Definisi Pencemaran danatau Perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-

D. Definisi dan Faktor Penyebab Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

1. Definisi Pencemaran danatau Perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pulau Kecil Pengintegrasian kegiatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil wajib mengintegrasikan kegiatan antara pemerintah dan pemerintah daerah; antar pemerintah daerah; antar sektor; antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; antara ekosistem darat dan ekosistem laut; dan antara ilmu pengetahuan dan prinsip- prinsip manajemen. 165 Perlindungan wilayah pesisir dan pulau kecil dari berbagai bentuk pencemaran dan perusakan lingkungan yang terjadi disepanjang wilayah pesisir dan pulau kecil merupakan ancaman yang dapat dipercepat dan diperlambat kemungkinan terjadinya. Hal ini mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang 23 dua per tiga wilayahnya adalah perairan laut yang terdiri dari laut pesisir, laut lepas, teluk, dan selat memiliki panjang pantai 95.181 km, dengan luas perairan 5,8 juta km2. 166 Sebelum mendiskusikan subjek pembahasan secara mendalam, perlu dijelaskan mengenai pengertian pencemaran pesisir dan laut. Istilah pencemaran sudah serring terdengar di forum-forum publik atau media massa, akan tetapi 165 Pasal 6 UUPWPPK. 166 Marhaeni Ria Siombo, Hukum Perikanan Nasional dan Internasional, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2010, hal. 1. Universitas Sumatera Utara masyarakat umum, bahkan orang terpelajar bias memiliki definisi atau pengertian yang berbeda tentang pencemaran umumnya, maupun pencemaran pesisir dan laut khususnya. 167 Berikut adalah beberapa definsi dari pencemaran dan perusakan dari pesisir dan pulau-pulau kecil : UU PWPPPK Pasal 1 ayat 28 : “masuknya atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan pesisir akibat adanya kegiatan orang sehingga kualitas pesisir turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan pesisir tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.” Pendefinisian pencemaran dan perusakan berdasarkan undang-undang ini sangat penting karena undang-undang inilah yang akan dijadikan frame work dalam memberikan perlindungan terhadap wilayah pesisir dan pulau kecil termasuk perairan diantaranya. Namun dari definisi pencemaran disini hanya mengatur mengenai pencemaran yang terjadi di wilayah pesisir saja seperti contoh berikut : “……sehingga kualitas pesisir turun…….yang menyebabkan lingkungan pesisir tidak dapat berfungsi 168 …..” dari bunyi pasal ini tidak mencakup pencemaran di perairan pesisir. Padahal perairan pesisir termasuk kedalam ruang lingkup pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Selain itu, tidak ada juga penjelasan terhadap apakah yang dimaksud dengan “lingkungan pesisir itu” sendiri. 167 Mukhtasor, Op.Cit., hal. 7. 168 Pasal 1 ayat 28 UUPWPPPK. Universitas Sumatera Utara Pencemaran mengenai laut tersebut hanya dapat ditemui di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut, Pasal 1 angka 2 : “Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain ke da1am lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu danatau fungsinya”. Lain halnya dengan perusakan dalam UU PWPPPK, meski di dalam pasal- pasal ada menyebutkan kata-kata “perusakan” dan “pencegahan perusakan” namun definisi dari perusakan baik pesisir, perairan maupun definisi perusakan pulau kecil tidak disebutkan didalam undang-undang ini. Padahal perusakan merupakan hal yang dapat terjadi di wilayah pesisir, perairan dan pulau-pulau kecil; sehingga sangat penting mengenai pengaturan perusakan di dalam Undang-undang ini. Meskipun dalam UU-PWPPPK tidak mengatur mengenai perusakan, namun dalam beberapa pasalnya berulangkali menyebutkan kata-kata perusakan seperti yang terdapat dalam Bab XI mengenai Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat; Pasal 60 angka 1 huruf h : “melaporkan kepada penegak hukum atas pencemaran danatau perusakan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang merugikan kehidupannya.” Pasal 60 angka 2 huruf c : “menyampaikan laporan terjadinya bahaya, pencemaran, danatau perusakan lingkungan di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.” Universitas Sumatera Utara Serta beberapa pasal lainnya seperti dalam Pasal 35, Pasal 59, Pasal 67, Pasal 73, dimana dalam pasal-pasal ini berulangkali menyebutkan mengenai kata-kata perusakan ataupun kerusakan. Namun kekurangan pasal yang memberikan definisi mengenai kerusakan itu sendiri dapat tertutupi dengan adanya Pasal 78 yang berbunyi : “Semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang telah ada, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan ini, tetap berlaku sampai dengan dikeluarkannya peraturan pelaksana yang baru berdasarkan undang-undang ini.” Sehingga dengan adanya pasal ini, maka definisi kerusakan dapat digunakan difenisi kerusakan dari undang-undang lain yang juga mengatur mengenai masalah lingkungan yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 angka 16 : “Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, danatau hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup” Pasal 1 angka 17 : “Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung danatau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, danatau hayati lingkungan hidup yang melampaui criteria baku kerusakan lingkungan hidup.” Khusus mengenai batasan perusakan dan kerusakan perairan pesisir, dapat diajadikan rujukan criteria kerusakan dan perusakan berdasarkan Peraturan Universitas Sumatera Utara Pemerintah nomor 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut, yaitu : Pasal 1 angka 4 : “Perusakan laut ada1ah tindakan yang menimbu1kan perubahan langsung atau tidak 1angsung terhadap sifat fisik danatau hayatinya yang me1ampaui kriteria baku kerusakan laut;” Pasal 1 angka 5 : “Kerusakan laut ada1ah perubahan fisik danatau hayati laut yang me1ewati kriteria baku kerusakan laut;” Pasal 1 angka 6 : “Kriteria baku kerusakan laut ada1ah ukuran batas perubahan sifat fisik danatau hayati lingkungan laut yang dapat ditenggang;” Sehingga dari beberapa ketentuan perundang-undangan yang ada, khusus mengenai definisi perusakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil itu sendiri belum ada penjelasannya secara tegas dalam undang-undang sehingga orang akan mengintepratasikan sendiri kerusakan dan perusakan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan setiap daerah otonom.

2. Sumber Pencemaran dan Perusakan