Sumber Pencemaran dan Perusakan

Pemerintah nomor 19 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran danatau Perusakan Laut, yaitu : Pasal 1 angka 4 : “Perusakan laut ada1ah tindakan yang menimbu1kan perubahan langsung atau tidak 1angsung terhadap sifat fisik danatau hayatinya yang me1ampaui kriteria baku kerusakan laut;” Pasal 1 angka 5 : “Kerusakan laut ada1ah perubahan fisik danatau hayati laut yang me1ewati kriteria baku kerusakan laut;” Pasal 1 angka 6 : “Kriteria baku kerusakan laut ada1ah ukuran batas perubahan sifat fisik danatau hayati lingkungan laut yang dapat ditenggang;” Sehingga dari beberapa ketentuan perundang-undangan yang ada, khusus mengenai definisi perusakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil itu sendiri belum ada penjelasannya secara tegas dalam undang-undang sehingga orang akan mengintepratasikan sendiri kerusakan dan perusakan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan setiap daerah otonom.

2. Sumber Pencemaran dan Perusakan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan pasal 207 KHL menyebutkan bahwa setiap negara wajib mencegah, mengurangi, dan melakukan pengawasan terhadap pencemaran lingkungan laut yang berasal dari sumber pencemar di darat, sungai, muara sungai, Universitas Sumatera Utara pipa pembuangan ke laut, dan larian air pembuangan. 169 Pencegahan ini sangat penting karena pencemaran laut akan berpengaruh terhadap kualitas perairan pesisir dan dampak lainnya adalah juga akan merusak ekosistem pesisir pantai pulau utama dan pulau-pulau kecil yang berada disekitarnya. Menurut Philippe Sands, keberlanjutan penurunan kualitas lingkungan perairan sebagai hasil kegiatan pencemaran yang bersumber dari 170 : a. Sumber pencemar yang berasal dari darat mencakup pencemaran melaluisampai atmosfere. Pencemaran yang berasal dari kegiatan daratan ini masih terbagi lagi atas 2 jenis pencemaran, yaitu : 1. berasal dari unsur dan energi yang masuk ke perairan laut melalui daratan, sungai, aliran pipa dan melalui muara sungai. 2. pencemaran yang berasal dari atmosfer, meliputi pencemaran yang disebabkan oleh akifitas penerbangan pesawat dan kapal b. Pencemaran akibat kapal yang sedang berlayar di laut Berbagai kasus pencemaran di laut akibat kapal yang berlayar dapat saja terjadi, sebagai contoh kasus tabrakan antara tanker Nagasaki Spirit dan kapal angkut Ocean Blessing di lepas pantai Belawan, Sumatra Utara tahun 1993, yang mengakibtkan tumpahnya minyak dan mengotori perairan disekitarnya. Kasus lainnya adalah tabrakan antara dua kapal tanker Maesk Navigator dan Sengko Honour, yang 169 Pasal 207 KHL 1982. 170 Philippe Sands, Op.Cit., hal. 291. Universitas Sumatera Utara menumpahkan kurang lebih 250 ribu ton minyak mentah di perairan Bengali dekat jalur luar Selat Malaka antara Malaysia dan Sumatra. 171 c. Kegiatan kapal di lepas pantai Kegiatan kapal pada saat bersauh di lepas pantai tak urung juga menimbulkan dampak terhadap pencemaran perairan nusantara. Kegiatan pembersihan galangan kapal biasanya selalu menyebabkan pencemaran terhadap perairan disekitarnya. d. Aktivitas dasar laut Kegiatan pertambangan dasar laut juga kerap kali menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan. Sebagai contoh kegiatan pertambangan pasir laut di Riau dan Kepulauan Riau yang dulunya sempat memperoleh izin namun karena banyaknya kecaman dari masyarakat tempatan dan para pecinta lingkungan akhirnya kegiatan tersebut di larang melalui SKB 3 Menteri. 172 Kegiatan pertambangan dasar laut juga kerap kali menimbulkan pencemaran lihat saja contoh kasus pencemaran terhadap perairan Laut Timor oleh tumpahan pengeboran minyak dari sumur lepas pantai milik Australia 173 pada 21 Agustus 2009 yang lalu, sumur minyak milik Australia di Blok West Atlas bocor dan menumpahkan 40 juta liter minyak mentah ke perairan Australia dan akibat gelombang membawa tumpahan minyak tersebut ke perairan Laut Timor Indonesia 171 Melda Kamil Ariadno, Op.Cit., hal. 23. 172 Lihat lebih lanjut dalam, Maria Maya Lestari, Perundangan dan Pengurusan Perlombongan Pasir Laut : Penguatkuasaan dan Pentadbiran di Riau Indonesia, Bangi : Tesis Pasca Sarjana Program Pengurusan Persekitaran Universitas Kebangsaan Malaysia, 2004. 173 Antara News, Pemerintah diharapkan Peduli Terhadap Kasus Pencemaran Laut Timor, diakses dari; http:www.antaranews.comberita1280415940pemerintah-diharapkan-peduli-kasus- pencemaran-laut timor, terakhir kali dikunjungi pada Sabtu, 22012011, Pukul 12.35wib. Universitas Sumatera Utara yang menimbulkan kerusakan mangrove, matinya ikan, kerusakan terumbu karang, padang lamun 174 dan merugikan kehidupan masyarakat pesisir yang bekerja sebagai nelayan di Nusa Tenggara Barat 175 serta merusak ekosistem sepanjang pesisir pantai. Sedikit berbeda dengan perairan, Menurut Dian Saptarini, wilayah pesisir termasuk didalamnya wilayah pesisir pulau-pulau kecil dapat mengalami pencemaran danatau kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh 176 : 1. Penangkapan ikan dengan menggunakan alat tertentu seperti bom, pukat harimau, bubu, dll., tidak hanya akan merusak terumbu karang di perairan tetapi juga dapat merusak kawasan pesisir tertentu seperti padang lamun. 2. Kegiatan pengerukan dredging, biasanya berkaitan dengan kegiatan pengurugan reclamation. 3. Perubahan fungsi lahan pesisir menjadi lahan perkebunan, pertanian dan pertambakan dapat menjadikan wilayah pesisir sebagai sebuah ekosistem yang kompleks menjadi ekosistem sejenis dengan 1 jenis populasi, selain itu perubahan fungsi lahan di kota-kota besar banyak yang berubah menjadi kawasan pemukiman, pariwisata lengkap dengan hotel sampai 174 Harian Kompas, Rabu, 25 Mei 2011. 175 Sampai saat ini, kasus tersebut belum menemui pemecahan masalahan mengingat terjadi perbedaan perhitungan ganti rugi antara tim peneliti daerah, tim peneliti pusat, dan PTTEP Australasia sehingga memperlambat proses ganti rugi terhadap masyarakat pesisir yang notabene bekerja sebagai nelayan tradisional. 176 Dian Saptarini dkk., Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Wilayah Pesisir, Jakarta : PP-PSL, 1996, hal. III.4-III.18. Universitas Sumatera Utara dengan pembangunan kawasan industri di sepanjang kawasan pesisir. 4. Abrasi kawasan pantai, pada dasarnya akibat kegiatan manusialah yang mempercepat terjadinya proses abrasi dipantai, seperti pertambangan dan pengerukan akan mempercepat proses abrasi suatu pantai sehingga pantai dapat berubah dan rusak dengan cepat. Memperhatikan beberapa larangan dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, maka dapat diambil suatu analisa mengenai beberapa faktor yang dapat menimbulkan perusakan sehingga mesti dilakukan larangan. Faktor-faktor penyebab perusakan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi 177 : a. Penambangan terumbu karang yang menimbulkan kerusakan Ekosistem terumbu karang; b. mengambil terumbu karang di Kawasan konservasi; c. menggunakan bahan peledak, bahan beracun, danatau bahan lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; d. menggunakan peralatan, cara, dan metode lain yang merusak Ekosistem terumbu karang; e. menggunakan cara dan metode yang merusak Ekosistem mangrove yang tidak sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; 177 Pasal 35 UUPWPPPK. Universitas Sumatera Utara f. menebang melakukan konversi Ekosistem mangrove di Kawasan atau Zona budidaya yang tidak memperhitungkan keberlanjutan fungsi ekologis Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil; g. menebang mangrove di Kawasan konservasi untuk kegiatan industri, pemukiman, danatau kegiatan lain; h. menggunakan cara dan metode yang merusak padang lamun; i. melakukan penambangan pasir pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, sosial, danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan danatau pencemaran lingkungan danatau merugikan Masyarakat sekitarnya; j. melakukan penambangan minyak dan gas pada wilayah yang apabila secara teknis, ekologis, social danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan danatau pencemaran lingkungan danatau merugikan Masyarakat sekitarnya; k. melakukan penambangan mineral pada wilayah yang apabila secara teknis danatau ekologis danatau sosial danatau budaya menimbulkan kerusakan lingkungan danatau pencemaran lingkungan danatau merugikan Masyarakat sekitarnya; serta l. melakukan pembangunan fisik yang menimbulkan kerusakan lingkungan danatau merugikan Masyarakat sekitarnya. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KEWENANGAN PEMERINTAH TERHADAP WILAYAH PESISIR DAN

PULAU-PULAU KECIL MENURUT PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

C. Konsep Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 178 Pengelolaan wilayah terpadu diatas merupakan konsep pengelolaan yang di kemas berdasarkan kepentingan Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan. Pendekatan pengelolaan wilayah pesisir ini akan melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan pembangunan secara terpadu integrated guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan 179 sebagaimana yang tertuang dalam asas-asasnya. Secara internasional maupun nasional, pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu integrated coastal zone management atau disingkat ICZM merupakan cabang ilmu baru. Sehingga, berbagai terminologi dengan dengan arti yang sebenarnya sama yaitu merupakan kegiatan manusia di dalam mengelola ruang, 178 Pasal 1 ayat 1 UUPWPPPK. 179 Rokhmin Dahuri dkk., Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, Jakarta : Pradnya Paramita, 2004, hal. 12. Universitas Sumatera Utara