Advokasi APF dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintah Aceh RUUPA

 Setiap wilayah Kabupaten akan dipilih sebuah lembaga untuk koordinator territorial yang mengkoordinasi program wilayah tersebut.  Lembagai ini akan melakukan pendekatan territorial dengan focus utama pengembangan dan perencaan komunitas.  Dalam pelayanan dan advokasi menyangkut isu tertentu lembaga ini dapat berkoordinasi dan meminta bantuan pada lembaga yang menangani isusector tertentu.  Dan setiap lembaga yang focus pada isusector tertentu harus berkoordinasi pada koordinator territory setempat dalam mengimplementasikan programnya.

3.2.3 Advokasi APF dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintah Aceh RUUPA

Pada dasarnya Undang-Undang Pemerintah Aceh yang pada saat itu 2005 masih dalam perdebatan merupakan instrumen hukum dalam rangka membangun Aceh baru yang mengatur tata hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah Aceh, partisipasi politik termasuk pempentukan partai politik lokal, ekonomi, HAM, reintegrasi GAM, dan tahanan politik. Perlu diketahui bahwa ide dasar pembentukan UU PA adalah Aceh dan diatur dalam tata pemerintahan sendiri self Goverment, dimana Aceh akan membentuk pemerintahan sendiri dan memilki wewenang penuh mengatur pemerintahannya tanpa campur tangn pemerintah pusat yang berbeda dengan provinsi lainnya. Dengan terwujudnya tata pemerintahan yang baik di Aceh mempunyai pengaruh pada kesejahteraan masyarakat Aceh yaitu, kewenangan menguasai 70 hasil Universitas Sumatera Utara sumber daya alam oleh masyarakat Aceh poin MoU 1.3.4, inilah keuntungan dari UUPA terhadap masyarakat Aceh. 46 Saat itu Draf Rancangan Undang-undang pemerintah Aceh hangat dibicarakan dikalangan Eksekutif, Legislatif pusat dan daerah Provinsi NAD, tokoh masyarakat, aktivis LSM dan berbagai kalangan lainnya. Maka peranan APF sebagai organisasi masyarakat sipil atau juga disebut sebagai NGO melakukan Advokasi terhadap RUUPA yang diajukan DPRD NAD karena tujuannya supaya menguatakan draf tersebut yang cukup akomodatif menampung gagasan dan ide masyarakat sipil. Mengawali dari proses pembentukan draf RUUPA tersebut tujuannya untuk mengakomodir kepentingan masyarakat Aceh sebagai stake holder dari UU itu sesuai dengan isi MOU sehingga produk hukum yang dihasilkan berkualitas yaitu hukum yang demokratis responsif dan berkeadilan. 47 Keterlibatan APF mendampingi masyarakat sipil dalam pembentukan draf UUPA pada tahun 2006 sehingga mampu melahirkan suatu aspirasi masyarakat yang partisipatif merupakan suatu peranan yang sangat membangun untuk menciptakan ruang keterlibatan masyarakat dalam tata pemerintahan dimana masyarakat sipil menghimpun masukan dari masyarakat dengan tujuan untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat dalam UUPA, yang menitik beratkan pada Pemilihan Kepala Daerah Pilkada dan pembentukan partai politik lokal saat itu.

3.3 Aceh People Forum Dalam Konteks Aceh Baru