Penyusunan peta kawasan Penyusunan Matriks Kesesuaian

g. Analisis Kesesuaian Lahan

Dalam dimensi ekologis, penempatan satu kegiatan pembangunan dengan yang lainnya haruslah sesuai dengan ciri biologi, fisik, kimianya, sehingga terbentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam arti saling mendukung. Analisis kesesuaian lahan yang akan dilakukan di wilayah pesisir Kota Makassar meliputi kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman, pelabuhan, industri, buddaya tambak, budidaya rumput laut, budidaya keramba jaring apung dan pariwisata pantai secara umum terdapat 4 empat tahapan analisis yang akan dilakukan, yaitu: i penyusunan peta kawasan, ii penyusunan matriks kesesuaian setiap kegiatan yang akan dilakukan, iii pembobotan dan pengharkatan, dan iv melakukan analisis spasial untuk mengetahui kesesuaian dari setiap kegiatan yang akan dilakukan.

1. Penyusunan peta kawasan

Penggunaan kawasan mengacu pada kenyataan bagaimana kawasan tersebut digunakan. Penentuan kategori penggunaan kawasan didasarkan pada jenis penggunaan yang dominan pada kawasan tersebut. Jenis-jenis kegiatan yang memiliki kesaman karakteristik digolongkan kedalam satu kategori dan dapat diperhitungkan sebagai satu jenis dalam dominasinya. Penyusunan peta wilayah pesisir Kota Makassar dilakukan dengan mengoverlaykan berbagai peta yang didapat dari berbagai sumber. Penyusunan peta kawasan dilakukan dengan Sistim Informasi Geografis SIG, yaitu dengan melakukan query terhadap data SIG dengan menggunakan prinsip-prinsip wilayah sehingga informasi spasialnya dapat diketahui: • Kawasan mana saja yang tersedia bagi kegiatan pembangunan. • Kegiatan penggunaan apa saja yang diperbolehkan dan apa saja yang tidak diperbolehkan • Kesesuaian wilayah pesisir dengan peruntukannya, penggunaan lahan lahan dan peruntukannya, dan keharmonisan spasial dengan wilayah lain disekitarnya. • Hasil penyusunan peta wilayah pesisir yang telah sesuai dengan peruntukannya yang seharusnya dapat saja berbeda dengan penggunaan wilayah pesisir pada saat sekarang.

2. Penyusunan Matriks Kesesuaian

Kesesuaian lahan wilayah pesisir untuk berbagai pemanfaatan seperti wilayah pemukiman, pelabuhan umum, industri, budidaya tambak dan pariwisata pantai didasarkan pada kriteria kesesuaian lahan untuk setiap aktivitas. Kriteria ini dibuat berdasarkan parameter biofisik yang cocok untuk masing-masing aktivitas. Matriks kesesuaian lahan dibuat berdasarkan hasil studi pustaka dan informasi dsari pakar yang ahli dalam bidangnya. Matriks ini sangat penting untuk disusun, mengingat dari matriks tersebut akan dapat diketahui parameter data dan cara analisisnya sampai dengan hasil akhir. Dalam penelitian ini kesesuaian lahan dibagi dalam 4 kelas yaitu: • Kelas S1 : sangat sesuai highly suitable, yaitu lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi lahan tersebut, serta tidak akan menambah masukan input dari pengusahaan lahan tersebut. • Kelas S2 : sesuai suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas lahan dan keuntungan yang diperoleh serta meningkatkan masukan untuk pengusahaan lahan tersebut. • Kelas S3 : tidak sesuai saat Ini currently not suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas dengan tingkat sangat berat, akan tetapi masih mungkin diatasidiperbaiki, artinya masih dapat ditingkatkan mejadi sesuai, jika dilakukan perbaikan dengan introduksi teknologi yang tinggi atau dapat dilakukan dengan perlakuan tambahan dengan biaya yang rasional. • Kelas N : tidak sesuai permanen permanently not suitable, yaitu lahan yang mempunyai pembatas sangat beratpermanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu penggunaan tertentu yang lestari. Kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan budidaya tambak, kawasan pelabuhan umum, kawasan pelabuhan perikanan pantai dan kawasan pariwisata pantai, wilayah budidaya rumput laut, wilayah budidaya karamba apung, disajikan pada Tabel 10,11,12,13,14,15,16, 17,dan18. Tabel 11. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pemukiman penduduk No Parameter Bobot kategori dan Skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kemiringan lahan 3 3-8 4 8-15 3 0-2 2 16 1 2 Ketersediaan air tawar ltrdet 6 20 4 15-20 3 10-15 2 10 1 3 Landuse 4 A 4 B 3 C 2 D 1 4 Jarak dari Pantai m 3 200 4 100-200 3 50-100 2 50 1 5 Drainase 4 Tidak tergenang 4 Tidak tergenang 3 Tidak tergenang 2 Tidak tergenang 1 6 Jarak dari jalan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana penting m 5 0 - 500 4 500- 1000 3 1000 2 1000 1 Sumber: Sjafi’i 2000, Sugiarti 2000. modifikasi Keterangan : A. Pengembangan industri, pengembangan perkotaan, sawah B. Kebun campuran,sawah, semak belukar, alang-alang C. Cadangan pengembangan, hutan produksi, rawa air asin, rawa air tawar D. Hutan lindung, hutan suaka alam Evaluasi Kelayakan : 3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,50 - 3,15 : Sesuai 1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai Tabel 12. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan umum No Parameter Bobot Kategori dan Skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Kemiringan lahan 3 0 - 2 4 2 - 8 3 8 - 15 2 16 1 2 Kedalaman perairan m 4 15 4 12-15 3 10 - 12 2 10 1 3 Dasar perairan 2 lempung berpasir 4 pasir berlumpur 3 pasir berkarang 2 Karang 1 4 Tinggi gelombang cm 3 0 - 20 4 21 - 40 3 41 - 50 2 50 1 5 Kec.Arus cmdet 3 0 - 20 4 21 - 30 3 31 - 40 2 40 1 6 Fasilitas transportasi 3 3 4 2 3 1 2 Tidak ada 1 7 Amplitudo pasut m 3 0 – 0,5 4 0,6 – 1,5 3 1,6 - 2 2 2 1 8 Keterlindungan 4 Sangat Terlindung 4 Terlindung 3 Terlindung cenderung terbuka 2 Terbuka 1 Sumber : Kramadibrata,1985 modifikasi Evaluasi Kelayakan : 3,15 – 3,8 : Sangat sesuai 2,50 – 3,15 : Sesuai 1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai Tabel 13. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya tambak No Parameter Bobot Kategori Skor S1 Skor S2 Skor N Skor 1 Kemiringan lahan 4 0 – 2 3 2 -8 2 8 1 2 Jenis tanah 4 Aluvial 3 Aluvial 2 Podsolik 1 3 Fisiografi wilayah 3 Dataran pasang surut 3 Delta pasang surut Perbukitan 1 4 Salinitas O 4 15 - 25 3 25 - 35 2 35 1 5 Amlitudo pasut 3 0,8 – 1,0 3 1,0 – 1,5 2 1,5 1 6 Jarak dari sungai m 4 500 3 500 - 2000 2 2.000 1 7 Landuse 3 A 3 B 2 C 1 8 Jarak dari pantai 4 200 3 2.000- 4.000 2 4.000 1 9 Jarak dari jalan m 4 1.000 3 1.000- 2.000 2 2.000 1 Sumber : Modipikasi dari Puslitbang Perikanan, 1992 dan Poernomo, 1992 Keterangan : A. Rawa air asin B. Cadangan pengembangan, sawah, semak belukar, alang-alang C. Hutan Lindung, hutan produksi, hutan suaka alam, kebun campuran, rawa air tawar, pengembangan industri, pengembangan perkotaan Evaluasi Kelayakan 2,3 – 3,0 : Sangat sesuai 1,6 – 2,3 : Sesuai 1,0 – 1,6 : Tidak sesuai Tabel. 14. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pariwisata pantai No Parameter Bobot Kategori dan Skor S1 Skor S2 Skor N Sko r 1 Kedalaman perairan m 6 0 – 5 3 5 - 10 2 10 1 2 Material dasar perairan 3 pasir 3 karang berpasir 2 lumpur 1 3 Kecepatan arus mdet 5 10 – 13 3 3,8 - 10 2 3,8 1 4 Kecerahan perairan 5 Tinggi 75 3 Sedang 50-75 2 Rendah 25 1 5 Jarak dari pantai m 4 100 3 100-200 2 200 1 6 Penutupan lahan pantai 4 Kelapa, lahan terbuka 3 Semak belukar rendah, savana 2 hutan bakau, pemukiman pelabuhan 1 7 Jarak dari sungai m 3 500 3 500- 2.000 2 2.000 1 8 Jarak dari sumber pencemar m 3 5.000 3 2.000- 5.000 2 2.000 1 Sumber : Bakosurtanal 1996 dan Dahyar, 1999 modifikasi Evaliasi Kelayakan : 2,3 – 3,0 : Sangat sesuai 1,6 – 2,3 : Sesuai 1,0 – 1,6 : Tidak sesuai Tabel 15. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan konservasi No Parameter Bobot Kategori dan Skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Jarak dari pantai m 3 100 4 100 - 150 3 150 - 200 2 200 1 2 Vegetasi Pantai 3 Mangrove 4 Mangrove 3 Mangrove 2 Semak belukar 1 3 Kemiringan 2 0 -15 4 15 - 25 3 25 - 40 2 40 1 4 Vegetasi Laut 3 Karang hidup 4 Karang hidup 3 Karang hidup 2 Karang mati 1 5 Salinitas ppt 3 30 - 32 4 32 - 34 3 30 - 31 2 30 40 1 6 Suhu perairan o C 3 29 - 30 4 30 - 33 3 28 - 29 2 27 33 1 7 Tekanan Penduduk 4 Sangat serius 4 Serius 3 Kurang serius 2 Tidak serus 1 8 Aspirasi masyarakat 4 Sangat mendukung 4 Mendukung 3 Kurang mendukung 2 Tidak mendukung 1 Sumber : Soedharma et al, 1992, modifikasi Evaluasi Kelayakan 3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,5 – 3,15 : Sesuai 1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai Tabel 16. Matrik kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya rumput laut No Parameter Bobot Kategori dan Skor S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Sko r 1 Kecepatan arus cmdet 4 20-30 4 30-40 3 - 2 20 40 1 2 Tinggi gelombang 4 0 -15 4 15-25 3 25 -35 2 35 1 3 Material dasar perairan 3 pasir karang, dan lamun 4 pasir karang, dan lamun 3 pasir berkarang 2 pasir berkar ang 1 4 PH perairan 3 7,5-8 4 7-7,5 8-8,5 3 - 2 7 8,5 1 5 Kedalaman perairan m 3 1,0-2,5 4 2,5-2,7 3 2,7-10 2 10 1 6 Salinitas ppt 4 32 - 34 4 30 - 32 3 28 - 30 2 28 34 1 7 Suhu perairan 4 24 - 29 4 29 - 30 3 30 - 31 2 24 31 1 Sumber : Wahyuningrum, 2001 modifikasi Evaluasi Kelayakan 3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,50 – 3,15 : Sesuai 1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai Tabel 17. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan budidaya kajapung No Parameter Bobot Kategori dan Skor S1 Skor S2 Skor N Skor 1 Kecepatan arus mdet 4 10 - 13 3 3,8 - 10 2 3,8 1 2 Tinggi pasut 4 1,0 3 0,5–1,0 2 0,5 1 3 Kedalaman air dari dasar jaring 4 10 3 4 -10 2 4 1 4 pH perairan 3 8 3 6 - 9 2 6 9 1 5 Oksigen terlarut 4 4 3 3 - 5 2 3 1 6 Salinitas ppt 4 30 3 20 - 30 2 20 1 7 Suhu perairan °C 4 30 -32 3 28 - 30 2 28 1 8 Nitrat mg l 3 0,1 3 0,1-0,9 2 0,9 1 9 Phospat mgl 3 0,1 3 0,1-0,9 2 0,9 1 Sumber : Modifikasi dari Tiensongrusmee, dkk 1986 Evaluasi Kelayakan. 2,3 – 3,0 : Sangat sesuai 1,6 – 2,3 : Sesuai 1,0 – 1,6 : Tidak sesuai Tabel 18. Matriks kesesuaian lahan untuk kawasan pelabuhan perikanan pantai No Parameter Bobot S1 Skor S2 Skor S3 Skor N Skor 1 Produktifitas perikanan tonthn 3 800 4 600-800 3 400-600 2 400 1 2 Kecepatan arus cmdet 2 0 - 20 4 21-30 3 21-30 2 40 1 3 Tinggi gelombang cm 2 21-40 4 21-40 3 21-40 2 50 1 4 Amplitudo pasut 2 0- 0,5 4 0,6-1,5 3 1,6-2 2 2 1 5 Tipe pasut 2 Harian Tunggal 4 Campuran Tunggal 3 Campuran Ganda 2 Campuran Ganda 1 6 Jarak dari Fishing ground mil 2 5 4 6 - 12 3 12-15 2 15 1 7 Jarak ke pemukiman nelayan km 2 5 4 5 - 10 3 11-15 2 15 1 8 Keterlindungan 3 Sangat Terlindung 4 Terlindung 3 Terlindung cenderung terbuka 2 Terbuka 1 9 Tekstur tanah 1 Lempung Berpasir 4 Pasir Berlumpur 3 Pasir Berkarang 2 Karang 1 10 Kemiringan lahan 2 0 - 2 4 2 - 8 3 8 - 15 2 16 1 11 Kedalaman perairan m 2 9 4 6 - 9 3 3 - 6 2 3 1 12 Fasilitas transportasi 2 3 4 2 3 1 2 Tidak ada 1 Sumber : Masrul, 2002 modifikasi Evaluasi Kelayakan : 3,15 – 3,80 : Sangat sesuai 2,50 – 3,15 : Sesuai 1,85 – 2,50 : Sesuai bersyarat 1,20 – 1,85 : Tidak sesuai Tabel 19. Matriks kriteria kesesuaian lahan untuk kawasan industri No Parameterkriteria Bobot Skor 1 Kemiringankelerengan 20 4 S1 : 3 – 8 S2 : 9 - 15 3 S3 : 0 - 2 2 N : 16 1 2 Jarak dari jalan m 20 4 S1 : 0 - 200 S2 : 200 - 500 3 S3 : 500 2 3 Ketersediaan air tawar ldtk 15 4 S1 : 20 S2 : 15 - 20 3 N : 10 2 4 Drainase 15 4 S1 : tidak tergenang S2 : tidak tergenang 3 S3 : tergenang priodik 2 N : tergenang 5 Penggunaan lahan 15 S1 : alang-alang, semak, hutan, kebun campuran 4 S2 : Pemukiman, perkebunan, campuran pemukiman dan kebun 3 N : jalur hijau, hutan lindung, hutan bakau, penyangga, rawa 2 Sumber : Masrul 2002 Modifikasi

h. Analisis Prospektif

Analisis prospektif dilakukan dalam rangka menghasilkan skenario pengembangan wilayah pesisir secara berkelanjutan di Kota Makassar untuk masa yang akan datang dengan menentukan faktor kunci yang brpengaruh terhadap kinerja sistem. Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan penilaian analisis prospektif seperti pada Tabel 20. Tabel 20. Pedoman penilaian prospektif dalam pengembangan wilayah pesisir Kota Makassar Sumber : Hardjomidjojo,2006 Pedoman pengisian berpengaruh langsung antar faktor berdasarkan pedoman penilaian dalam analisis prospektif adalah : 1. Dilihat dulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya diberi nilai 0 2. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya diberi nilai 3 3. Jika tidak, baru dilihat apakah berpengaruh kecil = 1, atau berpengaruh sedang = 2 Pengaruh antar faktor, selanjutnya disusun dengan menggunakan matriks, seperti Tabel 21 Tabel 21. Pengaruh antar faktor dalam pengembangan Wilayah pesisir, Kota Makassar Sumber : Godet 1999, Bourgeois 2007 Kemungkinan-kemungkinan masa depan yang terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasi penentuan elemen kunci masa depan dari beberapa faktor- faktor atau elemen-elemen yang sangat berpengaruh terhadap pengembangan 129 wilayah pesisir di Kota Makassar yang menuntut untuk segera dilaksanakan tindakan. Adapun cara menentukan elemen kunci, dapat dilihat seperti gambar berikut Hasil analisis berbagai faktor atau variabel seperti pada Gambar diatas menunjukkan bahwa faktor-faktor atau variabel-variabel yang berada pada : a. Kuadran I INPUT memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat dengan tingkat ketergantungan yang kurang kuat. Faktor pada kuadran ini merupakan penentu atau penggerak. driving variabels yang paling kuat dalam sisitem b. Kuadran II STAKES, memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ketergantungan yang kuat leverage variabels. Faktor pada kuadran ini dianggap peubah yang kuat c. Kuadran III OUTPUT, memuat faktor-faktor yang mempuyai pengaruh kecil, namun ketergantungannya tinggi. d. Kuadran IV UNUSED, memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh dan ke tergantungan kecil rendah men kunci pengembangan wilayah pesisir Hardjomidjojo,2006, Bourgeois and Jesus, 2004, Bourgeois, 2007. P e n g a r u h Faktor Penentu INPUT Faktor Penghubung STAKE Faktor Bebas UNSED Faktor Terkait OUTPUT Ketergantungan 130 Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem, maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan dari faktor-faktor tersebut sebagai alternatif panyusunan skenario pengembangan wilayah pesisir di Kota Makassar. Tabel 21. menyajikan keadaan yang mungkin terjadi dimasa depan dan faktor-faktor yang dominan pada pengembangan wilayah pesisir. Tabel 21. Keadaan yang mungkin Terjadi di masa depan pada Pengembangan Wilayah Pesisir Kota Makassar Berdasarkan Tabel 21 diatas, maka dibangun skenario pengembangan wilayah pesisir di Kota Makassar. Skenario yang mungkin terjadi dimasa depan seperti terlihat pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Hasil analisis skenario pengembangan wilayah pesisir secara berkelanjutan 131

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Analisis Keberlanjutan Wilayah Pesisir Pantai Makassar

Sulawesi Selatan Wilayah pesisir merupakan salah satu ekosistim yang sangat produktif. Namun dibalik potensi tersebut, pembangunan biasanya juga dipusatkan di daerah pesisir, sehingga sering menimbulkan dampak negatif terhadap potensi sumberdaya tersebut. Aktifitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam seperti industri, pertanian, perikanan, permukiman, pertambangan, navigasi, pariwisata, sering tumpang tindih, sehingga tidak jarang manfaat atau nilai guna ekosistim tersebut turun. Aktifitas-aktifitas tersebut seringkali memberikan dampak di wilayah pesisir. Pemanfiaatan kawasan pesisir selama ini memberikan dampak positif berupa peningkatan pendapatan masyarakat pesisir dan devisa negara. Namun, pada kegiatan pemanfaatan ekosistim ini cenderung dilakukan secara tidak terkendali, sehingga memberikan implikasi munculnya dampak negatif yaitu terjadinya kerusakan ekosistim pesisir dan laut. Jika kondisi ini dibiarkan berlangsung terus menerus akan menimbulkan resiko terhadap perubahan serta pencemaran lingkungan pesisir dan laut yang semakin parah dan pada akhirnya akan berdampak lanjut pada penurunan kondisi kehidupan manusia. Konflik penggunaan ruang di kawasan pesisir dan laut sering terjadi karena belum adanya pola pemanfaatan tata-ruang yang baku dan dapat dijadikan acuan oleh segenap sektor yang berkepentingan. Disamping itu, potensi multi-guna yang inherent pada sumberdaya pesisir dan laut menyebabkan banyak pihak yang berupaya untuk memanfaatkannya sehingga menimbulkan konflik pemanfaatan. Untuk menanggulangi masalah tersebut di atas, diperlukan suatu bentuk pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan laut yang berdimensi ekologis, teknologis, ekonomis dan sosial politik yang bertolak pada aspek berwawasan lingkungan. Sehubungan dengan itu, maka dibutuhkan suatu penelitian tentang “analisis keberlanjutan pengeloaan wilayah pesisir Kota Makassar” yang dapat digunakan sebagai acuan bagi segenap sektor yang berkepentingan. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis indeks dan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar dari lima dimensi. untuk mencapai tujuan utama tersebut, maka ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan 132 sebagai tujuan khusus yaitu 1 menilai indeks dan status keberlanjutan wilayah pesisir Kota Makassar dari dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi serta hukum dan kelembagaan. 2 mengidentifikasi atribut-atribut variabel yang sensitif berpengaruh pada perkembangan wilayah pesisir 3 mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinansi pengembangan wilayah pesisir dan 4 mengidentifikasi indikator-indikator keberlanjutan yang dapat dicapai melalui perbaikan setiap atribut. Kota Makassar memiliki sumberdaya pesisir yang cukup potensial dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan daerah. Berbagai potensi tersebut seperti perikanan, pariwisata, perhotelan, kepelabuhanan, dan industri pesisir. Mengingat potensi yang besar tersebut, maka dalam pengelolaannya perlu dilakukan secara terpadu integrated coastal manajemen dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait. Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir Kota Makassar cenderung dilakukan secara parsial dengan mengandalkan egosektoral masing-masing instansi yang menyebabkan pengelolaannya menjadi tidak optimal dan syarat dengan konflik kepentingan yang sangat mengancam keberlanjutan dalam pengelolaannya. Dalam pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan, diamanatkan bahwa sumberdaya yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat baik generasi masa kini maupun generasi yang akan datang. Untuk mengukur tingkat keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir, dapat dilihat dari tiga dimensi pembangunan keberlanjutan yang meliputi dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial Munasinghe, 1993. Dalam perkembangannya, ketiga dimensi keberlanjutan tersebut, selanjutnya dapat dikembangkan pada beberapa dimensi seperti yang di kemukakan oleh Kavanagh 2001 yang membagi menjadi lima dimensi yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, dan infrastruktur dan teknologi, serta hukum dan kelembagan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauhmana status keberlanjutan pengelolaan wilayah pesisir di kota Makassar dimana hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pembangunan di wilayah pesisir Kota Makassar.