Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Fungsi Pembinaan dan Pengawasan Perbankan di Indonesia

2. Sumber Data

Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif maka data yang dipergunakan adalah data sekunder, yang bersumber pada: a. Bahan Hukum Primer yakni bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat dalam berbagai perangkat hukum atau perundang- undangan yang berkaitan erat dengan penelitian ini, seperti UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia, UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah dan PBI No.139PBI2011 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi bank Syari’ah dan Unit Usaha Syari’ah serta ketentuan pelaksana berupa Surat Edaran Bank Indonesia yang terkait dengan restrukturisasi pembiayaan. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah lainnya di bidang hukum dan sebainya. c. Bahan Hukum Tertier adalah bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang lebih dikenal dengan nama bahan acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedi hukum, dan lain-lain, serta bahan- bahan di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian. Universitas Sumatera Utara

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tertier teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui penelitian kepustakaan library research.

4. Analisa Data

Setelah seluruh data yang diperlukan untuk penelitian ini dikumpulkan, selanjutnya data dianalisa secara kualitatif. Artinya data yang diperoleh dianailisis secara menyeluruh, mendalam dan komprehensif holistic. Universitas Sumatera Utara

BAB II KEBIJAKAN BANK INDONESIA

TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UUS

A. Fungsi dan Kewenangan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

Ruang lingkup kebijakan pengaturan pengaturan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia BI menurut undang-undang yang pelaksanaannya tertuang dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia PBI, pada dasarnya mencakup empat aspek, yakni : pertama, perizinan, meliputi ijin prinsip dan ijin usaha. Kedua, pengaturan dan ketentuan perbankan, meliputi ijin bank, kelembagaan bank, kegiatan usaha bank, kegiatan bank dengan prinsip syariah, merger-konsolidasi- akuisisi, sistem informasi antar bank, tata cara pengawasan bank, sistem pelaporan bank ke BI, penyertaan bank, pencabutan usaha-likuidasi-pembubaran bentuk hukum bank, dan lembaga-lembaga pendukung sistem perbankan. Ketiga,aspek pengawasan, meliputi pengawasan secara tidak langsung on site supervision maupun keduanya. Keempat, aspek pemberian sanksi terhadap pelanggaran ketentuan, berupa sanksi administrasi dan sanksi pidana. 47 Berbagai aturan yang dibuat tersebut tidak lain adalah untuk menciptakan dan memelihara kesehatan bank 48 47 Marsuki, Landscape Kebanksentralan Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana media, 2010, hal.104-105. , baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. 48 Suatu bank dikatakan sehat apabila secara makro dapat memberi pelayanan bagi masyarakat dan bermanfaat bagi perkembangan ekonomi. Oleh karena bank terebut harus dapat menjaga dan Universitas Sumatera Utara

1. Fungsi Pembinaan dan Pengawasan Perbankan di Indonesia

Pasal 29 Ayat 1 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan mengamanatkan bahwa: “Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Sejalan dengan itu, Pasal 8 Undang-Undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia juga menyatakan bahwa: “Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut: 1 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter 2 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran 3 Mengatur dan mengawasi bank Adapun fungsi pembinaan yang dimanatkan undang-undang kepada Bank Indonesia maknanya adalah merupakan upaya-upaya yang dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek-aspek; kelembagaan bank, kepemilikan bank, kepengurusan bank, kegiatan usaha bank, pelaporan bank, reta lainnya berhubungan dengan kegiatan operasional bank. 49 Sedangkan fungsi pengawasan adalah meliputi pengawasan tidak langsung, yang terutama dalam bentuk pengawasan dini melalui penelitian memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat mendukung efektivitas kebijakan moneter. Demikian juga harus sehat secara mikro, sebagai suatu entitas bisnis. Untuk itu berarti bank harus mempunyai modal yang cukup; mampu menajga kualitas assetnya; mampu mengelola dengan baik dan mengoperasikannya berdasarkan prinsip kehati-hatian; mampu menghasilkan keuntungan untuk mempertahankan usahanya; mampu memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi segala kewajibannya, serta senantiasa dapat memnuhi segala ketentuan dan aturan yang ditetapkan. 49 Rachmadi usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia, 2003, hal. 122. Universitas Sumatera Utara analisis dan evaluasi laporan bank; dan pengawasan langsung dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan. 50 Jadi undang-undang perbankan membedakan secara jelas yang dimaksud dengan fungsi pembinaan dan fungsi pengawasan, dimana fungsi pembinaan menitikberatkan pada “regulation”, sedangkan fungsi pengawasan menitikberatkan pada “supervision”. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 29 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan dijelaskan pula tujuan dari pembinaan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia tersebut, yaitu: Pertama, kedua fungsi itu harus dilakukan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral, mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, karenanya keadaan suatu bank perlu dipantau oleh Bank Indonesia. Kedua, tujuannya agar kesehatan bank tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap bank tetap terpelihara, sebab kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan hanya dapat ditumbuhkan apabila lembaga perbankan dalam kegiatan usahanya selalu berada dalam keadaan sehat. Ketiga, sejalan dengan itu Bank Indonesia diberi kewenangan, tanggung jawab dan kewajiban secara utuh untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank dengan menempuh upaya-upaya, baik yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan, petunjuk-petunjuk, 50 Ibid., hal.123 Universitas Sumatera Utara nasihat-nasihat, bimbingan dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan. Keempat, di pihak lain bank wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan internal dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pembina, Bank Indonesia BI berperan sebagai institusi atau regulator sistemik. Ada tiga alasan BI berperan sebagai regulator sistemik. yang mengawasi kesehatan dan stabilitas keseluruhan sistem keuangan semakin mengemuka. Tiga alasan tersebut, pertama, bank sentral memiliki hubungan jual-beli sehari-hari dengan palaku pasar sebagai bagian dari fungsi utamanya mengimplementasikan kebijakan moneter. Sehingga tidak ada lembaga lain yang memiliki pengetahuan dan akses sejenis ke aliran utama sistem keuangan. Kedua, tanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas ekonomi makro sangat sejalan dengan peran untuk menjamin stabilitas keuangan. Sejarah menunjukkan berbagai krisis ekonomi dunia selalu berhubungan dengan krisis keuangan, sehingga bank sentral secara alami memang harus mempertimbangkan intetaksi antara sektor keuangan daan kebijakan moneter dalam melaksanakan tugansnya. Ketiga, fungsi lender of last resort memang ada di bank sentral. Dengan fungsi itu, bank sentral dapat menggunakan neracanya untuk menyedaikan pendanaan darurat jangka pendek di masa krisis.Sebagai regulator sistemik Universitas Sumatera Utara bank sentral akan mampu memperoleh informasi lapangan langsung dari lembaga-lembaga keuangan yang diawasi . Informasi ini butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat apakah suatu lembaga keuangan perlu di selamatkan. 51

2. Fungsi Bank Indonesia sebagai “Lender of The Last Resort”