Keberadaan santri Musthafawiyah yang sangat banyak, banyak berasal dari daerah di luar Kabupaten Mandailing Natal, lintas provinsi, bahkan pernah terctat ada yang
dari luar negri. Daerah yang menjadi asal darai para santri, banyak yang dari Kota Padangsidimpuan, Medan, Riau, Jambi, dsb.
Keberadaan mereka para santri ini dianggap sebagai bagian dari masyarakat Mandailing, karena mereka dianggap sebagai simbolis kuatnya Islam yang sudah mengakar
di tanah Mandailing, dan menjadi bagian dari identitas budaya di tanah Mandailing. Dimana dalam jangka waktu yang relatif lama, mereka telah mendiami wilayah
pesantren Musthafawiyah setiap santri secara umum belajar selama 7 tahun di pesantren Musthafawiyah. Dengan kondisi demikian ini, tentu mereka telah menyatu dengan budaya
Mandailing, melalui interaksi dengan masyarakat selama bertahun-tahun. Bahkan tidak sedikit diantara santri pendatang itu, sudah merasa sebagai orang Mandailing, karena
kenyamanan yang ia rasakan selama tinggal di wilayah pesantren Musthafawiyah Selanjutnya dalam kebiasaannya yang ada, para guru-guru di Musthafawiyah
mendaftarkan murid-muridnya di dalam Kartu Keluarganya, dan dilaporkan kepada perangkat desa, ini diartikan oleh para guru sebagai bagian dari tanggung jawab mereka
untuk memberikan perlindungan dan pengayoman kepada para santri-santrinya, yang telah dititipkan para orang tuanya untuk belajar Agama di Pesantren Musthafawiyah.
Maka dengan sendirinya lah, bagi santri yang sudah berusia lebih dari 17 tahun merekapun dapat memberikan suaranya di Purba Baru dalam pemilu. Selain itu ada
dispensasi yang diberlakukan bagi mereka yang sudah menetap lebih dari 6 bulan di satu daerah, mereka bisa memberikan suara di tempat ia tinggal.
Kemudian hal ini pun dikoordinasikan dengan KPU setempat, sebagai lembaga penyelenggara Pemilu. Agar para santri dapat berpatisipasi dalam melakukan pemilihan
langsung di wilayah Pondok Pesantren Musthafawiyah. Selanjutnya hal ini pun disetujui oleh KPU Madina . Maka melalui pihak sekolah para santri ini di fasilitasi , dan mereka di data
untuk masuk daftar pemilih tetap dalam Pemilu di Kecamatan Lembah Sorik Marapi.
73
3.6.5 Strategi Golkar, dalam meraih suara Musthafawiyah.
73
Merupakan kesimpulan yang dipaparkan oleh Tuan Syech Ardawili saat ditanya,tentang bagaimana prosesnya santri Musthafawiyah dapat masuk ke dalam DPT. Kemudian hal ini juga di benarkan oleh Camat Lembah Sorik
Marapi saat ditanyakan hal yang sama oleh penulis
Universitas Sumatera Utara
Dalam meraih suara di purba baru ataupun secara khusus di pesantren Musthafawiyah, dinyatakan oleh pimpinan Kecamatan Partai Golkar Lembah Sorik Marapi
dirasakan sangat sulit sekali untuk melakukannya. Maka, dalam pandangannya hanya orang- orang yang dianggap memiliki kekuatan besarl lah kekuatan politik yang cukup kuat yang
bisa berhubungan secara langsung dengan Musthafawiyah, atau mampu menembus jaringan yang ada di dalamnya.
Kemudian ditambah lagi pemilu 2009 kemaren ada seorang guru yang mengajar di Musthafawiyah ikut serta dalam pencalonan, sebagai calon legislatif dari luar Partai Golkar
yang dimaksud dengan Caleg tersebut adalah H.Sabirin Rangkuti,L.C Caleg No Urut 1 DariPartai Keadilan Sejahtera, sehingga banyak suara Musthafawiyah yang menjadi
suaranya, dan terkesan Musthafawiyah sebagai basis bagi Caleg tersebut untuk meraih suara sebanyak-banyaknya.
74
Adapun Caleg Golkar yang mendapatkan suara besar dari Musthafawiyah yaitu Caleg DPRD Provinsi Hj. Tati Djuwita Caleg Golkar Provinsi Daerah Pemilihan 6 Tabagsel
No Urut 3 , itupun karena beliau masih memiliki hubungan kekeluargaan, yang cukup dekat dengan pimpinan pondok pesantren Musthafawiyah.
Saat dikomfirmasi kedua hal ini jawaban yang dapat dirangkum oleh penulis, bahwa H.Sabirin Rangkuti,L.C Caleg No Urut 1 Dari Partai Keadilan Sejahtera, memang
adalah salah satu Guru yang mengajar di pesantren Musthafawiyah, bahkan ayahanda beliaupun merupakan salah satu guru yang sangat dihormati di pesantren Purba baru ini, jadi
sangat wajar jikalau banyak murid ataupun santri yang merasa simapatik, terhadap beliau sehingga banyak santri yang mengamanahkan suaranya kepada beliau. Tetapi tetap dikatakan,
bahwa hal ini tidak ada campur tangan dari pihak pesantren, untuk menyuruh santri untuk memilih calon tertentu.
Begitu juga dengan Hj. Tati Djuwita Caleg Golkar Provinsi Daerah Pemilihan 6 Tabagsel No Urut 3. Dimana beliau Ibu Hj Tati Djuwita datang ke pesantren
Musthafawiyah bukan dalam nuansa kampanye, tetapi dalam rangka silaturrahim. Sebagai seorang yang masih memiliki hubungan kekeluargaan, yang cukup dekat dengan
Musthafawiyah. Beliau hadir di tengah-tengah pesantren Musthafawiyah juga dengan sangat
74
Kesimpulan dari pimpinan kecamatan Lembah Sorik Marapi, saat ditanya Bagaimana Golkar melakukan strategi pemenangan di Musthafawiyah, dan fenomena apa yang terjadi saat Pemilu berlangsung di pesantren
itu.
Universitas Sumatera Utara
menjaga kenetralitasan Musthafawiyah, dengan tidak berkampanye di sini. Tetapi dari yang dilihat, beliau sering datang ke pesantren Musthafawiyah . Maka hal inilah mungkin yang
dilihat oleh Santri, sehingga banyak yang bersimpatik, karena dianggap pantas mendapatkan amanah dari masyarakat. Kemudian dalam perjalanannya, keberadaan beliau sebagai seorang
Caleg tidak pernah disosialisasikan, untuk dipilih baik oleh guru, ataupun pimpinan pesantren. Suara dia yang cukup dominan itu berasal dari inisiatif para santri yang
memilihnya.
75
Dengan melhat kondisi seperti itu, Golkar mengalami kesulitan dalam melakukan penggalangan suara. Maka hal yang dilakukan Golkar sebagai upaya untuk meraih suara di
desa Purba Baru, adalah dengan mengutus wakil ketua yang membidangi hubungan Keagamaan, dan Lembaga Pemenangan Pemilu dalam Tim pemenangan pemilu 2009 Partai
Golkar, dengan coba melakukan pendekatan dengan pihak-pihak yang memiliki pengaruh besar termasuk tuan-tuan guru, di dalam Internal pesantren Musthafawiyah.
Selain itu disisi lain Pengurus Kecamatan Golkar, bersama dengan Caleg yang dijagokan Partai Golkar di Kecamatan Lembah Sorik Marapi, melakukan pendekatan
langsung dengan santri di setiap banjar tempat tinggal para santri laki-laki di wilayah pesantren Musthafawiyah , dimana di setiap banjar didiami oleh masing-masing santri yang
berasal dari daerah tertentu, sesuai dengan asalnya masing-masing . Pendekatan dilakukan kepada setiap pemimpin banjar, yang di yakini mampu memberikan pengaruh kepada teman-
temannya satu daerah. Maka hasil suara partai Golkar pun pada Pemilu 2009 di daerah ini sangat kecil,
apabila di banding dengan suara di daerah lainnya. Dimana total suara Golkar hanya 105 suara dari total 2613 suara sah dari 14 TPS yang ada di Purba Baru 4,01 dari total suara
sah , dengan suara Caleg tertinggi, 56 suara dari suara Ikwanul Akbar. Kalah jauh apabila dibandingkan dengan total perolehan suara PKS dengan suara sebanyak 918 35,13 , dan
suara Caleg terbanyak atas nama H. Sabirin Rangkuti,L.C dengan 872 Suara, PPP dengan perolehan suara 576 22,04 dan suara Caleg terbanyak atas nama Ridwan Rangkuti,
SH.MH. dengan 523 suara. Bahkan suara tertinggi yang dperoleh Caleg Golkar masih kalah jauh dibandingkan dengan suara Caleg yang meraih suara cukup signifikan seperti Eddi
75
Kesimpulan dari Tuan Syech Ardawili saat ditanyakan, Apakah benar ada beberapa Caleg sesuai dengan observasi penulis, yang mendapatkan keuntungan dari keberadaan Musthafawiyah dan Santrnya pada saat
Pemilu 2009
Universitas Sumatera Utara
Saputra Dalimunthe dari Partai Gerindra dengan 279 suara, Darminsyah Batubara dari Partai Demokrat dengan 84, serta Tan Gozali dari partai Karya Perjuangan dengan 95 suara.
76
Minimnya suara Golkar di daerah ini, ditengarai karna kurangnya popularitas Caleg yang ditawarkan Partai Golkar kepada masyarakat, khususnya dalam pandangan para
santri, tentu apabila di bandingkan dengan Guru Musthafawiyah yang juga ikut mencalonkan diri sebagai Calon Anggota Legislatif. Ketidakmampuan Golkar untuk menembus jaringan
kekuatan yang ada di dalam pondok pesantren Mustfawiyah, serta ketidakmampuan Golkar untuk mengkosolidasikan kekuatan politiknya yang ada di Desa Purba Baru menjadi faktor
penyebab kegagalan partai Golkar meraih suara signifikan dalam Pemilu.
3.7 Birokrasi dan Golkar