Kewenangan Pemerintah Provinsi Kewenangan Pemerintah dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

Pasal 5 : 1 Pembentukan Mitra Bahari Pusat ditetapkan oleh Menteri. 2 Susunan keanggotaan Mitra Bahari Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil selaku Ketua Pelaksana Harian dengan keanggotaan terdiri dari perguruan tinggi, unit kerjainstansi terkait, wakil Lembaga Swadaya Masyarakat, wakil organisasi profesi, tokoh masyarakat danatau wakil dunia usaha. 3 Susunan keanggotaan Mitra Bahari Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disesuaikan dengan fokus kegiatannya. 4 Mitra Bahari Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai tugas: a. menyiapkan dan menyusun rencana induk Mitra Bahari; b. menyiapkan dan menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan Mitra Bahari; c. melakukan kaji lapang dalam rangka menetapkan kegiatan Mitra Bahari; d. menyusun dan menetapkan ketentuanpetunjuk pelaksanaan dan pedoman pelaksanaan kegiatan Mitra bahari; e. melakukan koordinasi dengan unit kerjainstansi terkait dalam pengumpulan data dan informasi mengenai wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil; f. membantu pengembangan jejaring kemitraan; g. melakukan pemantauan dan evaluasi Mitra Bahari Daerah.

2. Kewenangan Pemerintah Provinsi

Penggunaan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. 213 213 Penjelasan I. Umum angka 1. Dasar Pemikiran huruf b UU Pemerintahan Daerah. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan isi pasal 10 Ayat 4 Undang-Undang Pemerintahan Daerah, bahwa dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan maka Pemerintah dalam hal ini pemerintah pusat dapat menyelenggarakan sendiri ataupun dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah danatau pemerintahan desa. Kewenangan Pemerintah daerah Provinsi itu sendiri dapat lagi dibagi menjadi Kewenangan wajib dan kewenangan bersifat pilihan, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal berikut : Pasal 13 Undang-undang Pemerintahan Daerah 1 Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupatenkota; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupatenkota; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupatenkota; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupatenkota ; dan p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang- undangan. Universitas Sumatera Utara 2 Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Pengaturan lebih jelas dan terperinci mengenai kewenangan pemerintah Provinsi terdapat di dalam Pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan menjelaskan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupatenkota; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupatenkota; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupatenkota; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupatenkota; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupatenkota; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupatenkota ; dan p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan Universitas Sumatera Utara Bila ditinjau dari sudut pandang batasan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang diberikan undang-undang terhadap suatu provinsi maka kewenangan pemerintah daerah meliputi : a. Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Adapun kewenangan daerah yang diatur dalam undang-undang ini adalah khusus mengenai kewenangan dibidang pengelolaan sumber daya di wilayah laut sebagaimana yang dimaksud dalam Bab III Pembagian Urusan Pemerintahan, berikut ini menjelaskan : Pasal 18 : 1 Daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut 2 Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber daya alam di bawah dasar danatau di dasar laut sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 3 Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut; b. pengaturan administratif; c. pengaturan tata ruang; d. penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; e. ikut serta dalam pemeliharaan keamanan; dan f. ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara. 4 Kewenangan untuk mengelola sumber daya di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat 3 paling jauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 13 sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupatenkota. 5 Apabila wilayah laut antara 2 dua provinsi kurang dari 24 dua puluh empat mil, kewenangan untuk mengelola sumber daya. Di wilayah laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis tengah dari wilayah antar 2 dua provinsi tersebut, dan untuk kabupatenkota memperoleh 13 sepertiga dari wilayah kewenangan provinsi dimaksud. Universitas Sumatera Utara 6 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dan ayat 5 tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh neIayan kecil. 7 Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 3, ayat 4, dan ayat 5 diatur lebih lanjut dalam peraturan perundangperundangan. Pemberian kewenangan pengelolaan wilayah pesisir ini, hanyalah sebatas pengelolaan sumber daya alam tertentu saja atau hampir sama halnya dengan ”souverignity right” bukan dalam konteks penguasaan penuh sebagaimana dalam ”souverignity” yang dimiliki oleh suatu negara. Karena dalam pasal 18 angka 6 Undang-undang 32 tahun 2004 menyebutkan bahwa segala ketentuan pengelolaan perairan tidak berlaku terhadap penangkapan ikan oleh neIayan kecil. Dimaksud dengan nelayan kecil 214 menurut pasal ini adalah nelayan masyarakat tradisional Indonesia yang menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan secara tradisional, dan terhadapnya tidak dikenakan surat izin usaha dan bebas dari pajak, serta bebas menangkap ikan di seluruh pengelolaan perikanan dalam wilayah Republik Indonesia. Selain itu dalam pengelolaan wilayah perairannya, setiap bagian kewenangan pemerintah tersebut mesti memperhatikan kepentingan nasional dan internasional seperti alur pelayaran nasional dan internasional ALKI, pipa dan kabel bawah laut, dan beberapa kewajiban kepada kita sebagai konsekwensi pengakuan dunia terhadap prinsip negara kepulauan sebagai mana yang telah ditetapkan oleh UNCLOS 1982. 214 Penjelasan Pasal 18 angka 6 UU Pemerintahan Daerah. Universitas Sumatera Utara Meskipun dalam perairan pesisir tersebut, negara kita mempunyai hak penuh berdaulat souveregnity atas semua ruang laut yang ada, berdasarkan ketentuan UNCLOS tersebut menurut Joko Subagyo, tetap mempunyai kewajiban antara lain : 1. Menghormati perjanjian internsional yang sudah ada 2. Menghormatin kegiatan-kegiatan lain yang sah dari negara tentangga yang langsung berdampingan 3. Menghormati hak-hak tradisional penangkapan ikan. 4. Menghormati dan memperhatikan kabel laut yang ada di bagian tertentu perairan pedalaman yang dahulu merupakan laut bebas. Sehingga dengan adanya hak dan kewajiban sebagai sebuah negara kepulauan, mau tidak mau setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah mestilah memperhatikan ketentuan-ketentuan internasional tersebut. b. Kewenangan berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 tentang PWPPPK. Bila dalam undang-undang Pemerintahan Daerah hanya membahas mengenai kewenangan provinsi di wilayah perairan saja, lain halnya dengan undang-undang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Sebagai payung hukum pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil termasuk wilayah perairannya, UUPWPPPK ini mengatur mengenai berbagai hal seperti pemanfaatan, perlindungan termasuk batasan kewenangan provinsi mulai dari kearah daratan pesisir sampai Universitas Sumatera Utara dengan kearah pulau-pulau kecil dan perairan sekitarnya. Antara lain dalam Bab IX mengenai Kewenangan, menjelaskan : Penjelasan Pasal 2 : ”Dalam implementasinya,.........................sedangkan ke arah daratan ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan untuk kewenangan provinsi.” Pasal 54 : 1 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tingkat provinsi dilaksanakan secara terpadu yang dikoordinasikan oleh dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan. 2 Jenis kegiatan yang dikoordinasikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. penilaian setiap usulan rencana kegiatan tiap-tiap dinas otonom atau badan sesuai dengan perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terpadu Provinsi; b. perencanaan tiap-tiap instansi daerah, antarkabupatenkota, dan dunia usaha; c. program akreditasi skala provinsi; d. rekomendasi izin kegiatan sesuai dengan kewenangan instansi vertikal di daerah, dinas otonom, atau badan daerah; e. Pelaksanaan penyediaan data dan informasi bagi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di provinsi. 3 Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur oleh gubernur. Selain kewenangan diatas, pada bab Perencanaan, pemerintah provinsi termasuk KabupatenKota memegang peranan utama dalam setiap proses perencanaan mulai Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K; Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K; Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K. 215 215 Pasal 7 UUPWPPPK. Universitas Sumatera Utara c. Kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar PPKT. Peraturan pemerintah ini tidak mengatur mengenai kewenangan dalam suatu judul bab tertentu tetapi pada pasal tertentu terdapat pengaturan mengenai kewenangan pemerintah daerah dalam hal ini provinsi, yaitu : Pasal 14 1 Dalam rangka pengawasan dan pengendalian pemanfaatan PPKT, Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pemantauan, pengamatan lapangan, danatau evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaannya. 2 Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan PPKT dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang menangani bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan sifat pekerjaan yang dimilikinya. 3 Pejabat pegawai negeri sipil tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang: a. mengadakan patroliperondaan di wilayah PPKT; dan b. menerima laporan yang menyangkut perusakan lingkungan di PPKT. 4 Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan pemanfaatan PPKT. d. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Meskipun pengaturan secara khusus mengenai Kewenangan provinsi dalam mitigasi bencana, namun dalam beberapa pasalnya ada yang membahas mengenai kewenangan antara lain: Pasal 6 1 Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil wajib memuat mitigasi bencana. Universitas Sumatera Utara 2 Mitigasi bencana merupakan bagian dari rencana penanggulangan bencana. Pasal 18 ayat 2 : Pemerintah provinsi menyelenggarakan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam kewenangan dan lintas kabupatenkota. e. Kewenangan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.17MEN2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan menteri ini mengatur secara khusus mengenai pembagian kewenangan provinsi atas kawasan konservasi di dalam Bab IV mengenai Kewenangan Pengelolaan KKP3K dan KKM, yang dijelaskan dalam pasal berikut : Pasal 24 huruf b : Kewenangan pengelolaan KKP3K dilaksanakan oleh: a. pemerintah untuk kawasan konservasi nasional; b. pemerintah daerah provinsi untuk kawasan konservasi provinsi; dan c. pemerintah daerah kabupatenkota untuk kawasan konservasi kabupaten kota. Pasal 25 ayat 2 : Kewenangan pengelolaan oleh pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b, meliputi: a. perairan danatau wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi kewenangan pengelolaan provinsi sesuai peraturan perundangundangan; b. kawasan konservasi perairan danatau wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas kabupatenkota. Pasal 26 Ayat 2 : Kewenangan pengelolaan KKM untuk daerah perlindungan budaya maritime dilaksanakan oleh: a. pemerintah daerah provinsi untuk kawasan konservasi provinsi; dan b. pemerintah daerah kabupatenkota untuk kawasan konservasi kabupatenkota. Pasal 27 Ayat 2 : Universitas Sumatera Utara Kewenangan pengelolaan daerah perlindungan budaya maritim oleh pemerintah daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 2 huruf a, meliputi: a. perairan laut paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi dan 13 dari wilayah kewenangan provinsi untuk kabupatenkota; b. daerah perlindungan budaya maritim yang berada di dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas kabupatenkota. Pasal 28 Kewenangan Pengelolaan KKP3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 danatau KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dilakukan oleh unit pengelola kawasan konservasi. f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.18MEN2008 tentang Akreditasi Terhadap Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Berdasarkan peraturan menteri ini, meskipun tidak membahas mengenai kewenangan dalam judul bab-nya namun terdapat beberapa pasal yang menyinggung mengenai kewenangan provinsi, antara lain : Pasal 1 ayat12 : ”Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang selanjutnya disebut program PWP-3-K adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, orang perseoranganbadan hukum, pemerintah, pemerintah daerah, dalam menunjang keterpaduan dan keberlanjutan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.” Pasal 5 ayat 2 : Pelimpahan penyelenggaraan akreditasi oleh pemerintah kepada pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan ketentuan program PWP-3-K dilakukan pada: a. wilayah di atas 4 empat mil sampai dengan 12 dua belas mil laut; b. wilayah pesisir sampai dengan 4 empat mil laut yang merupakan wilayah lebih dari 1 satu kabupatenkota. Universitas Sumatera Utara g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20MEN2008 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya. Pasal 5 : 1 Orang perseorangan warga negara Indonesia dan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dalam memanfaatkan pulau- pulau kecil dan perairan di sekitarnya wajib mengajukan permohonan kepada gubernur atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya dengan melampirkan: a. rencana jenis usaha; b. luasan penggunaan lahan; dan c. luasan perairan yang akan dimanfaatkan. 2 Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 gubernur atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya memberikan persetujuan atau penolakan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya. 3 Apabila permohonan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya disetujui, maka gubernur atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan persetujuan pemanfaatan yang dituangkan dalam berita acara. 4 Apabila permohonan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya ditolak, maka gubernur atau bupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya menetapkan penolakan disertai dengan alasan yang sah. Pasal 10 : 1 Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemanfaatan pulau- pulau kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan oleh Menteri, gubernur dan bupatiwalikota sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya masingmasing. 2 Pembinaan dan pengawasan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. pemberian arahan, masukan serta pertimbangan dalam pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya; b. bantuan pemeliharaan sarana dan prasarana; c. pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana yang telah disusun; d. peningkatan kesadaran tentang pentingnya pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya yang berkelanjutan; dan e. pelaporan pelaksanaan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan secara berkala dan berjenjang sekurang- kurangnya 1 satu kali dalam 1 satu tahun sesuai dengan kepentingannya. Universitas Sumatera Utara h. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.14MEN2009 tentang Mitra Bahari. Pasal 4 : 1 Mitra Bahari merupakan forum kerjasama antara Pemerintah, pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, tokoh masyarakat, danatau dunia usaha untuk mendukung peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 2 Mitra Bahari sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibentuk di Pusat dan Daerah. 3 Mitra Bahari Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri dari Mitra Bahari Provinsi dan Mitra Bahari KabupatenKota. Pasal 6 : 1 Pembentukan Mitra Bahari Provinsi ditetapkan oleh Gubernur. 2 Susunan keanggotaan Mitra Bahari Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari wakil perguruan tinggi setempat selaku ketua dengan keanggotaan terdiri dari instansi terkait, wakil Lembaga Swadaya Masyarakat, wakil organisasi profesi, tokoh masyarakat danatau wakil dunia usaha. 3 Susunan keanggotaan Mitra Bahari Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disesuaikan dengan fokus kegiatannya. 4 Mitra Bahari Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai tugas: a. menyiapkan dan menyusun rencana induk Mitra Bahari Provinsi; b. menyiapkan dan menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan Mitra Bahari Provinsi; c. melakukan kaji lapang dalam rangka menetapkan kegiatan Mitra Bahari Provinsi; d. melaksanakan ketentuanpetunjuk pelaksanaan, pedoman pelaksanaan kegiatan Mitra Bahari Pusat, dan menyusun petunjuk teknis pelaksanaan Mitra Bahari Provinsi; e. menyampaikan laporan secara berkala perkembangan Mitra Bahari Provinsi kepada Gubernur dengan tembusan kepada Mitra Bahari Pusat; f. melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengumpulan data dan informasi mengenai wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; g. membantu pengembangan jejaring kemitraan Provinsi.

3. Kewenangan KabupatenKota