g. Analisis Kesesuaian Lahan
Dalam dimensi ekologis, penempatan satu kegiatan pembangunan dengan yang lainnya haruslah sesuai dengan ciri biologi, fisik, kimianya,
sehingga terbentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam arti saling mendukung. Analisis kesesuaian lahan yang akan dilakukan di wilayah pesisir Kota Makassar
meliputi kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman, pelabuhan, industri, buddaya tambak, budidaya rumput laut, budidaya keramba jaring apung dan
pariwisata pantai secara umum terdapat 4 empat tahapan analisis yang akan dilakukan,
yaitu: i penyusunan peta kawasan, ii penyusunan matriks kesesuaian setiap kegiatan yang akan dilakukan, iii pembobotan dan pengharkatan, dan iv
melakukan analisis spasial untuk mengetahui kesesuaian dari setiap kegiatan yang akan dilakukan.
1. Penyusunan peta kawasan
Penggunaan kawasan mengacu pada kenyataan bagaimana kawasan tersebut digunakan. Penentuan kategori penggunaan kawasan didasarkan pada
jenis penggunaan yang dominan pada kawasan tersebut. Jenis-jenis kegiatan yang memiliki kesaman karakteristik digolongkan kedalam satu kategori dan
dapat diperhitungkan sebagai satu jenis dalam dominasinya. Penyusunan peta wilayah pesisir Kota Makassar dilakukan dengan mengoverlaykan berbagai peta
yang didapat dari berbagai sumber. Penyusunan peta kawasan dilakukan dengan Sistim Informasi Geografis
SIG, yaitu dengan melakukan query terhadap data SIG dengan menggunakan prinsip-prinsip wilayah sehingga informasi spasialnya dapat diketahui:
• Kawasan mana saja yang tersedia bagi kegiatan pembangunan. • Kegiatan penggunaan apa saja yang diperbolehkan dan apa saja yang tidak
diperbolehkan • Kesesuaian wilayah pesisir dengan peruntukannya, penggunaan lahan lahan
dan peruntukannya, dan keharmonisan spasial dengan wilayah lain disekitarnya.
• Hasil penyusunan peta wilayah pesisir yang telah sesuai dengan peruntukannya yang seharusnya dapat saja berbeda dengan penggunaan
wilayah pesisir pada saat sekarang.
2. Penyusunan Matriks Kesesuaian
Kesesuaian lahan wilayah pesisir untuk berbagai pemanfaatan seperti wilayah pemukiman, pelabuhan umum, industri, budidaya tambak dan pariwisata
pantai didasarkan pada kriteria kesesuaian lahan untuk setiap aktivitas. Kriteria ini dibuat berdasarkan parameter biofisik yang cocok untuk masing-masing
aktivitas. Matriks kesesuaian lahan dibuat berdasarkan hasil studi pustaka dan informasi dsari pakar yang ahli dalam bidangnya. Matriks ini sangat penting
untuk disusun, mengingat dari matriks tersebut akan dapat diketahui parameter data dan cara analisisnya sampai dengan hasil akhir.
Dalam penelitian ini kesesuaian lahan dibagi dalam 4 kelas yaitu: • Kelas S1 : sangat sesuai highly suitable, yaitu lahan tidak mempunyai
pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh
secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah masukan input dari pengusahaan lahan tersebut.
• Kelas S2 : sesuai suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. Pembatas tersebut
akan mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan untuk pengusahaan lahan tersebut.
• Kelas S3 : tidak sesuai saat Ini currently not suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih
mungkin diatasidiperbaiki, artinya masih dapat ditingkatkan mejadi sesuai, jika dilakukan perbaikan dengan introduksi teknologi yang tinggi atau dapat
dilakukan dengan perlakuan tambahan dengan biaya yang rasional. • Kelas N : tidak sesuai permanen permanently not suitable, yaitu lahan
yang mempunyai pembatas sangat beratpermanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari.
Kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan budidaya tambak, kawasan pelabuhan umum, kawasan pelabuhan
perikanan pantai dan kawasan pariwisata pantai, wilayah budidaya rumput laut, wilayah budidaya karamba apung, disajikan pada Tabel 10,11,12,13,14,15,16,
17,dan18.
Tabel 11. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman penduduk
No Parameter Bobot kategori dan Skor
S1 Skor S2
Skor S3
Skor N
Skor
1 Kemiringan
lahan 3
3-8 4 8-15
3 0-2 2
16 1 2
Ketersediaan air tawar
ltrdet 6 20 4 15-20 3 10-15 2 10 1
3 Landuse
4 A 4
B 3 C 2
D 1 4 Jarak
dari Pantai m
3 200 4 100-200 3 50-100 2 50
1 5 Drainase
4 Tidak
tergenang 4 Tidak
tergenang 3 Tidak
tergenang 2 Tidak
tergenang 1
6 Jarak dari
jalan yang berhubungan
dengan sarana dan
prasarana penting m
5 0 - 500
4 500- 1000
3 1000
2 1000
1
Sumber: Sjafi’i 2000, Sugiarti 2000. modifikasi Keterangan : A. Pengembangan industri, pengembangan perkotaan, sawah
B. Kebun campuran,sawah, semak belukar, alang-alang C. Cadangan pengembangan, hutan produksi, rawa air asin, rawa air tawar
D. Hutan lindung, hutan suaka alam Evaluasi Kelayakan :
3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,50 - 3,15 : Sesuai
1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai
Tabel 12. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan umum
No Parameter
Bobot Kategori dan Skor
S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kemiringan
lahan 3
0 - 2 4
2 - 8 3
8 - 15 2
16 1
2 Kedalaman perairan m
4 15
4 12-15 3 10 -
12 2 10
1 3 Dasar
perairan 2 lempung berpasir
4 pasir berlumpur
3 pasir berkarang
2 Karang 1
4 Tinggi gelombang
cm 3
0 - 20 4
21 - 40 3
41 - 50 2
50 1
5 Kec.Arus cmdet
3 0 - 20
4 21 - 30
3 31 - 40
2 40
1 6 Fasilitas
transportasi 3
3 4 2
3 1 2
Tidak ada
1 7 Amplitudo
pasut m 3
0 – 0,5 4
0,6 – 1,5 3
1,6 - 2 2
2 1
8 Keterlindungan 4 Sangat Terlindung
4 Terlindung 3 Terlindung
cenderung terbuka
2 Terbuka 1
Sumber : Kramadibrata,1985 modifikasi Evaluasi Kelayakan :
3,15 – 3,8 : Sangat sesuai 2,50 – 3,15 : Sesuai
1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai
Tabel 13. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya tambak
No Parameter
Bobot
Kategori Skor S1 Skor S2 Skor N Skor
1 Kemiringan lahan
4 0 – 2
3 2 -8
2 8
1 2
Jenis tanah 4
Aluvial 3
Aluvial 2 Podsolik
1 3 Fisiografi
wilayah 3 Dataran
pasang surut
3 Delta pasang
surut Perbukitan
1 4 Salinitas
O
4
15 - 25
3 25 -
35 2
35 1
5 Amlitudo pasut 3
0,8 – 1,0
3 1,0 –
1,5 2 1,5
1 6 Jarak
dari sungai m
4
500
3
500 - 2000
2 2.000
1 7
Landuse 3
A 3 B 2
C 1
8 Jarak dari
pantai 4
200
3 2.000- 4.000
2 4.000
1 9 Jarak
dari jalan
m 4
1.000
3 1.000- 2.000
2 2.000
1 Sumber : Modipikasi dari Puslitbang Perikanan, 1992 dan Poernomo, 1992
Keterangan : A. Rawa air asin B. Cadangan pengembangan, sawah, semak belukar, alang-alang
C. Hutan Lindung, hutan produksi, hutan suaka alam, kebun campuran, rawa air tawar, pengembangan industri, pengembangan perkotaan Evaluasi Kelayakan
2,3 – 3,0 : Sangat sesuai 1,6 – 2,3 : Sesuai
1,0 – 1,6 : Tidak sesuai
Tabel. 14. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pariwisata pantai
No Parameter Bobot Kategori dan Skor
S1 Skor
S2 Skor
N Sko
r 1
Kedalaman perairan m
6 0 – 5
3 5 - 10
2 10
1 2
Material dasar perairan 3 pasir 3
karang berpasir
2 lumpur 1
3 Kecepatan arus
mdet 5
10 – 13 3
3,8 - 10 2
3,8 1
4 Kecerahan perairan
5 Tinggi
75 3
Sedang
50-75
2 Rendah
25 1
5 Jarak dari pantai
m 4
100 3 100-200 2
200 1 6
Penutupan lahan pantai
4 Kelapa,
lahan terbuka
3 Semak
belukar rendah,
savana 2
hutan bakau,
pemukiman pelabuhan
1 7
Jarak dari sungai m 3
500 3
500- 2.000
2 2.000
1 8
Jarak dari sumber pencemar m
3 5.000 3
2.000- 5.000
2 2.000
1 Sumber : Bakosurtanal 1996 dan Dahyar, 1999 modifikasi
Evaliasi Kelayakan : 2,3 – 3,0 : Sangat sesuai
1,6 – 2,3 : Sesuai 1,0 – 1,6 : Tidak sesuai
Tabel 15. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan konservasi
No Parameter Bobot Kategori dan Skor
S1 Skor S2 Skor S3 Skor
N Skor
1 Jarak dari
pantai m 3
100 4
100 - 150 3
150 - 200 2
200 1
2 Vegetasi Pantai
3 Mangrove 4 Mangrove 3 Mangrove 2 Semak
belukar 1
3 Kemiringan 2
0 -15 4
15 - 25 3
25 - 40 2
40 1
4 Vegetasi Laut
3 Karang
hidup 4
Karang hidup
3 Karang hidup
2 Karang mati
1 5 Salinitas
ppt 3
30 - 32 4
32 - 34 3
30 - 31 2
30 40 1
6 Suhu perairan
o
C 3
29 - 30 4
30 - 33 3
28 - 29 2
27 33 1
7 Tekanan Penduduk
4 Sangat
serius 4 Serius 3
Kurang serius
2 Tidak serus 1
8 Aspirasi masyarakat
4 Sangat
mendukung 4 Mendukung 3
Kurang mendukung
2 Tidak
mendukung 1
Sumber : Soedharma et al, 1992, modifikasi Evaluasi Kelayakan
3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,5 – 3,15 : Sesuai
1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai
Tabel 16. Matrik kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya rumput laut
No Parameter Bobot Kategori dan Skor
S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Sko
r 1 Kecepatan
arus cmdet 4 20-30 4
30-40 3
-
2 20
40 1
2 Tinggi gelombang
4 0 -15 4
15-25 3
25 -35 2
35 1
3 Material dasar
perairan 3
pasir karang,
dan lamun
4 pasir
karang, dan
lamun 3
pasir berkarang
2
pasir berkar
ang
1 4 PH
perairan 3 7,5-8 4
7-7,5 8-8,5
3
-
2 7
8,5 1
5 Kedalaman perairan m
3 1,0-2,5 4 2,5-2,7
3 2,7-10 2 10
1 6 Salinitas
ppt 4
32 - 34 4
30 - 32 3
28 - 30 2
28 34
1 7 Suhu
perairan 4
24 - 29 4
29 - 30 3
30 - 31 2
24 31
1 Sumber : Wahyuningrum, 2001 modifikasi
Evaluasi Kelayakan 3,15 – 3,80 : Sangat sesuai
2,50 – 3,15 : Sesuai 1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat
1,20 – 1,85 : Tidak sesuai
Tabel 17. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya kajapung
No Parameter Bobot Kategori dan Skor
S1 Skor
S2 Skor N Skor 1 Kecepatan
arus mdet 4
10 - 13 3
3,8 - 10 2
3,8 1
2 Tinggi pasut
4 1,0
3 0,5–1,0 2 0,5
1 3 Kedalaman
air dari dasar
jaring 4
10 3 4
-10 2 4
1 4
pH perairan 3
8 3
6 - 9 2
6 9 1
5 Oksigen terlarut
4 4 3 3
- 5
2 3
1 6 Salinitas
ppt 4
30 3
20 - 30 2
20 1
7 Suhu perairan
°C 4
30 -32 3
28 - 30 2
28 1
8 Nitrat mg l
3 0,1
3 0,1-0,9 2 0,9
1 9 Phospat
mgl 3 0,1
3 0,1-0,9 2 0,9
1
Sumber : Modifikasi dari Tiensongrusmee, dkk 1986 Evaluasi Kelayakan.
2,3 – 3,0 : Sangat sesuai 1,6 – 2,3 : Sesuai
1,0 – 1,6 : Tidak sesuai
Tabel 18. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan perikanan pantai
No Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor
S3 Skor
N Skor 1 Produktifitas
perikanan tonthn 3 800
4 600-800
3 400-600
2 400
1
2 Kecepatan arus
cmdet 2 0
- 20 4 21-30 3
21-30 2
40
1
3 Tinggi gelombang
cm 2 21-40 4 21-40 3
21-40 2
50
1
4 Amplitudo pasut
2 0- 0,5
4 0,6-1,5
3 1,6-2
2 2
1
5 Tipe pasut
2 Harian Tunggal 4
Campuran Tunggal
3 Campuran Ganda
2 Campuran
Ganda
1
6 Jarak dari
Fishing ground mil
2 5 4
6 - 12 3
12-15 2
15
1
7 Jarak ke
pemukiman nelayan km
2 5 4
5 - 10 3
11-15 2
15
1
8 Keterlindungan 3
Sangat Terlindung
4 Terlindung
3 Terlindung
cenderung terbuka 2
Terbuka
1
9 Tekstur tanah
1 Lempung
Berpasir 4
Pasir Berlumpur 3
Pasir Berkarang 2
Karang
1
10 Kemiringan lahan
2 0 - 2
4 2 - 8
3 8 - 15
2 16
1
11 Kedalaman perairan m
2 9 4
6 - 9 3
3 - 6 2
3
1
12 Fasilitas transportasi
2 3 4 2
3 1
2
Tidak ada
1
Sumber : Masrul, 2002 modifikasi Evaluasi Kelayakan :
3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,50 – 3,15 : Sesuai
1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai
Tabel 19. Matriks kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan industri No Parameterkriteria
Bobot Skor
1 Kemiringankelerengan
20 4
S1 : 3 – 8 S2 : 9 - 15
3 S3 : 0 - 2
2 N : 16
1 2
Jarak dari jalan m 20
4 S1 : 0 - 200
S2 : 200 - 500 3
S3 : 500 2
3 Ketersediaan air tawar ldtk
15 4
S1 : 20 S2 : 15 - 20
3 N : 10
2 4
Drainase 15
4 S1 : tidak tergenang
S2 : tidak tergenang 3
S3 : tergenang priodik 2
N : tergenang 5
Penggunaan lahan 15
S1 : alang-alang, semak, hutan, kebun campuran 4
S2 : Pemukiman, perkebunan, campuran pemukiman dan kebun
3 N : jalur hijau, hutan lindung, hutan bakau,
penyangga, rawa 2
Sumber : Masrul 2002 Modifikasi
h. Analisis Prospektif
Analisis prospektif dilakukan dalam rangka menghasilkan skenario pengembangan wilayah pesisir secara berkelanjutan di Kota Makassar untuk
masa yang akan datang dengan menentukan faktor kunci yang brpengaruh terhadap kinerja sistem.
Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan penilaian analisis prospektif seperti pada Tabel
20. Tabel 20. Pedoman penilaian prospektif dalam pengembangan wilayah pesisir
Kota Makassar
Sumber : Hardjomidjojo,2006
Pedoman pengisian berpengaruh langsung antar faktor berdasarkan pedoman penilaian dalam analisis prospektif adalah :
1. Dilihat dulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya diberi nilai 0
2. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya diberi nilai 3
3. Jika tidak, baru dilihat apakah berpengaruh kecil = 1, atau berpengaruh sedang = 2
Pengaruh antar faktor, selanjutnya disusun dengan menggunakan matriks, seperti Tabel 21
Tabel 21. Pengaruh antar faktor dalam pengembangan Wilayah pesisir, Kota Makassar
Sumber : Godet 1999, Bourgeois 2007
Kemungkinan-kemungkinan masa depan yang terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasi penentuan elemen kunci masa depan dari beberapa faktor-
faktor atau elemen-elemen yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan
129
wilayah pesisir di Kota Makassar yang menuntut untuk segera dilaksanakan tindakan. Adapun cara menentukan elemen kunci, dapat dilihat seperti gambar
berikut
Hasil analisis berbagai faktor atau variabel seperti pada Gambar diatas menunjukkan bahwa faktor-faktor atau variabel-variabel yang berada pada :
a. Kuadran I INPUT memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat dengan tingkat ketergantungan yang kurang kuat. Faktor pada kuadran
ini merupakan penentu atau penggerak. driving variabels yang paling kuat dalam sisitem
b. Kuadran II STAKES, memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang kuat leverage variabels. Faktor pada kuadran
ini dianggap peubah yang kuat c. Kuadran III OUTPUT, memuat faktor-faktor yang mempuyai pengaruh
kecil, namun ketergantungannya tinggi. d. Kuadran IV UNUSED, memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh
dan ke tergantungan kecil rendah men kunci pengembangan wilayah pesisir
Hardjomidjojo,2006, Bourgeois and Jesus, 2004, Bourgeois, 2007. P
e n
g a
r u
h
Faktor Penentu INPUT
Faktor Penghubung STAKE
Faktor Bebas UNSED
Faktor Terkait OUTPUT
Ketergantungan
130
Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem, maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan dari faktor-faktor tersebut
sebagai alternatif panyusunan skenario pengembangan wilayah pesisir di Kota Makassar. Tabel 21. menyajikan keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan
dan faktor-faktor yang dominan pada pengembangan wilayah pesisir. Tabel 21. Keadaan yang mungkin Terjadi di masa depan pada
Pengembangan Wilayah Pesisir Kota Makassar
Berdasarkan Tabel 21 diatas, maka dibangun skenario pengembangan wilayah pesisir di Kota Makassar. Skenario yang mungkin terjadi dimasa depan
seperti terlihat pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Hasil analisis skenario pengembangan wilayah pesisir secara
berkelanjutan
131
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Analisis Keberlanjutan Wilayah Pesisir Pantai Makassar
Sulawesi Selatan
Wilayah pesisir merupakan salah satu ekosistim yang sangat produktif. Namun dibalik potensi tersebut, pembangunan biasanya juga dipusatkan di
daerah pesisir, sehingga sering menimbulkan dampak negatif terhadap potensi sumberdaya tersebut. Aktifitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam
seperti industri, pertanian, perikanan, permukiman, pertambangan, navigasi, pariwisata, sering tumpang tindih, sehingga tidak jarang manfaat atau nilai guna
ekosistim tersebut turun. Aktifitas-aktifitas tersebut seringkali memberikan dampak di wilayah pesisir.
Pemanfiaatan kawasan pesisir selama ini memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan masyarakat pesisir dan devisa negara. Namun,
pada kegiatan pemanfaatan ekosistim ini cenderung dilakukan secara tidak terkendali, sehingga memberikan implikasi munculnya dampak negatif yaitu
terjadinya kerusakan ekosistim pesisir dan laut. Jika kondisi ini dibiarkan berlangsung terus menerus akan menimbulkan resiko terhadap perubahan serta
pencemaran lingkungan pesisir dan laut yang semakin parah dan pada akhirnya akan berdampak lanjut pada penurunan kondisi kehidupan manusia.
Konflik penggunaan ruang di kawasan pesisir dan laut sering terjadi karena belum adanya pola pemanfaatan tata-ruang yang baku dan dapat
dijadikan acuan oleh segenap sektor yang berkepentingan. Disamping itu, potensi multi-guna yang inherent pada sumberdaya pesisir dan laut
menyebabkan banyak pihak yang berupaya untuk memanfaatkannya sehingga menimbulkan konflik pemanfaatan. Untuk menanggulangi masalah tersebut di
atas, diperlukan suatu bentuk pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan laut yang berdimensi ekologis, teknologis, ekonomis dan sosial politik yang bertolak pada
aspek berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan itu, maka dibutuhkan suatu penelitian tentang “analisis keberlanjutan pengeloaan wilayah pesisir Kota
Makassar” yang dapat digunakan sebagai acuan bagi segenap sektor yang berkepentingan.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis indeks dan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar dari lima dimensi. untuk mencapai
tujuan utama tersebut, maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan
132
sebagai tujuan khusus yaitu 1 menilai indeks dan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur
dan teknologi serta hukum dan kelembagaan. 2 mengidentifikasi atribut-atribut variabel yang sensitif berpengaruh pada perkembangan wilayah pesisir 3
mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinansi pengembangan wilayah pesisir dan 4 mengidentifikasi indikator-indikator keberlanjutan yang
dapat dicapai melalui perbaikan setiap atribut. Kota Makassar memiliki sumberdaya pesisir yang cukup potensial
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah. Berbagai potensi tersebut seperti perikanan, pariwisata,
perhotelan, kepelabuhanan, dan industri pesisir. Mengingat potensi yang besar tersebut, maka dalam pengelolaannya perlu dilakukan secara terpadu
integrated coastal manajemen dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait. Namun
demikian, kenyataan menunjukkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar cenderung dilakukan secara parsial dengan mengandalkan
egosektoral masing-masing instansi yang menyebabkan pengelolaannya menjadi tidak optimal dan syarat dengan konflik kepentingan yang sangat mengancam
keberlanjutan dalam pengelolaannya. Dalam pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan, diamanatkan
bahwa sumberdaya yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat baik generasi masa kini maupun
generasi yang akan datang. Untuk mengukur tingkat keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir, dapat dilihat dari tiga dimensi pembangunan keberlanjutan yang
meliputi dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial Munasinghe, 1993. Dalam perkembangannya, ketiga dimensi keberlanjutan tersebut, selanjutnya dapat
dikembangkan pada beberapa dimensi seperti yang di kemukakan oleh Kavanagh 2001 yang membagi menjadi lima dimensi yaitu dimensi ekologi,
ekonomi, sosial, dan infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui sejauhmana status keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir di kota Makassar dimana hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pembangunan di wilayah pesisir Kota Makassar.