Prinsip Good Corporate Governance

pihak. Bank tidak dapat menjalankan usahanya apabila nasabah tidak memberikan dan menyediakan berbagai keterangan yang diperlukan. Kedua, agar nasabah mau menyimpan uangnya di bank, maka rahasia pribadi tentang penyimpan dan simpanannya harus dirahasiakan. Ketiga, pengaturan rahasia bank di dalam undang-undang suatu negara biasanya di dasarkan pada pola berfikir dikotomis, yaitu adanya negarapemerintah yang berkuasa di satu pihak dan adanya rakyat yang tunduk pada pemerintah atau negara tersebut. Pengaturan tersebut terutama dimaksudkan untuk membatasi campur tangan negarapemerintah pada kehidupan pribadi privacy masyarakatrakyat. Keterikatan bank terhadap ketentuan atau kewajiban merahasiakan keadaan keuangan nasabahnya menunjukkan bahwa hubungan antara nasabah penyimpan dana dilandasi oleh kerahasiaan. Oleh karena itu, hubungan antara bank dan nasabah penyimpan adalah hubungan kerahasiaan. 104

5. Prinsip Good Corporate Governance

Good Corporate Governance GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah value added untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan 104 Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit., hal.172 Universitas Sumatera Utara untuk melakukan pengungkapan disclosure0 secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. 105 Dalam pelaksanaan prinsip ini, bank sebagai suatu perusahaan harus menggunakan prinsip-prinsip yang diperkenalkan oleh Organization for Economic Co-Operation and development OECD , Komite Nasional GCG KN-GCG dan The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG, serta keputusan Menteri Negara BUMN No.117M-MBU2002, tanggal 1 Agustus 2002. 106 Pengelolaan perusahaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance secara terencana dan berkelanjutan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 107 Pertama, Transparency keterbukaan informasi yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Kedua, Accountability akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 105 Thomas S. Kalihatu, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia, Jurnal Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8 No.1 Maret 2006, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra dalam http:www.petra.ac.id~puslitjournalsdir.php?DepartementID=MAN , diakses tanggal 10 Januari 2012, hal.2. 106 Tata Kelola Perusahaan yang baik, http:www.adhi.co.idindex.php?option=com_contentview=article , diakses tanggal 10 januari 2012. 107 Thomas S. Kalihatu., Op.Cit. Universitas Sumatera Utara Ketiga, Responsibility pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Keempat, Independency kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional ranpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Kelima, Fairness kesetaraan dan kewajaran, yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Sedangkan jika kita melihat dalam dunia perbankan, ketentuan mengenai GCG ini secara umum terdapat di dalam UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. Yaitu mengenai governance structure, governance process, maupun governance outcome . 108 Sedangkan ketentuan yang bersifat khusus terdapat di dalam Pasal 1 angka 6 PBI No.84PBI2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. Selanjutnya pada tahun 2009, Bank Indonesia kembali mengeluarkan kebijakan mengenai GCG bagi Bank Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah. Hal ini dapat dilihat pada PBI No.1133PBI2009 tentang 108 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan God Corporate Governance Bagi Bank Umum Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah. B. Prinsip-Prinsip Syariah dalam Restrukturisasi Pembiayaan Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah UUS Sistem perbankan syariah sebagai bagian dari konsep ekonomi Islam. Oleh karena itu pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan pada bank, harus tetap memenuhi prinsip syariah disamping mengacu kepada prinsip kehati-hatian yang bersifat universal yang berlaku pada industri perbankan. Selanjutnya berkaitan dengan segala kegiatan usaha perbankan syari’ah baik itu penghimpunan maupun penyaluran dana dalam ketentuan Pasal 2 Peraturan Bank Indonesia PBI No.919PBI207 tentang Pelaksanaan Prinsip Syari’ah dalam Kegiatan Penghimpunan dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syari’ah ditegaskan bank syari’ah wajib membuat akad sesuai prinsip syari’ah dengan ketentuan pokok Hukum Islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan ‘adl wa tawazun, kemashlahatan maslahah dan universalisme alamiyah serta tidak mengandung gharar, maysir, riba dzalim, riswah dan obyek haram. Berdasarkan prinsip-prinsip ini, maka restrukturisasi pembiayaan bagi perbankan syari’ah dan unit usaha syari’ah juga tak terlepas dari prinsip-prinsip umum syari’ah tersebut. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah pemaparan dari beberapa prinsip umum syari’ah yang dipergunakan sebagai landasan di dalam restrukturisasi pembiayaan perbankan syari’ah dan unit usaha syari’ah.di Indonesia.

1. Prinsip Keadilan dan Keseimbangan