Kecamatan Luas km
2
Jumlah Penduduk Jiwa
Kepadatan jiwakm
2
01. Mariso 1.82
52278 28724
02. Mamajang 2.25
56493 25108
03. Tamalate 20.21
143987 7125
04. Rappocini 9.23
136128 14748
05. Makassar 2.52
79148 31408
06. Ujung Pandang 2.63
27165 10329
07. Wajo 1.99
32091 16126
08. Bontoala 2.10
54063 25744
09. Ujung Tanah 5.94
45491 7658
10. Tallo 5.83
127648 21895
11. Panakukang 17.05
129240 7580
12. Manggala 24.14
92411 3828
13. Biringkanaya 48.22
118633 2460
14. Tamalate 31.84
84247 2640
Jumlah 175.77 1179023
6708
Sumber: Makassar dalam angka 2004
Gambar 22. Grafik kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kota Makassar tahun 2004
3.3. Kondisi Sosial dan Ekonomi 3.3.1. Pendidikan
5000 10000
15000 20000
25000 30000
Mariso Mamajang
Tamalate Rappocini
Makassar Ujung
Wajo Bontoala
Ujung Tanah Tallo
Panakukang
Manggal a
Biringkanaya
Tamalanre a
Kepadatan per km
2
jiwa
K e
c a
m a
ta n
Peningkatan dan pengembangan sumberdaya manusia merupakan program nasional yang sangat penting, salah satunya diupayakan melalui
pembangunan di bidang pendidikan sebagaimana halnya di Kota Makassar. Program tersebut diaktualisasikan melalui gerakan nasional orang tua asuh dan
program wajib belajar dari 6 tahun menjadi 9 tahun. Upaya ini merupakan langkah nyata untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, dapat dilihat melalui beberapa indikator seperti kemampuan membaca dan
menulis angka partisipasi sekolah, pendidikan tinggi yang ditamatkan serta ketersediaan sarana pendidikan.
3.3.2. Kesehatan
Salah satu tujuan dari pembangunan nasional dibidang kesehatan adalah terciptanya taraf hidup sehat bagi setiap penduduk khususnya penduduk kota
Makassar yang lebih baik dari waktu kewaktu. Peningkatan kesehatan merupakan salah satu indikasi peningkatan kesejahteraan penduduk.
Upaya perbaikan taraf kesehatan masyarakat antara lain dapat ditempuh melalui penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang berkesinambungan
baik dari segi mutu maupun jumlahnya, seperti rumah sakit, puskesmas,klinik BKIA, dokter dan tenaga medis. Selain upaya tersebut yang tidak kalah
pentingnya adalah penyebarluasan informasi, sebagai langkah promotif dan preventif kepada masyarakat tentang pentingnya prilaku ”hidup sehat”
3.3.3. Kemiskinan
Karakteristik utama komunitas masyarakat pesisir saat ini adalah kondisi masyarakatnya yang miskin. Hingga kini sebagian besar masyarakat pesisir yang
didominasi oleh nelayan masih senantiasa dililit kemiskinan demikian halnya masyarakat pesisir kota Makassar. Berbagai fenomena kerusakan lingkungan
dapat diasosiasikan pula dengan kondisi kemiskinan ini, akibat keterpaksaan mereka mengeksploitasi sumberdaya yang secara ekologis amat rentan seperti
terumbu karang yang merupakan daerah nursery dan spawning ikan dengan
cara yang tidak ramah lingkungan dan semata terdorong oleh Kecenderungan pemenuhan kebutuhan ekonomi orientasi jangka pendek. Semuanya ini akibat
tidak adanya alternatif mata pencaharian bagi komunitas ini.
Kemiskinan komunitas ini juga menjadi alasan sulitnya mengembangkan kualitas SDM di kawasan pesisir. Secara garis besar ada tiga faktor yang saling terkait
dalam hal ini, yakni: a. Rendahnya kualitas SDM
b. Keterbatasan alokasi dana untuk fasilitas publik di pesisir c.Kecenderungan pemenuhan kebutuhan ekonomi orientasi jangka pendek.
Untuk mengatasi persoalan kemiskinan masyarakat pesisir dibutuhkan pendekatan secara komprehensif yang mempertimbangkan ketiga hal di atas
secara simultan Sayogyo, 1996 dan DKP,2002.
3.3.4. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
stabil diharapkan mampu meningkatkan kemampuan faktor-faktor produksi yang merangsang bagi berkembangnya ekonomi dalam skala yang lebih besar, serta
memberi dampak pada peningkatan penduduk yang pada akhirnya bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Produk domestik regional bruto PDRB merupakan data dasar dan utama dalam kerangka perencanaan pembangunan didaerah, disamping sebagai
sumber informasi tentang kondisi dan prekonomian makro regional, oleh karena itu data series PDRB pada dasarnya tidak hanya bermanfaat bagi bagi
kepentingan teknis perencanaan pembangunan, tetapi juga dapat menjadi bahan untuk menentukan kebijakan baik bagi para pelaku pembangunan maupun untuk
segenap pelaku ekonomi. Perkembangan ekonomi Kota Makassar bergerak positip dari tahun
ketahun. Pada tabel 5. Dapat dilihat bahwa PDRB Kota Makassar pada tahun 2004 telah mencapai angka 13.127,24 milyar rupiah. Bila dibandingkan dengan
PDRB tahun 2003 maka terjadi peningkatan sekitar 17,93 , serta mengalami perubahan sebesar 1,85 kali lipat dibandingklan dengan tahun 2000 yang
nilainya hanya 7.114,36 milyar rupiah. Tabel 5. PDRB Sulawesi Selatan dan PDRB Kota Makassar atas dasar harga
berlaku, tahun 2000-2004
Tahun PDRB Sul-Sel
milyar rp PDRB Makassar
milyar rp Persentase
Makassar terhadap Sulsel
2000 30.763,33 7.114,36 23,13
2001 34.770,98 8.475,44 24,38
2002 38.522,67 9.664,67 25,09
2003 42.855,87 11.131,68 25,97
2004 48.509,53 13.127,24 27,06
Sumber: BPS,2005
3.4. GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR 3.4.1. Gambaran Umum Kota Makassar dan Pantai Makassar