21
kesiapan yang matang, yaitu terutama sekali kesiapan dalam membuka diri dan kesiapan dalam memperkecil kemungkinann resiko kegagalan sampai
seminimal mungkin. 8
Memiliki intelegensi yang cukup tinggi. Orang yang berinteligensi cukup tinggi mampu memikirkan dan mengelola suasana yang dapat dimanfaatkan
orang lain untuk mengubah tingkah lakunya. 9
Memiliki penalaran yang baik. 10
Mampu dalam menelurkan berbagai gagasan yang bermanfaat.
2.2.1.3 Persyaratan Menjadi Konselor
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
diterangkan bahwa “untuk dapat diangkat sebagai Konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku
secara nasional”. Pada kualifikasi akademik, seorang Konselor adalah tenaga pendidik
profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu S-1 program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi
Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Hal tersebut secara jelas menerangkan bahwa
syarat untuk menjadi Konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah,
22
1 Sarjana pendidikan S-1 dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
2 Berpendidikan profesi Konselor.
Sedangkan, menurut Arifin dan Eti Kartikawati 1995 dalam http:alfaruq2010.blogspot.com 2005, bahwa ‘syarat-syarat petugas bimbingan
dan konseling di sekolah dan madrasah dipilih berdasarkan kualifikasi pada kepribadian, pendidikan, pengalaman, dan kemampuan’.
Berdasarkan kualifikasi tersebut, untuk memilih dan mengangkat seorang petugas bimbingan Konselor di sekolah harus memenuhi syarat-syarat yang
berkaitan dengan kepribadiannya, pendidikannya, pengalamannya, dan kemampuannya. Adapun penjabaran dari masing-masing kualifikasi adalah
sebagai berikut, 1
Kepribadian Seorang guru pembimbing atau Konselor harus mempunyai kepribadian
yang baik, karena pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan sangat berkaitan dengan pembentukan perilaku konseli. Melalui konseling
diharapkan terbentuk perilaku positif pada diri konseli. Hal ini akan terwujud jika bimbingan tersebut dilakukan oleh orang yang berkepribadian baik
berdasarkan norma-norma yang ada. Kaitannya dengan hal tersebut, Polmantier 1966 dalam www.misk-
in.blogspot.com 2010, telah mengadakan survei dan studi mengenai sifat- sifat kepribadian konselor, hasil dari survei tersebut adalah sebagai berikut,
a Konselor adalah pribadi yang intelegen, memiliki
kemampuan berpikir verbal dan kuantitatif, bernalar, dan mampu memecahkan masalah secara logis dan persetif.
23
b Konselor menunjukkan minat kerja sama dengan orang lain,
di samping seorang ilmuwan yang dapat memberikan pertimbangan dan menggunakan ilmu pengetahuan mengenai
tingkah laku individual dan social.
c Konselor menampilkan kepribadian yang dapat menerima
dirinya dan tidak akan menggunakan kliennya untuk kepuasan kebutuhan pribadinya melebihi batas yang
ditentukan oleh kode etik profesionalnya.
d Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya
sebab nilai-nilai ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling dan tingkah lakunya secara umum.
e Konselor menunjukkan sifat yang penuh toleransi terhadap
masalah-masalah yang mendua dan ia memiliki kemampuan untuk menghadapi hal-hal yang kurang menentu tersebut
tanpa terganggu profesinya dan aspek kehidupan pribadinya.
f Konselor cukup luwes untuk memahami dan memperlakukan
secara psikologis tanpa tekanan-tekanan sosial untuk memaksa klien menyesuaikan dirinya.
Pendapat mengenai ciri-ciri kepribadian seorang Konselor di atas sesuai
dengan pendapat dari Belkin dalam Winkel 2006:184-186, bahwa ‘kualitas kepribadian dari seorang Konselor yang efektif mencakup 3 hal yaitu
mengenal diri sendiri knowing one self, memahami orang lain understanding others
, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain relating to others
’. Kualitas kepribadian dari seorang Konselor sangat berpengaruh
terhadap kinerjanya dalam menyelenggarakan layanan-layanan Bimbingan dan Konseling, maka seorang Konselor pada dasarnya harus mengenal diri
sendiri termasuk di dalamnya menyadari keunikan, kelemahan, dan kekuatan yang ada pada dirinya, mampu dalam memahami orang lain atau tidak
24
memandang sesuatu dari segi pribadi saja, dan mampu dalam berkomunikasi yang baik dengan orang lain.
2 Pendidikan
Kaitannya dengan kualifikasi pendidikan bahwa, Seorang guru pembimbing atau Konselor profesional selayaknya
memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan konseling Strata Satu S1, S2 maupun S3. Sedangkan, untuk Konselor non
profesional atau tidak berasal dari jurusan Bimbingan dan Konseling, dapat diangkat menjadi seorang konselor profesional,
tetapi harus mengikuti terlebih dahulu pendidikan tambahan pendididkan profesi dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
www.misk-in.blogspot.com, 2010.
Dari hal di atas dapat dijelaskan bahwa untuk menjadi seorang Konselor maka seseorang harus menempuh pendidikan profesi pada jurusan Bimbingan
dan Konseling minimal Strata 1 S-1. 3
Pengalaman Pengalaman Konselor dalam Bimbingan dan Konseling sangat
berpengaruh pada keberhasilannya dalam melakukan tugasnya. Seorang Konselor harus memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun mengajar,
banyak membimbing berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan banyak pengalaman dalam organisasi. Corak pengalaman yang dimiliki seorang
Konselor akan membantunya mendiagnosis dan mencari alternatif solusi terhadap klien.
4 Kemampuan
Kemampuan atau kompetensi dan keterampilan yang dimiliki oleh konselor adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, tanpa adanya kemampuan
dan keterampilan tidak mungkin Konselor dapat melaksanakan tugasnya
25
dengan baik. Menurut Dahlan dalam http:alfaruq2010.blogspot.com 2005 bahwa,
Guru pembimbing atau Konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang, daya kekuatan
pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang berbuat, dan mendiagnosis persoalan siswa
selanjutnya mengembangkan potensi individu secara positif.
Kualifikasi-kualifikasi tersebut harus ada pada diri masing-masing Konselor. Hal tersebut dikarenakan, dengan dipenuhinya semua kualifikasi untuk
menjadi seorang Konselor baik itu kepribadian, pendidikan, pengalaman, maupun kemampuan, maka akan mendukung bagi kinerja Konselor untuk memberikan
pelayanan yang optimal termasuk di dalamnya adalah memberikan layanan konseling perorangan, yang pada dasarnya layanan tersebut sangat menuntut
keprofesionalan dari Konselor.
2.2.1.4 Konteks Tugas Konselor