Hubungan Antara Pendidikan Profesi Konselor Dengan

77 adalah sebutan profesi itu sendiri, yang di dalamnya bisa dikembangkan sejenis himpunan atau ikatan yang berorientasi pada spesifikasi profesi itu. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia ABKIN merupakan wadah bagi tenaga profesi Bimbingan dan Konseling dan disebut sebagai organisasi profesi. ABKIN terbentuk sejak tahun 1975 tepatnya pada tanggal 17 Desember 1975 yang sebelumnya menggunakan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia IPBI. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2003:41, menyebutkan bahwa “kepengurusan organisasi ABKIN berada di tingkat nasional, daerah Provinsi, dan cabang Kabupaten atau Kota”. Selanjutnya, menurut Munandir 2005:12, “dalam menjalankan tugasnya ABKIN dibantu oleh sejumlah divisi yaitu yaitu IGPI, ISKIN, IDPI dan untuk pengawasan serta pemberian sanksi pelanggaran. Kode etik secara khusus ditangani oleh dewan kehormatan ABKIN”. ABKIN sebagai organisasi profesi memiliki fungsi serta peranan yang cukup besar dalam menjaga eksistensi dan kualitas profesi di lapangan. Hal ini tertuang di dalam Anggaran Dasar pada Bab III pasal 5 tentang “Sifat dan Fungsi ABKIN” ABKIN 2005:8 yaitu, 1 Sebagai wadah pemersatu, pembinaan, dan pengembangan anggota dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 2 Sebagai wadah peran serta profesional BK dalam usaha menyukseskan pembangunan nasional. 3 Sebagai saran penyalur aspirasi anggota serta sarana komunikasi sosial timbal balik antar organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.

2.4 Hubungan Antara Pendidikan Profesi Konselor Dengan

Kinerja Konselor Dalam Melaksanakan Layanan Konseling Perorangan 78 Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008, sosok utuh kompetensi Konselor terdiri atas 2 komponen yang berbeda namun terintegrasi dalam praksis sehingga tidak bisa dipisahkan yaitu, Kompetensi akademik Konselor yang diperoleh melalui Program S-1 Bimbingan dan Konseling dan kompetensi profesional Konselor diperoleh melalui penerapan kompetensi akademik dalam Bimbingan dan Konseling yang telah dikuasai pada tahap pendidikan akademik dijenjang S-1 Bimbingan dan Konseling dalam latihan yang sistematis serta beragam situasinya dalam konteks otentik di lapangan, yang dikemas sebagai Pendidikan Profesi Konselor. Program Pendidikan Profesi Konselor PPK ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga profesional ahli yang menyandang gelar profesi Konselor yang mampu melaksanakan pelayanan profesi bagi peserta didik dan warga masyarakat luas. Program Pendidikan Profesi Konselor ini juga merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kinerja Konselor di lapangan yang dirasakan kurang begitu optimal bagi masyarakat pengguna layanan. Banyak Konselor di lapangan yang dalam memberikan pelayanan khususnya layanan konseling perorangan tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah yang ada atau terkesan asal-asalan, padahal layanan konseling perorangan adalah “Jantung Hati” dari Bimbingan dan Konseling dan harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dalam hal tersebut. Pendekatan pembelajaran pada kurikulum program Pendidikan Profesi Konselor pada dasarnya mengarah untuk penguasaan keterampilan keahlian pelayanan profesional konseling yang diwujudkan dalam bentuk praktik nyata. Praktik nyata ini didasarkan pada konsep atau teori dan wawasan lapangan yang diperoleh pada program S-1 Bimbingan dan Konseling. Praktik ini 79 diselenggarakan terhadap sasaran di lapangan, baik pada setting pendidikan formal, non formal, maupun informal, serta setting kemasyarakatan lainnya seperti instansi, dunia kerja, dan organisasi kemasyarakatan. Dengan demikian “kegiatan praktik lapangan dalam kurikulum Pendidikan Profesi Konselor berbobot 80 dari keseluruhan kegiatan dan 20 kegiatan analisis dan pemantapannya. Kegiatan praktik lapangan meliputi minimal 600 jam nyata. Hal ini disesuaikan dengan standar Internasional Konselor profesional”. UNP, 2009:15. Sedangkan pada struktur dan cakupan kurikulum Pendidikan Profesi Konselor meliputi kegiatan praktik lapangan dan analisisnya yang di dalamnya mencakup aspek-aspek format layanan individual dan kelompok, wawasan lintas budaya dan lintas kelembagaan, pengukuran evaluasi dan akuntabilitas layanan, kode etik profesi, praktik pribadi. Dengan adanya hal tersebut maka Konselor yang telah menempuh Program Pendidikan Profesi Konselor PPK pada dasarnya telah menguasai kompetensi akademik dan kompetensi profesional sebagai seorang Konselor profesional. Kurikulum Pendidikan Profesi Konselor yang lebih menitik beratkan pada praktik di lapangan membuat kinerja Konselor semakin terampil dan profesional dalam melaksanakan layanan baik dalam format individual maupun kelompok. Jadi dapat dikatakan bahwa Konselor lulusan Pendidikan Profesi Konselor dalam melaksanakan layanan-layanan terutama layanan Konseling Perorangan akan lebih optimal dan profesional sesuai tahapan-tahapan yang ada dan lebih terampil dalam menggunakan teknik-teknik dalam konseling perorangan sehingga hasil 80 layanan dapat diperoleh dengan optimal terutama bagi pengguna layanan Konseli.

2.5 Perbedaan Kinerja Konselor Dalam Melaksanakan Layanan