dapat, membangun kepercayaan diri dan kemampuan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses penyusunan kebijakan.
3.2.2 Membangun Lembaga Mitra di Daerah
Aceh People Forum sebagai organisasi non pemerintah yang berperan dalam mewujudkan demokratisasi mempunyai peranan dalam membangun
organisasi masyarakat sipil yang merupakan mitra kerjanya di APF dalam menjalankan kegiatan-kegiatan di daerah-daerah dan peranannya ini lebih
memusatkan kepada membangun lembaga mitra di daerah. Untuk mewujudkan lembaga mitra yang terpercaya dan mandiri
diperlukan suatu sinergisasi dan sistem koordinasi yang baik, agar tidak terjadi tupang tindih dalam menjalankan kegiatan dan timbul masalah internal dalam
tubuh APF sebagai lembaga trust Fond. Sebagai sebuah organisasi baru yang mempunyai fungsi membangun koordinasi dan sinergisasi organisasi lokal yang
bekerja di level gras root APF yang merupakan Trust Fund melakukan support secara financial dalam pengembangan kapasitas serta melakukan pendampingan
kepada lembaga mitra. Hampir tidak ada organisasi lain yang mempunyai pendekatan seperti organisasi yang sedang dibangun oleh APF sehingga trial and
error kerap sekali terjadi.
41
Hal demikian juga diungkapkan oleh Tarmizi selaku direktur organisasi, beliau mengungkapkan bahwa :
“tidaklah mudah membangun organisasi masyarakat sipil ditengah keheroikan yang dihadapi masyarakat pasca konflik dan tsunami namun
ini merupakan pe er bagi kami APF untuk menyelesaikannya, banyak kendala yang dihadapi sering terjadi misalnya ini kan lembaga baru
karena kurangnya referensi untuk perencanaan yang sudah dibangun
41
Wawancara Hermanto Hasan, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
maka terkadang tidak konsisten dan sering berubah-berubah apa yang sudah menjadi perencanaan, dan kurangnya tenaga kerja yang
professional dalam hal ini, nah kalo sudah seperti ini direkturlah dan board yang harus bekerja keras”.
42
Maka dalam hal ini adapun langkah-langkah yang ditempuh APF dalam membangun lembaga mitra didaerah sebagai peranannya APF melakukan
beberapa cara yaitu :
43
1.
Memfasilitasi penguatan kapasitas mitra dengan mengikutsertakan dalam berbagai training di banda Aceh baik diadakan lembaga IGNO dan Lembaga UN.
2.
Memberikan program dalam bentuk penguatan lembaga selama tiga bulan yaitu pada tahun 2007 lalu.
3.
Memberikan strategi planning APF dan Mitra.
4.
Memberikan training ruang gerak, Momentum dan teritori.
5.
pemberian seed fund untuk persiapan dan operasional organisasi mitra.
Dari hasil pengamatan peneliti dilapangan, yang berkaitan dengan peranan APF maka Karena APF memilih untuk memberi dukungan pada lembaga kecil,
yang tidak populer yang belum mendapat support namun melakukan kerja-kerja yang sangat signifikan di dalam membantu masyarakat dan membangun
komunitas di grassroot, maka sudah pasti kapasitas managemen lembaga mitra APF sangat lemah. Hal yang sama juga terjadi pada lembaga anggota Board yang
terlibat dalam membentuk APF. Kelemahan tersebut akhirnya harus mempriotaskan pengunaan sumber daya untuk meningkatkan dan membenahi
kapasitas organisasi mitra dan calon mitra sebagai pra syarat unyuk memberikan dukungan.
42
Wawancara Tarmizi, Loc.Cit
43
Jenis kegiatan APF pada Tahun 2007 yang termasuk dalam program kerja
Universitas Sumatera Utara
Adapun enam lembaga mitra yang tersebar di tujuh kabupaten yang dibangun oleh APF serta menjadi partner kerja dalam menyelesaikan permaslahan
yang timbul dalam masyarkat Aceh adalah sebagai berikut : 1.
Community For Aceh Resources And Development yang berada di Banda Aceh dengan fokus kerja dalam menajalankan program
bersama Aceh People Forum adalah merupakan wadah bagi masyarakat Aceh untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi
kebijakan-kebijakan pemerintah terlebih untuk pembentukan tata kelola pemerintah yang baik.
2. South West Emergency Board yang berada di Lamno Aceh Jaya
tujuan didirikannya SWEB ini adalah dalam rangka mewujudkan kemandirian rakyat demi terwujudnya masyarakat yang adil dan
demokratis dikhususkan kepada masyarakat yang korban konflik dan bencana serta terpenuhinya hak asasi manusia. Dengan fokus
kerja bersama APF adalah memfasilitasi masyarakat korban untuk dapat terlibat aktif dalam proses penganbilan keputusan yang
berhubungan dengan rehabilitasi masyarakat korban, dan bersama dengan masyarakatmembangun kembali sendi perekonomian,
pendidikan dan kodisi kesehatan yang hancur akibat gempa dan tsunami, serta memperkuat organisasi dan kelompok masyarakat
korban guna mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam masyarakat.
3. Perempuan Merdeka di Banda Aceh, dengan tujuan didirikannya
adalah menciptakan perempuan yang kritis dan partisipatif dalam
Universitas Sumatera Utara
memperjuangkan hak-haknya dan hak masyarakat pada umumnya. Dengan fokus kerja bersama APF adalah Pembentukan kelompok-
kelompok perempuan yang berbasis masyarakat sipil dengan cara melakukan pendampingan terhadap masyarakat korban konflik dan
masyarakat korban gempa dan gelombang tsunami di Aceh. Serta melakukan penguatan terhadap kelompok perempuan yang telah
terbentuk dengan memberikan pendidikan, pemahaman hak-hak sipil politik dan hak-hak perempuan, meningkatkan sumber daya
dan pemberdayaan ekonomi sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi.
4. Childrens Media Centre di Banda Aceh adalah sebuah organisasi
dimana memberikan pelayanan dan dampingan serta perubahan terhadap anak-anak yang sebelumnya cendrung kearah kekerasan
karena seumur hidup mereka berada diwilayah konflik bersenjata menjadai kearah non violence action dalam kehidupan sehari-hari
baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Juga memberdayakan anak-anak aceh sebagai komunitas yang mampu
menjadi agent perubahan dan mempersiapkan generasi aceh yang demokratis.
5. FOSOMA atau Forum Solidaritas Masyarakat yang berada di
Bireuen tujuan didirikannya adalah menciptakan kemandirian masyarakat untuk berorganisasi dan berpartisipasi dalam daerah
lingkungannya. Dengan memilki fokus kerja yaitu mewujudkan hak asasi manusia,kesetaraan jender, anti kekerasan, demokratis,
Universitas Sumatera Utara
sejahtera, dan berkeadilan sosial, bagi masyarakat Aceh melalui kerja sama antar komunitas ditingkat nasional, regional, dan
internasional. 6.
Mahasiswa Rakyat berada di Banda Aceh dengan tujuan dibentuknya adalah terwujudnya sistem pendidikan yang adil dan
demokrasi untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan demokratik, serta membangun kesadaran dan partisipasi
mahasiswa. Dengan memilki fokus kerja yaitu membangun kelompok mahasiswa, membangun kerja sama dengan BEM dan
organisasi kampus lainnya dalam mewujudkan kampus-kampus yang demokratis, membangun jaringan dengan organisasi luar
kampus dalam mewujudkan proses penyelesaian konflik Aceh secara damai.
Peranan lain dalam membangun mitra dan komunitas bawah adalah dengan cara melakukan berbagai kegiatan – kegiatan dalam bentuk pendidikan
dasar politik yang ditujukan kepada mitra dan community worker masyarakat dengan harapan keterlibatan dan partisipasi masyarakat semakin meningkat dalam
pengambilan kebijakan dan penyusunan program – program perencanaan gampong yang lebih konprehensif sesuai dengan muatan lokal dan aspirasi
masyarakat serta mampu menciptaka masyarakat yang mandiri dan demokratis. APF Sebagai sebuah organisasi yang baru berdiri untuk menjawab
kebutuhan realitas pasca tsunami dan konflik di Aceh, maka perlu dirumuskan konsep, sistem dan mekanisme organisasi yang sesuai dalam menjalankan
Universitas Sumatera Utara
peranan-perananya. Adapun peranan yang lain dalam meningkatkan capacity building internal mereka membentuk suatu strategi panning yang dibahas dalam
strategi planning antara lain : Analasis SWOT sebagai motode mengukur kelemahan dan kekuatan internal organisasi.
44
Dalam proses ini strategi planning dapat mengidentifikasikan beberapa kekuatan antara lain: Pertama, APF
mempunyai jumlah lembaga mitra APF tersebar di tujuh kabupaten dengan kwalitas yang berpengalaman dalam melakukan pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat sipil di tingkat grass root sejak era reformasi Indonesia tahun 1998, kedua; mempunyai kedekatan dengan masyarakat yang
akan menjadi modal kerja-kerja pengembangan program dalam masyarakat. Disisi lain, Pengalaman dalam mengelola keuangan dan management organisasi NGO
sangat kurang, sehingga ini dianggap sebagai kelemahan ketika menjalankan project yang berhubungan dengan uang.
peranan APF lebih kepada pelayanan terhadap masyarakat seperti adanya peranan advokasi kepada masyarakat Aceh yang korban konflik dan bencana.
Analisis Ekternal organisasi bertolak dari kondisi pasca tsunami dan konflik yang diformulasikan dalam analisis peluang dan ancaman. Disini forum dapat
mengidentifikasikan beberapa peluang, antara lain terbuka ruang politik yang berdampak pada keterlibatan lembaga dan komunitas internasional untuk bekerja
dan mengetahui permasalahan Aceh secara langsung dari Aceh. Memungkinan perdamaian yang sudah berjalan melalui dialog di Helsinky dapat mempermudah
proses rekontruksi dan rehabilitasi kehancuran yang diakibatkan tsunami. Namun pola pendekatan NGO dan lembaga internasional yang tidak memperhitungkan
44
Wawancara Dedek Harianti, Loc.Cit
Universitas Sumatera Utara
kondisi ketergantungan masyarakat setelah rekontruksi berakhir dapat dilihat sebagai ancaman ancaman, selain menguatnya kelompok Islam “import”
konservatif yang datang dari Aceh dapat mengganggu pemahaman plurulisme islam yang menjadi ciri khas Islam di Aceh.
Secara garis besar ada empat isu strategic yang sifat external yang teridentifikasi pada saat Strategic Planning APF, yaitu
:
1. Hancurnya perekonomian rakyat karena tsunami dan konflik.
2. Bertahannya struktur monopoli.
3. Tidak terkonsolidasinya potensi politik masyarakat.
4. Dan Pendekatan bantuan yang keliru.
Keempat isu strategic ini kemudian melahirkan 15 program strategis yang akan dilaksanakan selama periode tiga tahun ke depan. Dengan pelaksanaan 15
program strategis tersebut, diharapkan mampu menuntaskan permasalahan- permasalahan yang muncul di masyarakat, dan secara tidak langsung mampu
mewujudkan visi dan misi APF. Dasar munculnya isu strategis eksternal berasal dari analisis SWOT yang lahir dari peluang dan ancaman yang diprediksi muncul
dalam tiga tahun ke depan. Selain itu juga berdasarkan temuan-temuan di lapangan yang dilaporkan oleh organisasi mitra yang sedang menjalankan
program penguatan masyarakat. Keempat isu strategis dan program strategis tersebut tertuang dalam
rencana pengembangan di bawah ini :
45
Tiga hal penting yang ingin dicapai dalam Strategi Planing ini adalah: 1
Management
45
Ibid. Kegiatan APF
Universitas Sumatera Utara
Management adalah pola hubungan antar elemen dalam organisai terdiri dari pola hubungan antara APF sebagai lembaga pengelola,
koordinasi dan trust fund dengan mitralembaga anggota sebagai lembaga pelaksana program di komunitas, pola hubungan antara
lembaga pelaksana dengan lembaga palaksana yang lain dalam sebuah wilayah kerja dan setiap isusector yang menjadi target.
Rumusan tersebut di formulasikan dalam penentuan fungsiperan, mandat serta wewenang dan tanggung jawab masing
elemen.Dalam kontek managemen APF mempunyai fungsi dan wewenang sebagai berikut:
a Mengontrol dan mengawasi kerja-kerja Badan Pelaksana
Lembaga pelaksana mengajukan proposal program
Mencari donatur yang sesuai dengan program yang di
ajukan LP
Memperluas jaringan donasi
APF membuat peraturan Programproposal aplikasi proposal
b Melakukan kontrol dan pengawasan terhadap lembaga mitra
Membentuk team monitoringpengawasan apabila itu
diperlukan
Melalui Fild Coordinator kordinator wilayah
Pendampingan management kalau menghambat pengembangan organisasi atau permintaan dari Bapel
c Melakukan kordinasi dan konsultasi dengan lembaga mitra
Universitas Sumatera Utara
Field koordinator akan mengkoordisikan setiap lembaga
yang ada di Wilayah kerja nya.
Field coordinator juga akan mendiskusi berbagi persolan yang ada di setiap lembaga Pelaksana baik yang
menyangkut terhadap Persoalan Internal maupun yang menyangkut dengan kondisi Sosial di daerah tersebut.
d Badan pelaksana berwenang berhubungan dengan danatau
membuat kerja dengan donor lain setelah berkonsultasi dengan APF.
e Memediasi konfik internal
Pemetaan Konflik dan ada kategori konflik yang bisa
diselesaikan oleh APF yaitu , konflik yang berindikasi keProgram Kerja bersama.
Memberikan surat teguran untuk segera meyelesaikan
Konflik Internal.
Menyelesain di lakukan secara kekeluargaan, dengan mengirm tim dari APF untuk mengorganisir pertemuan
Menghentikan support dalam batas waktu sebelum
mengorganisir peserta.
2 Keuangan
Mekanisme keuangan meliputi, Fund rising untuk mendukung aktifitas dan system pelaporan serta transparansi antar elemen yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Sementara dalam kontek keuangan APF berfungsi dan mempunyai wewenang sebagai berikut;
a Menerima laporan dari Lembaga Mitra
Laporan periodik annual Report
Progress report
Financial report
Membuat standardisasi ”saving ”
b Mengupayakan fund rising untuk mendukung program
pelayanan dan advokasi masyarakat yang kerjakan oleh lembaga pelaksana.
c Membuat dan mengirimkan laoparan kepada lembaga donor
3. Mekanisme Koordinasi Mekanisme yang diinginkan dengan sistem koordinasi antar lembaga yaitu :
a Reguler meeting antar lembaga di sebuah wilayah, kapasitas
organisasi, sinergisasi program dalam sebuah wilayah kerja. Misalnya : dua organisasi mitra APF yaitu PUGA yang berbasis di
kecamatan Simpang Kramat, Muara Batu, dan EPC yang berbasis di Kecamatan Samudra, meurah Mulia dan Syamtalira membuat
pertemuan lintas organisasi untuk membuat pertemuan korban pelanggaran HAM dalam Advokasi hak-hak korban dan juga
membangun akses korban dalam RUU PA yang sedang dibahas. Pertemuan tersebut menghasilkan rekomendasi untuk APF untuk
mengundang lembaga mitra APF dan lembaga yang relefan bukan
Universitas Sumatera Utara
mitra APF – Kontras, koalisi NGO HAM, PP HAM dan LBH B. Aceh untuk mendiskusikan strategi yang lebih luas berkaitan
dengan advokasi hak korban pelanggaran HAM di Aceh. Pertemuan tersebut terus dilakukan setiap bulan untuk mensinergisasikan
program yang sedang dijalankan oleh masing-masing lembaga. b
Pertemuan untuk menanggapi isu tertentu, yang harus dikerjakan secara bersama. Pertemuan ini bisa antar organisasi dalam sebuah
wilayah kerja dan juga bisa dilakukan dalam lintas wilayah. Misalnya : dalam mendampingi masyarakat IDPs konflik yang
berasal dari Aceh Tengah, APF membuat pertemuan koordinasi yang melibatkan lembaga yang relevan dalam penaganan pengungsi.
Pertemuan yang membahas strategi penanganan IDPs tersebut melibatkan ASHO sebagai lembaga yang concent di bidang
kesehatan, PCC yang telah menangani IDPs tersebut dalam waktu yang lama, CHSE yang mendampingi, FOSOMA dan SKS yang
sangat dekat dengan Bireuen sebagai tempat transit IDPs sebelum melanjutkan perjalanan ke Bener Meriah dan Aceh Tengah. Dalam
pertemuan tersebut menghasilkan pembagian tugas dan peran masing-masing lembaga berkaitan dengan pendampingan advokasi
IDPs asal Aceh Tengah tersebut. c
Perencanaan program bersama disebuah wilayah kerja yang difasilitasi oleh APF, pertemuan ini dilakukan apabila dipandang
telah terjadi perselisihan antar lembaga atau individu yang dapat mengganggu perkembangan organisasi dan pelaksanaan program.
Universitas Sumatera Utara
APF telah melaksanakan pertemuan seperti untuk wilayah kabupaten Bireuen. Berdasarkan hasil assesment APF yang
dilsakukan dibireuen telah terjadi perbedaan orientasi antar organisasi mitra, calon mitra APF diwilayah ini. Perbedaan itu
berakibat pada konflik antar organisasi yang mengganggu perkembangan organisasi. Selain konflik antar lembaga, di Bireuen
juga terjadi konflik internal didalam lembaga yang merugikan image organisasi mitra APF yang ada di Bireuen, anatara lain pertemuan
ini ditujukan juga untuk merancang kerja bersama dalam kabupaten Bireuen.
d Sinergisasi Program untuk memastikan tidak terjadi tumpang tindih
program dan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki. e
Menentukan objektif program sebagai upaya membangu arah bersama dalam melaksanakan program di masing-masing wilayah
dan isusector.Dalam kontek ini dirumuskan sebuah system yang disepakati bersama, sebagai berikut:
1
Membangun koordinasi sebagai tujuan sinergisasi program.
2
Setiap lembaga berhak mengetahuai laporan perkembangan program lembaga lain.
3
Pemerataan sumber daya antar lembaga. Apabila terjadi kelebihan sumber daya atau kurang sumber daya di suatu wilayah yang
menjadi target program maka dapat diperbantukan atau dimutasi sumber daya dari daerah lain.
Universitas Sumatera Utara
Setiap wilayah Kabupaten akan dipilih sebuah lembaga untuk
koordinator territorial yang mengkoordinasi program wilayah tersebut.
Lembagai ini akan melakukan pendekatan territorial dengan
focus utama pengembangan dan perencaan komunitas.
Dalam pelayanan dan advokasi menyangkut isu tertentu lembaga ini dapat berkoordinasi dan meminta bantuan pada lembaga yang
menangani isusector tertentu.
Dan setiap lembaga yang focus pada isusector tertentu harus berkoordinasi pada koordinator territory setempat dalam
mengimplementasikan programnya.
3.2.3 Advokasi APF dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintah Aceh RUUPA