Prinsip Keadilan dan Keseimbangan

Berikut ini adalah pemaparan dari beberapa prinsip umum syari’ah yang dipergunakan sebagai landasan di dalam restrukturisasi pembiayaan perbankan syari’ah dan unit usaha syari’ah.di Indonesia.

1. Prinsip Keadilan dan Keseimbangan

‘Adl wa tawazun Keadilan dalam bahasa Salaf adalah sinonim al-mi’za’an keseimbangan moderasi. Kata keadilan dalam al-Qur’an kadang diekuafalensikan dengan al-qist . Al-mizan yang berarti keadilan di dalam al-Qur’an terdapat di dalam Surat as-Syura ayat 17 dan al-Hadid ayat 25. Selain itu, prinsip keadilan di dalam Islam juga bisa dilihat berlandaskan pada al-Qur’an surat an-Nahl ayat 90 yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan...” Dalam pandangan M. Umar Chapra dikatakan bahwa perniagaan itu secara prinsip dibolehkan, hal ini mengandung arti bahwa tidak semua diperbolehkan dalam perniagaan. Mengingat bahwa ketiddakadilan yang ditimpakan lewat riba dapat diperpanjang lewat transaksi bisnis, riba fadhl mengacu kepada ketidakadilan dan eksploitasi. Ia menuntut terhapusnya kecurangan, ketidakpastian atau spekulasi dan monopoli. Semua praktek Universitas Sumatera Utara bisnis yang menimbulkan eksploitasi kepada pembeli atau penjual atau hambatan bagi adanya persaingan yang sehat harus dilarang secara efektif. 109 Prinsip keadilan ini juga bermakna keseimbangan tawazun, seperti yang terdapat di dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 52 yang mengandung makna keadilan yang berarti keseimbangan antara kewajiban yang harus dipenuhi manusia mukallaf dengan kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban tersebut. Dengan demikian ajaran keseimbangan dalam hal ini dapat meliputi aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan kelestarian. 110 Prinsip ini diberlakukan dalam konteks yang luas dan konkret. Selain diterapkan pada kegiatan usaha perbankan dalam mengumpulkan dana maupun menyalurkan pembiayaan, juga harus tercermin dalam penerapan restrukturisasi pembiayaan pada bank syari’ah dan unit usaha syari’ah. Misalnya dalam melakukan restrukturisasi para pihak harus berlaku benar dan adil dalam menetapkan jumlah hutang, bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang sudah di rescheduling maupun reconditioning.

2. Prinsip Kemashlahatan