32
2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional sebagai berikut lihat lampiran 6 bag 1 hal 181. Sesuai dengan persyaratan menjadi Konselor yang tertuang pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No 27 Tahun 2008 bahwa “syarat untuk menjadi Konselor adalah S-1 Bimbingan dan Konseling dan berpendidikan profesi
Konselor”. Hal ini dilakukan sebagai wujud untuk meningkatkan profesionalitas Konselor dalam melakukan layanan-layanan Bimbingan dan Konseling. Apabila
seorang Konselor telah memenuhi persyaratan tersebut maka kinerja yang dihasilkan akan optimal. hal tersebut dikarenakan Konselor telah memiliki
kompetensi akademik dan kompertensi profesional sebagai seorang Konselor profesional.
2.2.1.6 Kode Etik Konselor
Menurut Mayadi dalam www.archive_file.com 2010, ‘kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku’.
Dalam kaitannya dengan profesi, kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya.
Ditegakkannya suatu kode etik profesi bertujuan untuk “menjunjung tinggi maratabat profesi, melindungi pelanggan dari perbuatan mala-praktik,
33
meningkatkan mutu profesi, menjaga standar mutu dan status profesi, serta menegakkan ikatan antara tenaga profesi dan profesi yang disandangnya”.Dirjen
Dikti, 2003:42. Kode etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Secara umum landasan kode etik Konselor adalah Pancasila. Hal tersebut dikarenakan profesi konseling merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia
yang bersifat ilmiah dan esensial dalam rangka tujuan ikut membina warga negara yang efektif dan bertanggung jawab.
Kode etik profesi Konselor terdiri dari 5 bab, secara garis besar adalah sebagai berikut,
1 Bab I berisi tentang dasar kode etik Bimbingan dan Konseling di
Indonesia yaitu Pancasila dan tuntutan profesi. 2
Bab II tentang Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor, bab ini terdiri dari,
a Kualifikasi
Di dalam kualifikasi ini seorang Konselor harus memiliki, 1 nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, dan wawasan dalam
bidang profesi konseling, dan 2 pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor.
b Informasi, Testing, dan Riset
Pada bagian ini mengatur tentang ketentuan-ketentuan yang
34
harus dilaksanakan oleh Konselor dalam hal penyimpanan dan penggunaan informasi, melakukan testing, dan riset.
c Proses pelayanan
Berisi ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan oleh Konselor dalam kaitannya dengan hubungan dalam pemberian
pelayanan dan hubungan dengan Klien. d
Konsultasi dan hubungan dengan rekan sejawat Berisi ketentuan-ketentuan dalam kaitannya dengan
konsultasi dengan rekan sejawat dan alih tangan kasus. 3
Bab III tentang Hubungan Kelembagaan, bab ini terdiri dari 1 prinsip umum dan 2 keterkaitan kelembagaan, keduanya berisi tentang
ketentuan-ketentuan yang harus ditaati Konselor di dalam bekerja pada suatu lembaga.
4 Bab IV tentang Praktik Mandiri dan Laporan Kepada Pihal Lain, bab
ini terdiri dari, a
Konselor Praktik Mandiri atau Privat Berisi ketentuan-ketentuan tentang penyelenggaraan praktik
mandiri oleh Konselor. a
Laporan Kepada Pihak Lain Berisi ketentuan tentang pelaporan sesuatu hal dari Klien
oleh Konselor kepada pihak lain di dalam atau di luar profesinya. 5
Bab V tentang Ketaatan Kepada Profesi, bab ini terdiri dari, a
Pelaksanaan hak dan kewajiban
35
Berisi tentang ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban seorang Konselor.
b Pelanggaran terhadap kode etik
Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik, mulai dari akibat sampai kepada sanksi yang diberikan
oleh ABKIN kepada Konselor yang melanggar kode etik. Untuk penjabaran secara rinci pada tiap-tiap bab kode etik Konselor di atas
dapat dilihat pada lampiran 6 bag 2 hal 181. Ketaatan pada kode etik dapat memperlancar bagi kinerja Konselor dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pelaksanan layanan-layanan dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Pelanggaran terhadap kode etik selain akan
memperburuk citra diri pribadi sebagai seorang Konselor juga akan merugikan bagi pengguna layanan, sehingga akan timbul nantinya istilah malpraktik yang
dilakukan oleh Konselor.
2.2.1.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Konselor