mendatang yang akan tetap berpedoman pada Undang-undang Perbankan Syariah dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Selain regulasi terhadap perbankan syariah, Bank Indonesia juga mempunyai tanggung jawab dalam mendukung upaya inovasi produk yang
dapat meningkatkan daya saing perbankan syariah baik secara domestik, regional maupun kompetisi global di era pasar bebas dengan antisipasi
berbagai peluang dan tantangannya ke depan, Bank Indonesia pada tahun 2010 telah melakukan kajian pemetaan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI dan identifikasi kebutuhan pasar perbankan syariah.
58
2. Pengawasan Bank Indonesia Terhadap Perbankan Syariah
Kondisi keuangan yang sehat serta kepatuhan dalam melaksanakan prinsip syariah merupakan dua aspek yang harus diusahakan dalam waktu
yang sama. Dalam pelaksanaannya, dibutuhkan suatu mekanisme yang jelas untuk mengatur wewenang dan tugas pengawasan serta konsep pengaturan
kedua aspek yang berbeda tersebut.
59
Pengembangan perbankan syariah yang tengah diupayakan saat ini perlu diikuti dengan langkah-langkah pengawasan yang efektif untuk memastikan
bahwa perbankan syariah telah tumbuh dan berkembang secara sehat, memperhatikan prinsip kehati-hatian, menerapkan tata kelola perusahaa yang
58
Outlook Perbankan Syariah, Loc..Cit., hal.3.
59
Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal.131
Universitas Sumatera Utara
baik, memiliki manajemen rsiko yang efektif, dan memenuhi prinsip-prinsip syariah secara konsisten. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia dengan
berdasarkan kepada kerangka kerja pengawasan berdasarkan resiko, telah melaksanakan pengawasan secara langsung on-site maupun tidak langsung
off-site
60
dengan fokus pada aktivitas fungsional yang memiliki risiko tinggi.
61
Peran pengawasan bank Indonesia terhadap perbankan syariah sebagaimana diatur di dalam Pasal 50 Undang-undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Di dalam Pasal 50 dinyatakan bahwa: “pembinaan dan pengawasan bank syariah dan unit usaha syariah dilakukan
oleh Bank Indonesia.” Lebih lanjut dinyatakan pada Pasal 52 ayat 3 huruf a UU No.21 tahun
2008 tentang perbankan Syariah bahwa: “Dalam rangka pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 dan ayat 2, Bank Indonesia berwenang: a.
memeriksa dan mengambil datadokumen dari setiap tempat yang terkait dengan Bank;
b. memeriksa dan mengambil datadokumen dan keterangan dari
setiap pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap Bank; dan
c. memerintahkan Bank melakukan pemblokiran rekening tertentu,
baik rekening Simpanan maupun rekening Pembiayaan.”
60
Pengawasan tidak langsung off-site adalah bentuk pengawasan dini melalui penelitian, analisis, dan evaluasi laporan bank. Sedangkan pengawasan langsung on-site atau lapangan adalah
bentuk pemeriksaan lapangan yang diikuti dengan tindakan-tindakan perbaikan, pemeriksaan ini dilakukan sedikitnya satu tahun sekali.
http:jurnal.dikti.go.idjurnaldetilid2:3164qpengarang:Dimas20Aryo20Wicaksonooffset0lim it5
, diakses tanggal 10 Oktober 2011.
61
Zainudin Ali, Op.Cit, hal.23.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam UU No.21 tahun 2008 yang mengatur secara khusus tentang Perbankan Syariah maka jelaslah bahwa
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai kewenangan untuk pembinaan dalam arti mengawasi bank syariah. Pembinaan yang dilakukan
Bank Indonesia, antara lain, mengenai aspek kelembagaan, kepemilikan dan kepengurusan termasuk uji kemampuan dan kepatutan, kegiatan usaha,
pelaporan, serta aspek lain yang berhubungan dengan kegiatan operasional Bank Syariah dan UUS. Pengawasan bank meliputi pengawasan tidak
langsung off-site supervision atas dasar laporan Bank dan pengawasan langsung on-site supervision dalam bentuk pemeriksaan di kantor bank
yang bersangkutan.
62
C. Faktor-faktor Bank Indonesia Mengeluarkan Kebijakan Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah UUS.
Keberlangsungan usaha suatu bank yang didominasi oleh aktivitas Pembiayaan, dipengaruhi oleh kualitas Pembiayaan yang merupakan sumber
utama bank dalam menghasilkan pendapatan dan sumber dana untuk ekspansi usaha yang berkesinambungan. Pengelolaan bank yang optimal dalam aktivitas
pembiayaan dapat meminimalisasi potensi kerugian yang akan terjadi. Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan melalui Restrukturisasi Pembiayaan
terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar namun
62
Lihat Penjelasan Pasal 50 UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Universitas Sumatera Utara
dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi. Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan pada
bank juga memperhatikan aspek kebutuhan dan kesesuaian dengan perkembangan industri perbankan syariah menjadi pertimbangan dalam
penyempurnaan ketentuan mengenai restrukturisasi pembiayaan di bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
63
Langkah Bank Indonesia untuk menerbitkan Peraturan Bank Indonesia PBI tentang restrukturisasi pembiayaan bank syariah adalah untuk menguatkan
perbankan syariah di Indonesia. Dengan peraturan tersebut, secara umum diharapkan bank syariah akan menjadi lebih mampu bersaing dalam pembiayaan
kepada nasabah. Berdasarkan hal ini ada beberapa faktor yang menjadi pendorong apa saja yang menjadi alasan Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan
Restrukturisasi Pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit usaha Syariah.
1. Untuk Menjaga Kelangsungan Usaha