80
layanan dapat diperoleh dengan optimal terutama bagi pengguna layanan Konseli.
2.5 Perbedaan Kinerja Konselor Dalam Melaksanakan Layanan
Konseling Perorangan Antara Konselor Lulusan Pendidikan Profesi Konselor Dengan Konselor yang Belum Menempuh
Pendidikan Profesi Konselor
Kurikulum program Pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling yang
proporsi teorinya lebih banyak dari praktik karena menitikberatkan pada penguasaan kompetensi akademik bagi seorang Konselor. Kompetensi akademik
ini kiranya belum cukup bagi Konselor dalam menyelenggarakan layanan yang berkualitas bagi peserta didik terutama dalam penyelenggaraan layanan konseling
perorangan. Hal ini juga didasarkan fakta bahwa pelaksanaan layanan konseling perorangan ini dirasakan belum optimal oleh pengguna layanan, dikarenakan
Konselor tidak melaksanakan layanan ini sesuai dengan tahapan-tahapan dan teknik-teknik yang ada. Alhasil layanan yang diberikan tidak sesuai yang
diharapkan terutama bagi Konseli. Untuk meningkatkan keprofesionalan Konselor maka salah satu upaya dari
pemerintah adalah menyelenggarakan Pendidikan Profesi Konselor PPK, program pendidikan ini lebih menitikberatkan pada praktik di lapangan terutama
praktik layanan bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan konseling perorangan. Hal tersebut membuat Konselor menjadi semakin terampil dalam
menyelenggarakan layanan-layanan terutama ketiga layanan tersebut. Pendidikan Profesi Konselor pada dasarnya adalah mencetak Konselor yang memiliki
kompetensi profesional, sehingga Konselor lulusan S-1 Bimbingan dan Konseling
81
dan Pendidikan Profesi Konselor telah memiliki sosok utuh sebagai seorang Konselor yang profesional karena telah memiliki kompetensi akademik dan
kompetensi profesional. Jadi secara teoritik dapat dikatakan bahwa Konselor yang telah menempuh
pendidikan Profesi Konselor akan lebih terampil dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan sesuai dengan tahapan-tahapan dan teknik-teknik
yang ada, apabila dibandingkan dengan Konselor yang belum menempuh Pendidikan Profesi Konselor.
Kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja terutama faktor kepribadian, pengembangan profesi, kemampuan memberikan layanan, dan antar
hubungan dan komunikasi, dapat dijelaskan sebagai berikut, 1
Dalam hal kepribadian, Konselor yang telah menempuh Pendidikan Profesi Konselor akan lebih menunjukkan kepribadian sebagai seorang Konselor.
Dikarenakan Konselor lulusan Pendidikan Profesi Konselor telah memiliki kompetensi akademik dan kompetensi profesional sehingga layak disebut
sebagai Konselor yang profesional terutama dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan.
2 Untuk faktor pengembangan profesi, jelas terlihat bahwa Konselor lulusan
Pendidikan Profesi Konselor telah melakukan pengembangan profesi untuk mendukung peningkatan kemampuan profesionalnya. Dengan mengikuti
program pendidikan ini maka dirinya akan semakin baik dalam menyelenggarakan layanan Bimbingan dan Konseling.
82
3 Kaitannya dengan faktor kemampuan memberikan layanan, program
Pendidikan Profesi Konselor yang lebih menitikberatkan pada praktik lapangan membuat Konselor lulusannya menjadi semakin terampil dalam
menyelenggarakan layanan, sehingga layanan yang diberikan dapat lebih berkualitas. Khususnya dalam memberikan layanan konseling perorangan,
karena Pendidikan Profesi Konselor menitikberatkan pada melatih keterampilan Konselor dalam menyelenggarakan layanan konseling
perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok, 4
Dalam hal antar hubungan dan komunikasi terutama dengan Klien, Konselor lulusan Pendidikan Profesi Konselor akan lebih terampil dalam membentuk
hubungan dan menjalin komunikasi yang baik khususnya dalam menyelenggarakan layanan konseling perorangan. Hal tersebut dikarenakan
program Pendidikan Profesi Konselor ini menitiberatkan pada praktik tiga layanan yaitu konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling
kelompok. Komunikasi dalam konseling perorangan bersifat teraputik karena
langsung berhubungan dengan pengentasan masalah yang dialami oleh Klien. Dalam program Pendidikan Profesi Konselor, praktik konseling perorangan
dibimbing dan diawasi oleh Konselor ahli. Jadi dapat dikatakan bahwa konseling perorangan yang diselenggarakan oleh Konselor lulusan
Pendidikan Profesi Konselor mempunyai kualitas hubungan dan komunikasi yang baik dan terarah.
83
Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan bahwa secara teoritis terdapat perbedaan antara kinerja Konselor lulusan Pendidikan Profesi Konselor PPK
dengan Konselor yang belum menempuh Pendidikan Profesi Konselor PPK dalam hal melaksanakan layanan konseling perorangan. Hal tersebut yang
dijadikan permasalahan pokok di dalam penulisan skripsi ini, yang pada dasarnya untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja Konselor dalam melaksanakan
layanan konseling perorangan ditinjau dari tahapan-tahapan di dalam konseling perorangan antara Konselor lulusan PPK dengan Konselor yang belum
menempuh PPK di dalam konteks kenyataan yang terjadi di lapangan.
2.6 Indikator Penilaian Kinerja Konselor Dalam Melaksanakan