25
dengan baik. Menurut Dahlan dalam http:alfaruq2010.blogspot.com 2005 bahwa,
Guru pembimbing atau Konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang, daya kekuatan
pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang berbuat, dan mendiagnosis persoalan siswa
selanjutnya mengembangkan potensi individu secara positif.
Kualifikasi-kualifikasi tersebut harus ada pada diri masing-masing Konselor. Hal tersebut dikarenakan, dengan dipenuhinya semua kualifikasi untuk
menjadi seorang Konselor baik itu kepribadian, pendidikan, pengalaman, maupun kemampuan, maka akan mendukung bagi kinerja Konselor untuk memberikan
pelayanan yang optimal termasuk di dalamnya adalah memberikan layanan konseling perorangan, yang pada dasarnya layanan tersebut sangat menuntut
keprofesionalan dari Konselor.
2.2.1.4 Konteks Tugas Konselor
Sebutan “Bimbingan dan Konseling” adalah sebutan untuk layanan ahli yang diampu oleh Konselor. Pelayanan Bimbingan dan Konseling adalah
pelayanan untuk semua guidance and counseling for all. Oleh karena hal tersebut, orientasi pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak hanya pemecahan
masalah saja melainkan juga mencakup orientasi pengembangan developmental secara menyeluruh.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang “Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”, di dalam
Standar Isi tersebut dijelaskan bahwa “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP memuat tiga komponen pokok, yaitu komponen mata pelajaran,
26
komponen muatan lokal, dan komponen pengembangan diri”. Komponen- komponen dalam KTSP secara utuh dapat digambarkan sebagai berikut,
Gambar 1 Komponen KTSP Menurut Permendiknas No. 222006
Berdasarkan pada gambar di atas untuk komponen mata pelajaran dan muatan lokal merupakan wilayah yang diampu oleh Guru. Sedangkan komponen
pengembangan diri untuk sub komponen pelayanan konseling difasilitasi atau dibimbing oleh Konselor dan sub komponen ekstra kurikuler oleh pembina khusus
pembina khusus ini berasal dari Guru atau Konselor atau tenaga lain yang mampu dan berkewenangan untuk membelajarkan peserta didik berkenaan dengan
jenis kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Seperti yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006
dinyatakan bahwa, Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus
diasuh oleh Guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah”. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh Konselor,
27
Guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Untuk kegiatan pengembangan diri melalui
layanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik
dilakukan oleh Konselor.
Berdasarkan konsep tersebut maka kedudukan bimbingan konseling dalam KTSP
sangat strategis dan merupakan jantungnya kegiatan pengembangan diri. Dengan demikian maka semua kegiatan bimbingan konseling baik pelayanan maupun
kegiatan pendukung harus dilakukan secara optimal. Sehingga nantinya siswa dapat mengembangkan dirinya seoptimal mungkin hingga pada gilirannya
tercapailah tujuan pendidikan dan bimbingan yaitu tercapainya kepribadian yang sehat dan utuh.
Kemudian, Menurut Nurihsan 2003:90-91, konteks tugas Konselor sekolah adalah sebagai berikut,
1 Memasyarakatkan kegiatan bimbingan.
2 Merencanakan program bimbingan.
3 Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan.
4 Melaksanakan layanan bimbingan terhadap sejumlah siswa yang
menjadi tanggung jawabnya, minimal sebanyak 150 siswa. Apabila diperlukan, karena jumlah Konselor kurang mencukupi
dibanding dengan jumlah siswa yang ada, seorang Konselor dapat menangani lebih dari 150 orang siswa; dengan menangani 150
orang siswa secara intensif dan menyeluruh, berarti Konselor telah menjalankan tugas wajib seorang Guru, yaitu setara dengan
18 jam pelajaran seminggu.
5 Melaksanakan kegiatan penunjang bimbingan.
6 Menilai proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan.
7 Menganalisis hasil penilaian.
8 Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian.
9 Mengadministrasikan kegiatan Bimbingan dan Konseling.
10 Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada
koordinator Konselor. Lebih lanjut, menurut Jalall 2007:50-51, terdapat kerangka utuh
keseluruhan proses kerja bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal,
28
proses kerja tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut,
Pelayanan Orientasi Pelayanan Informasi
Bimbingan Kelompok Konseling Individual
Konseling kelompok Rujukan referal
Bimbingan Teman
Sebaya Pengembangan media
Instrumentasi Penilaian Individual
atau Kelompok Penempatan dan
penyaluran Kunjungan rumah
Konferensi kasus Kolaborasi Guru
Kolaborasi Orangtua Kolaborasi Ahli Lain
Konsultasi Akses informasi dan
teknologi Sistem Manajemen
Evaluasi, Akuntabilitas Pengembangan Profesi
Pelayanan Dasar Bimbingan dan
Konseling Untuk seluruh
peserta didik dan Orientasi Jangka
Panjang Pelayanan Responsif
Pemecahan Masalah,
Remidiasi Pelayanan
Perencanaan Individual
Perencanaan Pendidikan, Karir,
Personal, Sosial Dukungan Sistem
Aspek Manajemen dan Pengembangan
Perangkat Tugas Perkembangan
Kompetensi kecakapan hidup,
nilai dan moral peserta didik
Tataran Tujuan Bimbingan dan
Konseling Penyadaran
Akomodasi, Tindakan
Permasalahan yang perlu
Asesmen Lingkungan
KOMPONEN PROGRAM
STRATEGI PELAYANAN
Harapan dan Kondisi
Lingkungan
Asesmen Perkembangan
Konseli Harapan dan
Kondisi Konseli
Gambar 2 Kerangka Kerja Utuh Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Bagan di atas, menunjukkan bahwa seluruh pelayanan Bimbingan dan Konseling yang selama ini dilaksanakan di Sekolah atau Madrasah bisa dipayungi
oleh dan terakomodasi ke dalam kerangka kerja tersebut. Berdasarkan kerangka kerja utuh tersebut pelayanan Bimbingan dan Konseling harus dikelola dengan
baik sehingga berjalan secara efektif dan produktif. Fungsi manajemen yang penting dijalankan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi:
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis dan tindak lanjut. Layanan konseling perorangan berdasarkan bagan di atas masuk ke dalam
pelayanan responsif pemecahan masalah dan remidiasi. Pemberian pelayanan konseling ini ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
29
atau hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik konseli dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kerangka kerja utuh Bimbingan
dan Konseling tersebut dilaksanakan pada wilayah untuk pengembangan diri peserta didik secara optimal, yang dilaksanakan oleh Konselor melalui layanan-
layanan yang ada di dalam Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu seorang Konselor harus benar-benar dapat menyusun suatu program layanan yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, sehingga layanan yang diberikan berkualitas sesuai dengan ketentuan yang ada dan memperoleh hasil yang optimal sesuai yang
diharapkan oleh peserta didik.
2.2.1.5 Kompetensi Konselor