Anggraeni, Dewi. 2006. Perbedaan Unjuk Kerja Guru Pembimbing Setiawati, Elisabeth. 2006. Kemampuan Guru Pembimbing Dalam Munadhifah, Umik. 2005. Persepsi Klien Tentang Keefektifan Konselor

11

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain dengan tujuan untuk mendapatkan hasil tertentu. Terdapat beberapa penelitian dan karya ilmiah terdahulu yang telah dipublikasikan dan terkait dengan perbedaan kinerja Konselor dalam melaksanakan layanan konseling perorangan antara Konselor lulusan Pendidikan Profesi Konselor PPK dengan Konselor yang belum menempuh Pendidikan Profesi Konselor PPK antara lain sebagai berikut,

2.1.1 Anggraeni, Dewi. 2006. Perbedaan Unjuk Kerja Guru Pembimbing

SMP Ditelaah Dari Latar Belakang Kependidikannya Studi Tentang Perbedaan Unjuk Kerja Guru Pembimbing SMP Di Gugus 02 Bandung Barat Utara BBU Padalarang Tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unjuk kerja guru pembimbing SMP di gugus 02 Bandung Barat Utara Padalarang berada pada kategori sedang. Selain itu, latar belakang pendidikan Guru Pembimbing sangat berpengaruh terhadap unjuk kerja Guru Pembimbing dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, semakin baik latar pendidikan dari Guru Pembimbing maka semakin besar pula tingkat kepercayaan pengguna layanan karena layanan yang diberikan akan semakin optimal. Hal tersebut sesuai dengan hasil perhitungan yang membuktikan bahwa latar belakang pendidikan guru pembimbing memberi 12 pengaruh yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 terhadap aktivitas layanan yang dilakukannya.

2.1.2 Setiawati, Elisabeth. 2006. Kemampuan Guru Pembimbing Dalam

Melaksanakan Proses Konseling Individual : Studi Kasus Untuk Penyusunan Program Hipotetik Pelatihan Konseling Individual Bagi Guru Pembimbing Sekolah Menengah SMP Santo Yusup dan SMA Santa Maria 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru Pembimbing di SMP dalam melaksanakan proses konseling individual lebih menyerupai percakapan biasa. Hampir seluruh proses konseling mengabaikan teknik-teknik dan tahapan konseling yang seharusnya dilalui, sehingga tujuan akhir konseling tidak pernah tersentuh. Sementara pelaksanaan konseling individual di SMA Santa Maria 3, sekalipun tidak melalui tahapan yang seharusnya, namun teknik-teknik yang digunakan jauh lebih bervariasi.

2.1.3 Munadhifah, Umik. 2005. Persepsi Klien Tentang Keefektifan Konselor

Dalam Melaksanakan Konseling Individual Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja Dan Gender Konselor Di SMA Negeri Se-Kota Semarang Tahun Ajaran 20042005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang kinerja Konselor di SMK N 2 Semarang tahun ajaran 20072008 termasuk dalam kategori cukup sesuai. Sebagian besar siswa menilai kinerja konselor yang meliputi perencanaan, evaluasi dan tindak lanjut kurang sesuai. Sedangkan dalam pelaksanaannya sangat sesuai. Untuk sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling individual dinilai sangat positif. Tetapi untuk hasil penelitian tentang sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling individual tidak sesuai dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan. Pada studi pendahuluan diungkapkan bahwa siswa belum bersikap proaktif terhadap 13 pemanfaatan layanan konseling individual. Hal itu ditandai dengan inisiatif Konselor yang selalu memanggil siswa dalam memberikan layanan konseling individual sehingga siswa terkesan terpaksa karena pelaksanaan konseling bukan atas keinginan atau kesukarelaan siswa sendiri. Sedangkan hasil penelitian menyebutkan bahwa sikap proaktif siswa terhadap pemanfaatan layanan konseling individual sangat positif.

2.1.4 Taufik. 1996. Pemahaman Guru Pembimbing Tentang Layanan