secara faktual pekerjaan rumah yang sudah di depan mata memang bagaimana pemulihan tersebut dapat segera dilakukan sekurang-kurangnya untuk
meminimalisasikan timbulnya resiko sistemik yang lebih parah. Adapun program pemantapan ketahanan sistem perbankan diperlukan atau diarahkan
agar perbankan nasional tidak terperosok lagi dalam segala bentuk krisis serta lebih kuat dan sehat dibanding sebelumnya. .
82
2. Pengaturan tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Sejalan dengan meningkatnya kompleksitas usaha, Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS dan Unit Usaha Syariah yang selanjutnya
disebut UUS perlu menjaga kelangsungan usahanya, antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan efektivitas dalam mengelola risiko kredit dari
aktivitas Pembiayaan credit risk serta meminimalkan potensi kerugian. Sebagai salah satu upaya untuk meminimalkan potensi kerugian yang
disebabkan oleh Pembiayaan bermasalah, BUS dan UUS dapat melakukan Restrukturisasi Pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan
kemampuan pembayaran dan masih memiliki prospek.
82
Wahyudi Santoso, Restrukturiasi Kredit Sebagai Bagian Integral Restrukturisasi Perbankan,
Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Volume 6 Nomor I, tahun 2008,http:bi.go.idNRrdonlyresBC37BA7D-0D64-4E33-B38B-6CA74AE826DD14416
Restrukturisasi_kredit1.pdf, diakses tanggal 10 Oktober 2011.
Universitas Sumatera Utara
Ada dua golongan ketentuan dalam restrukturisasi pembiayaan:
83
a.
Landasan Fiqh Restrukturisasi: 1 Fatwa DSN No. 46DSNMUIII2005 tentang Potongan Tagihan
Ketentuan restrukturisasi pembiayaan yang tidak merubah akad pembiayaan.
Murabahah Al-Khasm Fi al-Murabahah; 2 Fatwa
DSN No. 47DSNMUIII2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah
Lembaga Keuangan Syari’ah LKS boleh melakukan penyeleaian settlement murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikanmelunasi
pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati dengan ketentuan:
Bagi Nasabah Tidak Mampu Bayar. Adapun Fatwa Dewan Syari’ah Majelis Ulama
DSN-MUI ini memberikan ketentuan tentang pengaturan sebagai berikut:
84
Pertama Ketentuan Penyelesaian: 1 Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS dengan harga pasar yang
disepakati. 2 Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan. 3 Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka LKS
mengembalikan sisanya kepada nasabah. 4 Apabila hasil penjualan lebih kecil
83
Dasar Hukum Restrukturisasi Pembiayaan, http:esharianomics.comesharianomicspembiayaan-2restrukturisasi-pembiayaandasar-hukum-
restrukturisasi-pembiayaan , diakses tanggal 02 November 2011.
84
Lebih lanjut lihat Fatwa Dewan Syari’ah Nasional MUI No.47DSN-MUIII2005 tentang Penyelesaian Hutang Murabahah bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.
Universitas Sumatera Utara
dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang nasabah. 5 Apabila nasbah tidak mampu membayar sisa hutangnya, maka LKS dapat
membebaskannya.
Kedua, Ketentuan Penutup; 1 Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2 Fatwa ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
b.
Landasan Fiqh Restrukturisasi: 1 Fatwa DSN No. 48DSNMUI2005, tentang Penjadualan Kembali Tagihan
Ketentuan Restrukturisasi yang mengubah akad pembiayaan.
Murabahah ; 2 Fatwa DSN No.
49DSNMUI2005 tentang Konversi Akad Murabahah
Ketentuan tentang Fatwa DSN MUI No.48DSN-MUIII2005 hal ini dibagi dalam dua bagian, yang bunyinya adalah sebagai berikut: Pertama,
Ketentuan Penyelesaian; 1 LKS boleh melakukan penjadwalan kembali rescheduling tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikanmelunasi pembiayaannya sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa;
.
Universitas Sumatera Utara
pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil; dan perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
Kemudian pada ketentuan kedua berisi Ketentuan Penutup dinyatakan bahwa; 1 Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah. 2 Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.
Sedangkan ketentuan untuk koversi akad diatur lebih lanjut pada Fatwa DSN MUI No.49DSN-MUIII2005 memuat ketentuan sebagai berikut:
Pertama: Ketentuan Konversi Akad LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad membuat akad baru
bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikanmelunasi pembiayaan murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih
prospektif dengan ketentuan: 1 Akad murabahah dihentikan dengan cara: obyek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar; nasabah
melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan; apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka
Universitas Sumatera Utara
untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah; apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi
hutang nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah. 2 LKS dan nasabah eks-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan
akad: Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut diatas dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 27DSN-MUIIII2002 Tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah
Bi Al-Tamlik; Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No.07DSN- MUIIV2000 tentang Pembiayaan Mudharabah Qiradh; atau Musyarakah
dengan merujuk kepada fatwa DSN no.08DSN-MUIIV2000 tentang Pembiayaan Musyarakah.
Kedua: Ketentuan Penutup; 1 Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka
penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah Nasional setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2 Fatwa ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Sedangkan Landasan Operasional untuk kedua golongan restrukturisasi pembiayaan tersebut adalah a SK Dir BI. No. 31150Dir1998, tentang
Restrukturisasi Kredit; b PBI No. 2152000 tentang Restrukturisasi Kredit; c
Universitas Sumatera Utara
PBI No. 572003 tentang KAP Bagi Bank Syariah; d PBI No. 592003, tentang PPAP Bagi Bank Syariah; e PAPSI 2003.
3. Kualitas Pembiayaan pada Bank Syariah yang Dapat Direstrukturisasi