keluarga atau kelompok tani karena mereka lebih mengetahui pengelolaan lahan pertanian, mulai dari persiapan lahan, hingga panen dibandingkan perempuan. Hal
ini dipengaruhi oleh keterlibatan langsung mereka pada setiap proses pengelolaan lahan, seperti: mencangkul tanah, membajak sawah, menabur pupuk, dan lain-
lain. Perempuan juga memiliki peranan dalam sistem usahatani tetapi hanya sebatas pada tandur atau menanam padi, proses penyiangan maton, dan pasca
panen penjemuran, pengolahan produk turunan pertanian, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak heran jika petani laki-laki lebih mengetahui sistem usahatani
secara lebih detail daripada petani perempuan dan terlibat aktif dalam kegiatan kelompok tani. Meskipun demikian, ada kelompok tani yang anggotanya
merupakan campuran dari petani laki-laki dan perempuan, bahkan ada pula kelompok tani yang hampir semua anggotanya adalah perempuan. Fakta ini
terjadi pada dua dusun di Desa Ketapang karena pada dusun-dusun tersebut, perempuan memegang kendali lebih dominan daripada laki-laki atas manajemen
keuangan sistem usahatani. Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin di Desa Ketapang, Tahun 2010
Jenis Kelamin
Petani Organik Petani Konvensional
Total Responden n = 14
n = 65 n = 79
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase
Laki-laki 14
100 44
67,7 58
73,4 Perempuan
21 32,3
21 26,6
Total 14
100 65
100 79
100
Sumber: Data Primer Diolah
4.3.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden cukup bervariasi, mulai dari tidak tamat Sekolah Dasar SD, tamat SD, tamat Sekolah Menengah Pertama
SMPsederajat, tamat Sekolah Menengah Atas SMAsederajat, dan tamat Perguruan Tinggi PT dengan gelar sarjana. Tingkat pendidikan responden masih
rendah karena terbukti dari banyaknya responden yang hanya tamat SD dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Jumlah responden
dengan tingkat pendidikan terakhir tamat SD mencapai 45 orang atau 57 persen dari jumlah total responden Tabel 20. Persentase tersebut merupakan persentase
tertinggi diantara persentase jumlah responden pada masing-masing tingkat pendidikan.
Persentase jumlah responden eksperimen dan kontrol yang tidak lulus SD masing-masing sebesar 35,7 persen dan 18,5 persen dari jumlah total responden
pada masing-masing kelompok. Sementara itu, persentase jumlah responden eksperimen dan kontrol yang tingkat pendidikannya termasuk dalam kategori
sedang hingga tinggi lulus SMPSederajat hingga Perguruan Tinggi, masing- masing adalah 42,9 persen dan 16,9 persen dari jumlah total responden pada
masing-masing kelompok. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan responden eksperimen petani organik lebih tinggi daripada responden kontrol
petani konvensional, meskipun persentase jumlah responden eksperimen yang tidak lulus SD lebih besar daripada responden kontrol. Untuk keterangan lebih
lanjut mengenai jumlah dan persentase responden penelitian berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Ketapang, Tahun 2010
Tingkat Pendidikan
Petani Organik Petani Konvensional
Total Responden n = 14
n = 65 n = 79
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase
Tidak Lulus SD 5
35,7 12
18,5 17
21,5 SD
3 21,4
42 64,6
45 57
SMPSederajat 2
14,3 9
13,8 11
13,9 SMASederajat
3 21,4
2 3,1
5 6,3
Sarjana 1
7,1 1
1,3
Total 14
100 65
100 79
100
Sumber: Data Primer Diolah
4.3.3. Umur