Asas-Asas Pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

1. Asas-Asas Pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Pada bab ini akan membahas menggambarkan keterkaitan antara prinsip- prinsip umum dan aturan hukum lingkungan internasional 182 yang dituangkan dalam berbagai bentuk perjanjian, mengikat setiap tindakan organisasi internasional, praktek kenegaraan, dan komitmen hukum lunak soft law 183 , yang nantinya akan sesuaikan menurut versi hukum nasional masing-masing negara. Menurut Philippe Sands 184 , terdapat beberapa prinsip asas-asas yang dijadikan batu pijakan dalam perlindungan lingkungan hidup secara umum, antara lain : a. the obligation reflected in principle 21 of the Stockholm Declaration and Principle 2 of the Rio Declaration, namely that states have sovereignty over their natural resources and the responsibility not to cause environmental damage. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap negara mempunyai hak dalam pengelolaan lingkungan mereka termasuk perairan pesisir dan pulau kecil bila suatu negara tersebut berbentuk kepulauan. Hanya saja dalam pengelolaannya tentu saja tidak boleh menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan sekitar. 182 Menurut Article 38 1 International Court of Justice ICJ Statue, sumber hukum lingkungan internasional meliputi : Environmental Treaties, International Customary Law, Principles of International Law, Decisions and Doctrines. 183 Philippe Sands, Principles of International Environmental Law I Frameworks, Standards and Implementation, Manchester : Manchester University Press, 1995, hal. 183. 184 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dalam hal berdaulat setiap negara dapat memanfaatkan sebesar-besarnya setiap wilayah mereka baik berupa daratan, perairan dan udara sepanjang mereka mempunyai kemampuan untuk mengelolanya. b. The principle of preventif action Upaya preventif dalam rangka pengendalian dampak lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara maksimal instrumen pengawasan dan perizinan. 185 Prinsip pencegahan aktif merupakan prinsip yang paling utama yang akan dilakukan melalui berbagai sarana peraturan perundangan. Perundanganlah nantinya yang akan melarang dan membolehkan apakah suatu pencemaran dan perusakan dapat dilakukan dalam rangka pembangunan dan peningkatan perekonomian suatu negara. Prinsip pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara perencanaan. Dan dalam menjalankan perencanaan agar sesuai dengan yang semestinya maka setiap stake holders pengguna lingkungan mesti memenuhi berbagai kriteria dan persyaratan secara adminstrasi sebelum melangkah kepada kegiatan pemanfaatan. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis 185 Penjelasan I. Umum angka 5, Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Universitas Sumatera Utara lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 186 c. The principle of good neighbourliness and international co-operation Prinsip bertetangga yang baik dan koorporatif adalah merupakan prinsip pengelolaan lingkungan dengan maksud bahwa dalam mengelola sumber daya alam di wilayah teritorialnya maka suatu negara tidak boleh menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan teritorial negara lain ataupun kawasan common heritage mankind seperti laut lepas. Sebagai salah satu anggota PBB yang berbentuk kepulauan, tentu saja negara kita memiliki wilayah laut yang dapat dimanfaatkan setiap ruangnya. Disinilah diperlukan kearifan kita sebagai bangsa yang besar bahwa dalam eksploitasi dan ekplorasi wilayah perairan pesisir dan sepanjang pesisir pulau besar dan kecil tidak boleh menimbulkan pencemaran dan perusakan terhadap laut negara tetangga, mengingat pencemaran dan kerusakan yang terjadi di wilayah perairan kita dapat saja dengan mudah mencapai negara tetangga mengingat sifat air itu sendiri yang dinamis. 187 186 Penjelasan I. Umum angka 8 huruf d, UUPPLH. 187 Contoh lainnya yang membuat Negara kita bukan termasuk Negara tetangga yang baik adalah kasus pencemaran asap yang terjadi pada tahun 2004 sampai saat ini, dimana dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya perkebunan sawit telah melakukan pembakaran lahan secara terbuka dimana dampaknya telah membuat pencemaran udara, dan asap akibat pembakaran lahan tersebut sampai ke Malaysia dan Singapura, namun sesuai prinsip co-operation maka pada saat itu adalah wajar bila Singapura dan Malaysia turut membantu pemerintah Indonesia memadamkan titik-titik api dibeberapa wilayah di pulau Sumatra. Universitas Sumatera Utara Selain itu prinsip co-operation dalam lingkup hukum internasional juga mewajibkan setiap negara untuk saling bekerjasama menanggulangi pencemaran yang terjadi pada lintas negara. Sebagaimana yang tertuang dalam Deklarasi Stockholm tahun 1972 yang menyebutkan : “co-operation through multilateral or bilateral arrangements or other appropriate means is essential to effectively control, prevent, reduce and eliminate adverse environmental effects resulting from activities condusted in all spheres, in such a way that due account is taken of the sovereignty and interests of all states.” d. The principle of sustainable development Prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi landasan dalam setip pembangunan dan pemanfaatan lingkungan. Prinsip ini nantinya akan ditemui dalam bentuk asas-asas dan ketentuan pasal-pasal perundangan. Antara lain akan terdapat di dalam Undang-undang Pengelolaan Wilayah pesisir dan Pulau Kecil pada pasal 3 huruf a, Undang-undang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 angka 3 dan Pasal 2 huruf b. e. The precautionary principle Prinsip kehati-hatian adalah merupakan sebuah prinsip yang memberikan bimbingan dalam pengembangan terhadap applikasi hukum lingkungan jika belum ada kepastian ilmiah “scientific uncertainty” terhadap dampak yang ditimbulkan sehingga disini negara dapat mengambil tindakan mencegah ataupun melarang suatu tindakan pengelolaan lingkungan yang dapat kiranya diduga akan menimbulkan dampak pencemaran dan perusakan. Sehingga diharapkan dengan adanya prinsip ini Universitas Sumatera Utara maka akan dapat dicegah terjadinya degradasipenurunan kualitas lingkungan hidup di suatu negara 188 . f. The polluter-pays principle Prinsip pencemar membayar ini untuk wilayah penegakan hukum lingkungan Indonesia pertama kali dikenal dalam hukum perdata lingkungan. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang 27 tahun 2007 jo Undang-undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan Hidup. Pencemar membayar ini merupakan salah satu bentuk penegakan hukum secara perdata lingkungan dimana para pelaku mesti membayar setiap kesalahan mereka yang telah merusak lingkungan melalui pemulihan lingkungan ataupun melalui ganti rugi terhadap masyarakat yang terkena dampak dari pencemaran dan perusakan terhadap lingkungan. g. The principle of common but differentiated responsibility Prinsip persamaan tapi berbeda tanggungjawab adalah merupakan prinsip yang lahir akibat terdapatnya perbedaan kebutuhan antara negara maju dan negara berkembang. Bila negara maju mempunyai telah mempunyai teknologi dan kebutuhan atas pentingnya lingkungan hidup pasca kasus hujan asam pada masa revolusi industri di Eropa, telah menyebabkan perbedaan cara pandang dengan negara baru berkembang yang baru memperoleh kemerdekaan pasca perang dunia ke-II. Lain halnya dengan negara berkembang, membutuhkan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan untuk meningkatkan dan menghidupi rakyat mereka. Sehingga dengan adanya prinsip persamaan melindungi lingkungan hidup dan 188 Keterangan lebih lanjut dapat dibaca dalam, Philippe Sands, Op.Cit., hal. 208-212. Universitas Sumatera Utara perbedaan tanggungjawab terutama tranfer teknologi dari negara maju ke negara berkembang diharapkan dapat menekan perusakan dan pencemaran lingkungan di tingkat global. Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa seiring dengan kian menguatnya kesadaran dan komitmen pemerintah terhadap persoalan lingkungan hidup terutama pada pasca konferensi Stockholm 1972 189 dan KHL 1982 sampai akhirnya dikeluarkannya Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil UU-PWPPK telah menjadikannya sebagai lex specialis dalam pelaksanaan pengelolaan sampai dengan penegakan hukum terhadap setiap kegiatan pencemaran danatau perusakan yang dapat danatau terjadi di wilayah pesisir dan pulau kecil. Keberadaan UU-PWPPK ini selain sebagai payung hukum dalam memberikan perlindungan hukum melalui prosedur pengelolaan, mestilah berdasarkan asas-asas guna mencapai suatu tujuan sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Asas tersebut sangat penting karena adanya keterlibatan Negara, masyarakat, para pemangku kepentingan, serta orang diharapkan dapat mencegah pencemaran danatau perusakan lingkungan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Terdapat 11 sebelas asas 190 yang mesti dipatuhi agar wilayah pesisir dapat terlindungi dari dampak pengelolaan : 189 Syamsuharya Bethan, Op.Cit.,, hal. 117. 190 Pasal 3 UUPWPPPK. Universitas Sumatera Utara a. Asas Keberlanjutan Asas ini diterapkan untuk 191 : 1. pemanfaatan sumber daya tidak melebihi kemampuan regenerasi sumber daya hayati atau laju inovasi substitusi sumber daya nonhayati pesisir; 2. pemanfaatan sumber daya pesisir saat ini tidak boleh mengorbankan kualitas dan kuantitas kebutuhan generasi yang akan datang atas sumber daya pesisir; pemanfaatan sumber daya yang belum diketahui dampaknya harus dilakukan secara hati-hati dan didukung oleh penelitian ilmiah yang memadai. Ketentuan asas ini merupakan penerapan dari asas yang terdapat pada pasal 3 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang lingkungan hidup yang pada saat pembuatan UUPWPPPK menjadi payung hukum perlindungan lingkungan hidup dimasa itu. Asas tersebut di beri judul yang sama yaitu “asas keberlanjutan” yang mengandung makna bahwa setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi. Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka kemampuan lingkungan hidup, harus dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan 192 . 191 Penjelasan Pasal 3 huruf a UUPWPPPK. 192 Penjelasan Pasal 3 UUPLH. Universitas Sumatera Utara Namun Pasca dikeluarkannya Undang-undang lingkungan hidup yang baru yaitu Undang-undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup maka penamaan asas ini menjadi lebih lengkap sesuai dengan substansi isi pasal yang sebelumnya yaitu menjadi “asas kelestarian dan keberlanjutan” yang mengandung pengertian bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup. 193 b. Asas Konsistensi Merupakan konsistensi dari berbagai instansi dan lapisan pemerintahan, dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan untuk melaksanakan program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 194 . c. Asas Keterpaduan Asas ini diterapkan dengan maksud 195 : 1. mengintegrasikan kebijakan dengan perencanaan berbagai sektor pemerintahan secara vertikal antara pemerintah dan pemerintah daerah; dan 2. mengintegrasikan ekosistem darat dengan ekosistem laut berdasarkan masukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu 193 Penjelasan Pasal 2 huruf b UUPPLH. 194 Penjelasan Pasal 3 huruf b UUPWPPPK. 195 Penjelasan Pasal 3 huruf c UUPWPPPK. Universitas Sumatera Utara proses pengambilan keputusan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Penerapan asas keterpaduan ini sangat penting dalam rangka penetapan tata ruang yang nantinya akan diterapkan dalam penetuan zonasi dan perencanaa tata ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Asas “keterpaduan” bila merujuk kepada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 2 huruf a, bermakna bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara lain, adalah Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat 196 . d. Asas Kepastian Hukum Asas ini diperlukan untuk menjamin kepastian hukum yang mengatur pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil secara jelas dan dapat dimengerti dan ditaati oleh semua pemangku kepentingan; serta keputusan yang dibuat berdasarkan mekanisme atau cara yang dapat dipertangungjawabkan dan tidak memarjinalkan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil 197 . e. Asas Kemitraan Merupakan kesepakatan kerjasama antar pihak yang berkepentingan berkaitan dengan pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Asas ini juga bertujuan agar antara para pihak yang memanfaatkan wilayah pesisir, perairan dan pulau kecil 196 Penjelasan Pasal 2 Huruf a UU Penataan Ruang. 197 Penjelasan Pasal 3 huruf d UUPWPPPK. Universitas Sumatera Utara dapat terbina hubungan muatualisme tanpa ada para pihak yang nantinya merasa dirugikan ataupun termarjinalkan 198 . f. Asas Pemerataan Ditujukan pada manfaat ekonomi sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dapat dinikmati oleh sebagian besar anggota masyarakat. g. Asas Peran Serta Masyarakat Asas ini bermaksud : 1. Agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil mempunyai peran dalam perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap pengawasan dan pengendalian; 2. Memiliki informasi terbuka untuk mengetahui kebijaksanaan pemerintah dan mempunyai akses yang cukup untuk memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil; 3. Menjamin adanya representasi suara masyarakat dalam keputusan tersebut; 4. Memanfaatkan sumebr daya tersebut secara adil. h. Asas Keterbukaan Dimaksudkan agar adanya keterbukaan bagi masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak deskriminatif tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, dari tahap perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, sampai tahap pengawasan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. 198 Penjelasan Pasal 3 huruf e. Universitas Sumatera Utara i. Asas desentralisasi Merupakan penyerahan wewenang pemerintah dari pemerintah kepada pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan di bidang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. j. Asas Akuntabilitas Dimaksudkan bahwa pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. k. Asas Keadilan Merupakan asas yang berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan tidak sewenang-wenang alam pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil. Jika komponen tersebut diatas bersinergi dan berkomitmen untuk tetap menjaga kelangsungan kelestarian fungsi lingkungan hidup, ancaman pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang dikawatirkan itu, secara lebih dini dapat dicegah dari kemungkinan-kemungkinan terburuk dan membahayaka kehidupan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Sebaliknya, jika semua danatau komponen itu saling mengabaikan peran dan tanggung jawabnya masing-masing, maka ideal-nya pengelolaan wilayah pesisir dan pulau kecil tidak akan teraktualisasi dengan maksimal mewarnai aktivitas pembangunan berkelajutan yang berwawasan lingkungan. 199 199 Syamsuharya Bethan, Op.Cit., hal. 127. Universitas Sumatera Utara

2. Tujuan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil