POLA RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN Untuk Meminimalisasi Risiko Kerugian

BAB III POLA RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN

BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UUS BERDASARKAN KETENTUAN PBI NO.139PBI2011. A. Restrukturisasi Pembiayaan dan Pengaturannya Tumbuh kembangnya usaha perbankan syariah yang didominasi sebagian besar oleh aktivitas pembiayaan akan sangat dipengaruhi oleh kualitas,pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah biasanya dilakukan dalam bentuk transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah, atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, pembiayaan tersebut merupakan sumber utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Untuk itu, pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas pembiayaan diharapkan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Posisi pembiayaan selama lima tahun terakhir telah melaju dari Rp. 15 triliun pada 2005 menjadi Rp. 68 triliun pada 2010. Pembiayaan ini tumbuh dengan rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun adalah 35,15 persen per tahun. Di sisi lain, dengan adanya pertumbuhan pembiayaan yang signifikan itu, posisi Universitas Sumatera Utara non performance financing NPF akhir 2010 tercatat 3,02 persen. Persentase ini masih di bawah norma standar BI, yakni lima persen dan jauh lebih baik dari NPF BPRS, yaitu 6,5 persen. Dengan begitu, bisa disimpulkan rata persentase pertumbuhan absolute nominal NPF jauh lebih tinggi ketimbang rerata persentase pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah. Banyak faktor yang bisa menjadi pemicu menaiknya NPF, baik faktor internal bank, internal nasabah, eksternal, kegagalan bisnis, maupun ketidakmampuan manajemen. Kelima faktor ini sering diperburuk oleh kegagalan strategi perbankan syariah dalam menjajaki sejumlah sektor pembiayaan korporasi, di antaranya mencakup pembiayaan manufaktur, infrastruktur, dan properti. 78 Risiko kredit semakin besar akibat dari sisi akad, perbankan syariah tengah meningkatkan pembiayaan dengan akad nonmurabahah nonjual beli, seperti mudharabah atau bagi hasil yang memiliki risiko tinggi karena ketidaksempurnaan informasi petugas melihat level usaha nasabah dan terbatasnya informasi produktivitas usaha. Mengingat NPF bisa menimbulkan permasalahan sistemis bagi pemegang saham, nasabah penyimpan dana dan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, tidak salah Bank Indonesia melakukan relaksasi regulasi restrukturisasi pembiayaan syariah yang diberlakukan bagi bank syariah dan unit usaha syariah mulai akhir Februari 2011 yang lalu. 78 Bambang Rianto Rustam, Restrukturisasi Pembiayaan Syariah, http:ekonomiislami.wordpress.com20110326restrukturisasi-pembiayaan-syariah , diakses pada tanggal 25 Oktober 2011. Universitas Sumatera Utara

1. Pengertian Restrukturisasi dan Restrukturisasi Pembiayaan