Tabel 2. Perbandingan Ekonomi, Sosial serta Kesehatan Pertanian Organik dan Konvensional
Uraian Pertanian Organik
Pertanian Konvensional
Pilihan konsumen
Disukai konsumen. Kurang disukai, karena kurang
enak. Harga
Lebih adil, karena pola pasar dari produsen langsung ke konsumen.
Relatif, tergantung pedagang dan distribusi yang bertingkat-tingkat.
Risiko kegagalan
usahatani Sedikit, karena ada tumpang sari,
rotasi. Lebih besar dengan peningkatan
input serta wabah hamapenyakit. Kerusakan
ekosistem lahan
Tidak ada, dan berkelanjutan. Lebih cepat, resistensi hama pada
pestisida, polusi, daur ulang biokemis tanah tidak seimbang.
Resiko sosial Terbebas dari ketergantungan.
Menciptakan ketergantungan pada petani dan lahan.
Resiko budaya Kreatif dan menjunjung tinggi nilai-
nilai tradisi dan kekuatan alam. Efisien, malas, dan menimbulkan
sifat tamak dan serakah. Resiko
kesehatan Tidak ada
Pasti , keracunan secara akut atau kronis.
Sumber: Data-data perbandingan antara pertanian organik dan konvensional berdasarkan pada pengalaman dari petani-petani organik yang menjadi rekanan PAN Indonesia. Jakarta, 15 Maret 2000.
2.1.2. Prinsip-prinsip Pertanian Organik
Prinsip dasar pertanian organik berfungsi sebagai panduan posisi, program, dan standar. Menurut IFOAM
2
2006, ada empat prinsip yang bersifat normatif atau disusun sebagai etika dalam pengembangan pertanian organik. Keempat
prinsip pertanian organik tersebut adalah prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan kepedulian yang menjadi satu kesatuan dan digunakan secara ketergantungan.
Prinsip-prinsip tersebut disusun untuk mengilhami tindakan dalam mewujudkan visi pertanian organik menjadi nyata. Berikut ini penjelasan untuk masing-masing
prinsip pertanian organik: 1
Prinsip Kesehatan Pertanian organik harus berkelanjutan dan mendorong kesehatan tanah,
tanaman, hewan, manusia, dan planet sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, pertanian organik berperan dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatan ekosistem serta organisme yang terlibat di dalamnya pada semua proses sistem usahataninya.
2
International Federation for Organic Agriculture Movement
2 Prinsip Ekologi
Pertanian organik harus diterapkan berdasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan. Bekerja, meniru, dan berusaha memelihara sistem dan
siklus ekologi kehidupan sehingga dapat menjamin keberlanjutan ekologi. 3
Prinsip Keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin
keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. 4
Prinsip Perlindungan Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab
untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.
2.1.3. Pertanian Organik Versus Pertanian Berkelanjutan
Keberlanjutan menurut Reijntjes, Haverkort, dan Bayer 2006 dapat diartikan sebagai “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung”, atau
“kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif
sekaligus tetap mempertahankan ketersediaan sumber daya. Technical Advisory Committee
of The CGIAR 1988 dalam Reijntjes, Haverkort, dan Bayer 2006 menyatakan, “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang
berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam.” Definisi lain tentang pertanian berkelanjutan sebagaimana yang diungkapkan Reijntjes 1999 dalam Indriana 2010, yaitu
pertanian yang memenuhi syarat-syarat berikut ini: mantap secara ekologis, bisa berlanjut secara ekonomis, adil, manusiawi, dan luwes.
Berdasarkan definisi pertanian berkelanjutan yang telah dikemukakan pada paragraf di atas, maka sistem pertanian berkelanjutan harus dievaluasi
berdasarkan pertimbangan beberapa kriteria, antara lain
3
: 1
Aman menurut wawasan lingkungan, berarti kualitas sumberdaya alam dan vitalitas keseluruhan agroekosistem dipertahankan, mulai dari kehidupan
3
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro Wongso Atmojo, MS. n.d. Degradasi lahan Ancaman bagi Pertanian
. Solo: SOLO POS.
manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dicapai apabila tanah dikelola dengan baik, kesehatan tanah dan
tanaman ditingkatkan, demikian juga kehidupan manusia maupun hewan ditingkatkan melalui proses biologi. Sumberdaya lokal dimanfaatkan
sedemikian rupa sehingga dapat menekan kemungkinan terjadinya kehilangan hara, biomassa dan energi, serta menghindarkan terjadinya polusi.
Pertanian ini juga menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya terbarukan. 2
Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, termasuk pendapatan,
dan cukup memperoleh pendapatan untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi tidak hanya diukur
langsung berdasarkan hasil usaha taninya, tetapi juga berdasarkan fungsi kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi
terhadap lingkungan. 3
Adil menurut pertimbangan sosial, berarti sumberdaya dan tenaga tersebar sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat
terpenuhi, demikian juga setiap petani mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan lahan, memperoleh modal cukup, bantuan teknik dan
memasarkan hasil. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam menentukan kebijakan, baik di lapangan maupun dalam
lingkungan masyarakat itu sendiri. 4
Manusiawi terhadap semua bentuk kehidupan, berarti tanggap terhadap semua bentuk kehidupan tanaman, hewan dan manusia. Prinsip dasar semua
bentuk kehidupan adalah saling mengenal dan hubungan kerja sama antar makhluk hidup adalah kebenaran, kejujuran, percaya diri, kerja sama dan
saling membantu. Integritas budaya dan agama dari suatu masyarakat perlu dipertahankan dan dilestarikan.
5 Mudah diadaptasi luwes, berarti masyarakat pedesaan atau petani mampu
dalam menyesuaikan perubahan kondisi usaha tani, misalnya: pertambahan penduduk, kebijakan dan permintaan pasar. Hal ini tidak hanya berhubungan
dengan masalah perkembangan teknologi yang sepadan, tetapi termasuk juga inovasi sosial dan budaya.
Pertanian berkelanjutan bisa diwujudkan melalui berbagai macam sistem usaha tani, termasuk pertanian organik yang menekankan daur ulang hara secara
alami, sehingga penggunaan input luar pertanian menjadi rendah. Berdasarkan konsep dan definisi pertanian berkelanjutan, lalu setelah membandingkannya
dengan konsep, definisi, dan prinsip-prinsip pertanian organik, maka dapat dianalisis bahwa pertanian organik termasuk dalam kategori pertanian
berkelanjutan yang mampu menjamin kelangsungan atau keseimbangan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Pertanian organik mampu menjamin kelangsungan
ekologi karena sifatnya yang ramah lingkungan; menjamin keberlanjutan ekonomi karena dapat mengoptimalkan usaha tani, sehingga dapat mencukupi kebutuhan
manusia khususnya petani sendiri; dan menjamin kehidupan sosial budaya karena memperhatikan aspek budaya lokal dalam menjalankan usaha tani. Dengan
demikian, analisis terhadap keberlanjutan praktik pertanian organik di kalangan petani, dapat dilihat berdasarkan kriteria-kriteria dalam pertanian berkelanjutan.
2.1.4. Praktik Pertanian Organik di Indonesia