tingkat kriminalitas yang dilihat secara kualitas seperti tembak menembak yang sering terjadi pada masa konflik bersenjata dan dari segi kuantitas seperti tidak
adanya tingkat pemerasan yang sering terjadi di masa konflik dan inilah dibidang keamanan yang diharapakan dan di cita-citakan agar mapu diwujudkan dalam
agenda Aceh baru kedepan.
3.3.4 Dukungan Terhadap Perempuan
Aceh sebagai daerah istimewa, dalam sejarah perjuangannya telah mencatat kelahiran perempuan tidak hanya mahkluk pelengakap yang memilki
hak-hak kemanusiaan lebih sedikit dari laki-laki. Lebih jauh keterlibatan perempuan Aceh yang hadir melalui sosok pahlawan Negeri panglima perang,
bahkan pemimpin kerajaan menggambarkan betapa nilai yang begitu baik, dari masyarakat tempo dulu.
Maka dalam hal penglibatan perempuan dalam proses perdamaian di Aceh angat baik dalam hal menjembatani perdamaian, partisipasi perempuan mutlak
diperlukan, karena baik dari segi jumlah penduduk maupun korban kanflik selama ini telah banyak perempuan yang mengalaminya. Disamping itu perempuan juga
dapat menjadi pembawa pesan utama perdamaian melalui keluarga dan lingkungannya.
Dalam upaya untuk lebih bisa berperan dalam menjaga perdamaian, adalah penting bagi perempuan untuk memahami seutuhnya konsep-konsep semacam
peacebuilding membangun perdamaian dan peacekeeping menjaga
perdamaian. Pemahaman mana yang akan membuat perempuan bisa dengan pas menempatkan dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Melihat pengalaman masa lalu secara umum kontribusi, kreatifitas dan efektifitas perempuan Aceh dalam meningkatkan perdamaian masih sangat
rendah. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi perempuan dalam proses perdamaian formal dan proses negosiasi. Selama ini kapasitas perempuan sering dilihat secara
miring dan kurang dimanfaatkan, padahal melalui pengalaman budaya, perempuan telah mengembangkan keahliannya dalam manajemen resolusi konflik
baik dirumah maupun di tengah masyarakat. Maka dengan demikian peranan APF dan mitra serta NGO lokal lainnya
adalah bagaimana memberikan penyuluhan serta training terhadap perempuan agar turut berpartisipasi dalam mewujudkan Aceh baru yang merupakan cita-cita
bersama untuk menciptakan Aceh yang demokrasi dan tidak terlepas dari peranan perempuan di dalamnnya dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Dukungan terhadap perempuan yang ingin diwujudkan oleh APF dan sejumlah NGO lokal serta bekerja sama dengan NGO internasional yaitu
UNIFEM atau United Nations Development Fund for Women untuk menuju Aceh baru yaitu dengan :
1. Mengambil langkah-langkah khusus proaktif untuk perempuan dan
memastikan partisipasi mereka secara penuh dan adil di semua tataran kebijakan dan pembuatan keputusan.
2. Mengusulkan perempuan sebagai calon-calon yang bisa mendukui
pemerintahan melalui pemilihan, termasuk pemilihan ditingkat daerah, wilayah dan nasional.
3. Memberikan dukungan finansial dan sumber daya untuk para perempuan
termasuk pelatihan kepemimpinan, membangun kecakapan perempuan
Universitas Sumatera Utara
melalui pelatihan keahlian praktis dan politik untuk mewujudkan pemberdayaan ekonomi
4. Menetapkan ketentuan yang jelas dalam peraturan atau pedoman,
mengatur pendanaan pemilihan agar perempuan bisa mendapatkan sumber daya secara adil dan penuh.
Hal ini juga ditambahkan oleh Dedek harianti selaku sekjen dalam organisasi perempuan merdeka yang sekarang merangkap pekerjaan sebagai
assistant program manajer di APF ia mengemukaakan bahwa : ”saat konflik kondisi perempuan aceh sangat memprihatinkan dimana
selalu terjadi diskriminasi yang dilakukan oleh kebijakan-kebijakan negara sehingga menjadikan posisi perempuan menjadi yang kedua dari
laki-laki. Maka dengan aceh baru ini diupayaklan untuk memperjuangkan kebebasan perempuan sepenuhnya dan dilakukan anti diskriminasi
terhadap kaum perempuan”.
50
Dengan demikian dukungan tersebut mampu memberikan kebebasan pada perempuan untuk berpartisipasi dalam pemilihan berikutnya dan meningkatkan
kemampuan mereka untuk berorganisasi demi mendukung isu-isu perempuan yang berkembang di tengah masyarakat.
3.3.5 Penegakan Hak Asasi Manusia