Kebiasan dalam pondok pesantren Musthafawiyah

yang notabene bukan masyarakat Mandailing Natal, ataupun Kecamatan Lembah Sorik Marapi tetapi masuk ke dalam Daftar Pemilih Tetap. Selain itu dalam hipotesa awal penulis menunjukkan bahwa, secara eksplisit pesantren ini memiliki kedekatan secara khusus dengan partai Islam, yang dianggap sejalan ataupun memiliki benang merah yang sama, dengan konsep pendidikan Islam tradisional yang menjadi kurikulum pendidikan di pesantren ini, yakni dengan pendekatan Ahlul Sunnah Wal Jannah sebagai sumber referensinya. Sehingga menjadi menarik untuk mengulasnya, tentunya dalam konteks bagaimana Golkar sebagai suatu partai politik, dengan kepentingan besarnya dalam Pemilu, melakukan strategi politiknya, guna mendulang suara yang signifikan dari pondok pesantren ini, dengan basis pemilih ribuan orang dari santrinya yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap. Maka dalam tulisan ini sealnjutnya, akan diparparkan oleh tentang kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam pondok pesantren ini, sampai kepada sikap politik Musthafawiyah dalam memandang Pemilu 2009. Data-data dalam penulisan ini merupakan hasil dari observasi penulis, wawancara dengan beberapa narasumber yakni wawancara dengan Tuan Syech H.Ardawili Lubis, Guru Tasawuf pada pondok pesantren Musthafawiyah, sebagai sumber utama. Ditambah dengan pandangan Tuan Syech H. Royhan Rangkuti, pimpinan pondok pesantren Royhanul Jannah Pasar Maga, dan wawancara dengan pimpinan Kecamatan Partai Golkar Bapak Ramali, sebagai data pembanding, serta data-data lainnya.

3.6.1 Kebiasan dalam pondok pesantren Musthafawiyah

Dalam bab sebelumnya, telah digambarkan oleh penulis tentang proses berdirinya Pesantren Musthafawiyah, sebagai institusi formal dalam pendidikan Islam yang berimplikasi sangat luas, terhadap perkembangan Islam di tanah Mandailing. Dalam perjalanan selanjutnya, pondok pesantren Musthafawiyah mengambil peran yang cukup signifikan, terhadap pembentukan karakter masyarakat yang Islami. Sebagai institusi pendidikan Islam yang ada di tengah-tengah masyarakat selalu mengajak dan memberikan pandangan kepada masyarakat, tentang pentingnya memegang teguh prinsip-prinsip ke Islaman berdasarkan pedoman Alquran dan Hadist. Universitas Sumatera Utara Kemudian ada hal yang paling mendasar yang dipegang teguh, oleh setiap santri yang belajar di dalam pondok pesantren Musthafawiyah. Dimana setiap interaksi di dalam pondok pesantren Musthafawiyah selalu di dasari oleh rasa kasih sayang antara guru dan santri. Dimana setiap santri dididik sedemikian rupa agar tetap berakhlak mulia, dan hormat terhadap guru sesuai dengan ajaran agama. Karena diyakini bahwa akhlak mulia, jauh lebih tinggi tingkatnya daripada ilmu sekalipun. Maka apabila seseorang tidak beraklak mulia kepada guru, ataupun kepada sesamanya, dengan sendirinya tidak akan diperoleh manfaat dan keberkahan atas ilmu yang dimilikinya, sebesar apa pun ilmu yang dimiliki. Sehingga hakikat dari ilmu pengetahuan untuk membimbing seseorang menuju keselamatan dunia dan akhirat tidak akan diperoleh. Walaupun dikatakan keberadaan seorang Guru begitu dihormati, ataupun disayangi oleh santrinya. Tetapi tidak sampai dikultuskan atau diagungkan, karna bukan merupakan hal yang diajarkan Rasullulloh Muhammad SAW. Karna apabila seorang guru salah, tidak wajib hukumnya untuk diikuti, tetapi kalau masih dalam kebenaran, maka sudah menjadi satu kewajiban untuk menghormatinya. Penghormatan kepada seorang guru bisa dilakukan pada saat sholat, dimana guru di doakan, untuk selalu diberikan kesehatan dan kelapangan serta selalu ditambahkan ilmu pengetahuannya, kemudian apabila ada keperluan dengan muridnya, atau diketahui sedang sakit maka muridnya pun bergegas menjumpainya. 67 Dalam metode pembelajaran sendiri di dalam pondok pesantren Musthafawiyah, guru mendidik setiap santrinya merujuk kepada pemahaman Al qur’an dan Hadist. Sebelum santri dianggap matang, maka gurulah yang menjadi pedomannya bagi seorang santri. Hal ini diberlakukan kepada santri kelas 1-5, setelah ada di kelas 6-7 ia sudah diperbolehkan untuk memperdalam sendiri kajiannya, dengan dasar pemahaman yang tetap merujuk kepada apa yang dikatakan gurunya. Kemudian seluruh dasar dan pengembangan dari pendidikan, serta pembelajaran agama Islam, dalam pondok pesantren Musthafawiyah selalu bersumber pada konsepsi Ahlul Sunnah Wal Jamaah. Yang merujuk kepada 4 ajaran ulama yakni Syafii, Hambali, Hanapi dan Maliki, atau yang biasa disebut dengan Mazhab Ahlul Sunnah Wal Jamaah. Di Musthafawiyah sendiri yang terus dipakai dan lebih ditekankan, adalah ajaran dari Mazhab 67 Kesimpulan dari tuan syech Ardawili saat ditanyakan, apakah ada pengkultusan antara murid dan guru dalam proses belajar di pesantren Mustahfawiyah Universitas Sumatera Utara Syafii. Karena dipahami bahwa aqidah inilah yang paling benar, apabila dibandingkan dengan ajaran yang lain. Maka bagi setiap santri yang akan menyelesaikan pendidikannya di pesantren Musthafawiyah selalu diberi pesan, agar tetap teguh dan selalu konsisten dalam memang ajaran Ahlul Sunnah Wal Jamaah. 68

3.6.2 Pondok pesantren sebagai pilihan pendidikan