Pondok pesantren sebagai pilihan pendidikan

Syafii. Karena dipahami bahwa aqidah inilah yang paling benar, apabila dibandingkan dengan ajaran yang lain. Maka bagi setiap santri yang akan menyelesaikan pendidikannya di pesantren Musthafawiyah selalu diberi pesan, agar tetap teguh dan selalu konsisten dalam memang ajaran Ahlul Sunnah Wal Jamaah. 68

3.6.2 Pondok pesantren sebagai pilihan pendidikan

Budaya Islam yang begitu kuat pada masyarakat Mandailing, memberikan dampak tersendiri bagi orang tua di Mandailing Natal untuk meyakinkan pendidikan anaknya di setiap pesantren yang berjumlah lebih dari 20 pesantren, yang tersebar di seluruh wilayah Mandailing Natal. Yang tentu saja di dalamnya ada pesantren Musthafawiyah, sebagai pesantren terbesar di kawasan Mandailing Natal. Hal yang melatarbelakang seseorang sekolah di pondok pesantren, tentu karena adanya satu cita-cita yang sangat diharapkan bagi setiap manusia dalam pencapaian hidupnya, yakni ingin mencapai kebajikan dunia dan akhirat. Maka harapan itu begitu besar bagi setiap orang tua, yang meinginkan anaknya menjadi anak yang shaleh, dan dapat berguna di kemudian hari, serta selalu mendoakan orang tuanya. Karna doa anak yang shaleh bagi orang tuanya, menjadi doa yang sangat diijabah oleh Allah SWT. Sehingga dengan motivasi ini, banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk sekolah di pesantren. Selain itu, ada faktor ekonomi yang juga menjadi melatar belakangi hal ini. Karena dengan ekonomi yang terbatas seorang orang tua lebih sulit menyekolahkan anaknya di tingkat SMA. 69 Kemudian banyak dijumpai, seorang anak yang sekolah dipesantren lebih banyak berhasil daripada anak yang bersekolah di sekolah umum, apabila hanya tamatan SMA saja. Dimana banyak tamatan pesantren yang berhasil, baik menjadi pegawai, guru, dan tentunya saja alim ulama yang dihormati di tengah masyarakat. Kemudian apabila melanjutkan pendidikanpun ke perguruan tinggi, murid yang berasal dari pondok pesantren pun punya peluang yang sama, dengan yang bersekolah di sekolah umum. 68 Kesimpulan yang diambil penulis dari pemaparan tuan Syech Ardawili, saat ditanyakan sejauh mana penanaman Ahlul Sunnah Wal jamaah dalam pendidikan di pesantren Musthafawiyah 69 Kesimpulan yang diambil penuls dari pemaparan tuan Syech Arawili, saat ditanyakan pandangan masyarakat dengan pendidikan di pondok pesantren. Universitas Sumatera Utara 3.6.3 Padangan Musthafawiyah terhadap kepemimpinan dalam Islam, keberadaan Partai Islam dan hubungannya dalam menentukan pilihan politik dalam Pemilu Dalam konteks ini, Musthafawiyah sangat memahami keberadaan dasar Negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, atau bukan Negara Islam sepenuhnya. Artinya konsep keislaman sepenuhnya tidak dapat diterapkan di Negara ini, walaupun dalam sejarahnya banyak yang mencoba mendirikan Negara Islam, tapi faktanya tetap gagal, karena masyarakat pun pada dasarnya belum bisa menerima sepenuhnya konsep Islam sebagai dasar Negara. Kemudian diketahui bahwa Pancasila, banyak berkesesuaian dengan Islam, walaupun dalam praktek pelaksanaan demokrasi, menghendaki semua orang punya hak yang sama, dengan logika demokrasi menggunakan prinsip suara terbanyak sebagai patokan atas hal yang benar. Maka akan memberikan celah, bagi pemimpin yang tidak baik menjadi pemimpin dan sering itu menjadi kenyataan. Kalau disbanding konsep Islam, tentu pemimpin itu harus beraklaq mulia dan memiliki pemahaman terhadap al quran dan hadist, serta memiliki kepekaan yang mendalam kepada masyarakat sekitarnya. Maka Musthafawiyah banyak berharap, hendaknya umat Islamlah yang memiliki pendidikan yang matang, serta memahami mana yang baik dan buruk bagi dirinya dan orang lain lah, yang menjadi seorang pemimpin. Karena dengan hal inilah salah satu cara yang efektif, untuk menciptakan kesejahteraan , dan keadilan bagi setiap kelompok masyarakat. Selanjutnya dalam praktek politiknya pondok pesantren Musthafawiyah, tidak pernah berafiliasi dengan kekuatan politik manapun pada saat Pemilu, sekalipun partai itu dikatakan berbasis Ahlul Sunnah Wal Jamaah. Karna ada distorsi yang terjadi, antara teori yang diusung dan realita yang terjadi. Dimana dapat dilihat, tindakan dari para elit partainya tidak mencerminkan sosok sebagai seorang muslim sejati, tetapi lebih condong mementingkan kepentingan pribadi, dan kelompoknya. Disisi lain masyarakat pun, sudah sangat cerdas dengan tidak hanya melihat simbolis Islamnya yang melekat dalam diri seseorang, tetapi lebih melihat bagaimana latar belakang seseorang yang akan menjadi pejabat politik tersebut. Universitas Sumatera Utara Secara umum Musthafawiyah selalu menjungjung tinggi netralitas dalam setiap hruk pikuk politik yang terjadi, mengingat posisi Musthafawiyah sebagai lembaga pendidikan, yang tidak memiliki kepentingan politik . Selain itu keluarga besar Musthafawiyah berasal dari latar belakang yang berbeda, sehingga tidak mungkin menyamaratakan pilihan politik. Dari pimpinan pondok pesantren sendiri pun, tidak pernah mengarahkan untuk memilih seseorang, dan pilihan politik pun diserahkan kepada guru ataupun santri, untuk memilih mana yang dianggapnya baik, tampa ada intervensi dari pihak manapun. Walaupun pada kenyataan pada setiap moment politik Musthafawiyah selalu diuji oleh orang-orang yang berkepentingan, tetapi tetap sikap pimpinan Musthafawiyah, selalu konsisten menolak segala bentuk sumbangan yang di berikan oleh seseorang, dengan maksud untuk mendapatkan dukungan politik dari Musthafawiyah. Apabila seseorang dilihat memiliki maksud tertentu, pimpinan Musthafawiyah selalu mengatakan sumbangan itu lebih baik diberikan, setelah beliau itu telah duduk sebagai pejabat politik. 70

3.6.4 Keberadaan Santri Mustafawiyah dalam DPT.