Gambar 97. Peta proyeksi penggunaan lahan wilayah pesisir Kota Makassar tahun 2018
Gambar 98. Kondisi Existing Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2018
Gambar 98. Peta proyeksi penggunaan lahan wilayah pesisir Kota Makassar tahun 2023
Gambar 99. Peta proyeksi penggunaan lahan tahun 2028
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis fisik, dan hasil simulasi model dinamik dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 Kapasitas asimilasi untuk parameter BOD sebesar 4,737527 tonbulan, dan COD sebesar 4156,667 tonbulan.
2 Parameter BOD dan COD telah berada di atas nilai kapasitas asimilasi, hal ini menunjukkan daya dukung perairan telah menurun.
3 Pendekatan model dinamik untuk pengelolaan pesisir dapat membantu untuk mengetahui perkembangan beban limbah. Sehingga kebijakan strategis
berkaitan dengan degradasi perairan dapat diantisipasi secara lebih dini. 4 Sub Model Kualitas Air perairan pesisir dapat digunakan sebagai alternatif
dalam penanganan konsentrasi masing – masing parameter kualitas air yaitu BOD, dan COD.
5 Pertumbuhan penduduk merupakan faktor pengungkit leverage factor
terhadap penanganan beban limbah. 6 Upaya pengurangan total beban limbah yang lebih besar adalah melalui
intervensi fungsional dengan cara penurunan fraksi pertumbuhan penduduk dalam bentuk kebijakan sosialisasi KB, pembatasan usia nikah dan
pembatasan migrasi masuk ke wilayah pesisir Makasar. 7 Teknis kebijakan yang dapat dilakukan dalam pengurangan beban limbah
adalah pelatihan pemanfaatan limbah hotel dan pemukiman misalnya kompos dan sumber energi biogas dengan pendekatan
Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Participation 4R + P. Hal ini merupakan bagian dari
pemberdayaan masyarakat dalam hal penanganan limbah di wilayah pesisir Kota Makassar.
8 Model dinamik sumber pencemar merupakan bentuk Archetype yang kompleks, yang terdiri dari
Limit to Success, Shifting the Burden dan Tragedy of the Commons.
9 Secara multidimensi, wilayah pesisir Kota Makassar untuk pengembangan kawasan pesisir termasuk dalam status kurang berkelanjutan dengan nilai
indeks keberlanjutan 41,09 . Status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar pada setiap dimensi masing-masing dimensi ekologi termasuk
dalam status kurang berkelanjutan 47,13, Dimensi ekonomi cukup
berkelanjutan 53,89, dimensi sosial-budaya kurang berkelanjutan 34,82 , dimensi infrastruktur dan teknologi tidak berkelanjutan 13,28 dan
dimensi hukum dan kelembagaan cukup berkelanjutan 50,74 Atribut-atribut yang sensitif berpengaruh atau perlu diintervensi terhadap
peningkatan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar untuk pengembangan wilyah pesisir sebanyak 14 atribut dari 52 atribut yang
meliputi intensitas konversi lahan perikanan, kondisi prasarana jalan desa, ketersediaan informasi zona agroklimat,dan produktifitas usaha perikanan
dimensi ekologi, kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kota Makassar, kelayakan usaha perikanan dimensi ekonomi, pola hubungan
masyarakat dalam kegiatan perikanan, peran masyarakat adat dalam kegiatan perikanan, pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan perikanan
dimensi sosial budaya, dukungan sarana dan prasarana jalan, tingkat penguasaan teknologi perikanan dimensi infrastruktur dan teknologi,
ketersediaan lembaga sosial,keberadaan lembaga keuangan mikro, mekanisme lintas sektoral dalam pengembangan wilayah pesisir dimensi
hukum dan kelembagaan Dalam analisis Multi-Dimensional MDS dengan Rap-COASTALMAK
pengaruh galat dapat diperkecil pada taraf kepercayaan 95 persen. Dengan demikian, analisis dengan Rap-COASTALMAK ini dapat dipakai untuk
mengeveluasi tingkat keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar untuk pengembangan wilayah pesisir.
9 Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan Sistim Informasi Geografis SIG terlihat bahwa wilayah pesisir Kota Makassar dapat
di manfaatkan untuk berbagai kegiatan dengan jenis pemanfaatan meliputi i Kawasan pemukiman dengan kategori sangat sesuai seluas 6.662,6 ha,
sesuai 4.176,5 ha, sesuai bersyarat 1.001,4 ha dan tidak sesuai 419,8 ha, ii Kawasan industri kategori sangat sesuai seluas 2,493.4 ha, sesuai 6,867.6
ha dan tidak sesuai 1.804,7 ha iii Kawasan Budidaya Tambak dengan kategori sangat sesuai seluas 1.759,3 ha, sesuai 5.853,2 ha dan tidak sesuai
3.792,7 ha iv Kawasan Pelabuhan Umum dengan kategori sangat sesuai seluas 51,3 ha, sesuai 42,5 ha dan tidak sesuai 15.876,2 ha v Kawasan
Pariwisata dengan kategori sangat sesuai seluas 106,0 ha, sesuai 260,8 ha, dan tidak sesuai 11.893,5 ha.
10 Secara multidimensi, wilayah pesisir Kota Makassar berstatus cukup berkelanjutan dengan 18 atribut yang sensitif berpengaruh dalam
meningkatkan nilai indeks keberlanjutan. Adapun atribut-atribut tersebut meliputi 4 atribut pada dimensi ekologi, 3 atribut pada dimensi ekonomi, 3
atribut pada dimensi sosial dan budaya, 5 atribut pada dimensi infrastruktur dan teknologi, serta 3 atribut pada dimensi hukum dan kelembagaan. Untuk
meningkatkan status keberlanjutan ke depan jangka panjang, skenario yang perlu dilakukan untuk meningkatkan status keberlanjutan
pengembangan wilayah pesisir di wilayah Kota Makassar adalah skenario Progresif-Optimistik dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh
terhadap semua atribut yang sensitif sehingga semua dimensi menjadi berkelanjutan untuk pengembangan wilayah pesisir. Keberlanjutan
pengembangan wilayah pesisir yang diharapkan dapat mengikuti dua tipe yaitu tipe indikator kondisi dan tipe indikator trend yang menggambarkan
kecenderungan linier dari perkembangan sumberdaya sampai pada batas optimal.
6.2. Saran – Saran
1 Perlu pengendalian beban limbah agar berada di bawah nilai kapasitas asimilasi.
2 Untuk mengetahui dan memprediksi total beban limbah setiap tahun maka perlu dikembangkan pendekatan model dinamik beban limbah.
3 Pemerintah Kota Makasar perlu meningkatkan program pengendalian pencemaran khususnya yang menyangkut pengendalian beban limbah baik
limbah pemukiman dan limbah hotel. 4 Mengingat hasil analisis kesesuaian lahan bersifat normatif dan terlihat
beberapa tempat masih terjadi tumpang tindih overlay dalam kesesuaian lahan, maka untuk lebih memperjelas hasil analisis kesesuaian lahan
tersebut, diharapkan adanya penelitian lanjutan seperti kajian analisis daya dukung dan kajian lain yang dianggap relevan dengan perencanaan dan
pengelolaan kawasan pesisir pantai Makassar. 5 Untuk menjaga kelestarian perairan pantai Makassar, perlu dibuat kebijakan
yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, melainkan juga
tetap memperhatikan jaminan kelestarian lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, G. dan SS. Santika.1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya. Alikodra, H. S., 2004. Ekosistem Mangrove Sebagai Pelindung Alami Wilayah Pesisir.
Lingkungan dan Pembangunan 24 1; 50-55. PPSML-UI. Jakarta. Alikodra, H.S., 2006. Telaahan Strategi Pembangunan Berkelanjutan Kawasan Pantura
DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. Badan Perencana Daerah. Jakarta.
Bakosurtanal, 1996. Pengembangan Prototipe Wilayah Pesisir dan Marine. Kupang Nusa Tenggara Timur. Pusbina-Inderasig. Bakosurtanal. Cibinong
Bakosurtanal. 2000. Pedoman Kesesuaian Lahan. www.bakosurtanal.go.id. [BPS] Badan Pusat Statistik 2006. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan.
Makasssar [BPS] Badan Pusat Statistik 2005. Produk Domestik Regional Bruto Kota Makassar
Tahun 2004. Makassar [BPS] Badan Pusat Statistik 2005. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar
Tahun 2004. Makassar [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Makassar 2004. Makassar Dalam Angka 2004.
Makassar. Bengen, D.G., 2001. Sinopsis Teknis Pengelolaan dan Pengenalan Ekosistem
Mangrove. PKSPL, Bogor. Bohari, R., 2003. Analisis Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut. Makalah,
pada seminar lingkungan hidup di Kab. Barru. Sulawesi Selatan.
Bohari, R., 2003. Potensi dan Tantangan Pengelolan wilayah pesisir dan Laut. Makalah pada Advokasi Lingkungan di Kabupaten Selayar. Sulawesi Selatan
Bohari, R. 2004. Pengelolaan Lingkungan dan Permukiman Wilayah Pesisir. Makalah pada Pelatihan pendidikan lingkungan bagi Pemuda wilayah pesisir. Makassar
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Waterfish Pond. An Burn University
Agricultural Experiment Station, Auburn, Alabama. Brown K. E. Topkins. W. N. Aldger 2001.
Trade off Anallysis for participatory Coastal Zone Decision- Making Overseas Development Group University of East Anglia Norwich
U.K. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Cetakan Pertama. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Budiharsono, S. 2006. Sistem Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan.
Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Sekertariat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Budiharsono,S. 2007. Penentuan Status dan Faktor Pengungkit Pengembangan Ekonomi Lokal. Direktorat Perekonomian Daerah. Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Jakarta
Budiharsono,S. 2008. Laporan Usulan Teknis Danau Toba. LPTKT. Jakarta Cincin-Sain B., and Robert W.B. 1998.
Integrated Coastal and Ocean Management. Concepts and Practices. Island Press Washington, DC. Covello,California
Charles T.,A., 2001. Sustainable Fisheries System. Saint Mary’s University Halifax,
Nova Scotia, Canada. Clark, J. R. 1996.
Coatal Zone Management Handbook. Lewis Publishers. United Stated of Amerika. Washinngton D.C.
Clark, J. R. 1998. Coastal Zone Management for New Country. Ocean and Coastal
Management, Northern Ireland: Elsivier Sciences Ltd. Vol. 37. No.2 Dahuri, H.R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Dahuri, R., 2000. Analisis Kebijakan dan Program Penglolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil. Makalah disampaikan pada Pelatihan Menajemen Wilayah Pesisir. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.
Dahuri, H.R., J. Rais, S.P. Ginting dan H.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Prandya Paramita, Jakarta.
Daraba D. 2001. Eksternalitas dan Kebijakan Publik [Makalah]. Bogor, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1999. Program Peningkatan Ekspor Hasil Perikanan. Protekan 2003. Departemen Pertanian, Ditjen Perikanan, Jakarta.
Djajadiningrat S.T.,2001. Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studio Tekno Ekonomi. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Djojobroto, S., 1998. Pedoman Perencanaan dan Pengelolaan Zona Pesisir Terpadu. Departemen Dalam Negeri. Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah.
Djojomartono M. 2000. Dasar-Dasar Analisis Sistem Dinamik. Program Pascasarjana Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor IPB.
Bogor. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan 2002. Pedoman Umum Penataan Ruang
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Jakarta [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan 2002. Pedoman Umum Perencanaan
pesisir terpadu. Jakarta Dunn, W.N. 1994.
Public Policy Analysis : An Introductio. Second Edition. Prentice Hall, Inc, A.Simon Schulter Company, Englewood Clidds, New Jersey 07632.
Dunn, W.N. 1998. Analisis Kebijakan Publik. Kerangka Analisa dan Prosedur Perumusan Masalah. Himinindita Graha Widya. Yogyakarta.
Dunn, W.N. 1999. Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada University Press. Jogyakarta.
EPA, 1973. Water Quallity Criteria. Ecologycal Research Series. Washington, D.C.
Elgar E., 2000. Sustainable Development and Integrated Appraisal in a Developing
Word. Edward Elgar Publishing Inc. USA