan
bahan peledak dan sianida, pengerukan sekitar terumbu karang, pembuangan limbah, penggundulan hutan di daerah upland, kepariwisataan yang tidak
terkontrol dan penangkapan ikan hias. Lebih jauh dinyatakan Jompa,1996 bahwa kondisi terumbu karang di daerah Pantai Makassar sudah dalam kategori
jelek dengan tutupan karang hidup kurang dai 10 .
2.6. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan