terdiri dari urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan
pemerintahan atau konkuren.
208
Urusan pemerintahan yang dapat dikelola secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren adalah urusan-
urusan pemerintahan selain urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah.
209
1. Kewenangan Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
210
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah KabupatenKota maka urusan pokok pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana dimaksud meliputi
211
: 1.
politik luar
negeri;
208
Penjelasan I. Umum Peraturan Pemerintah Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota.
209
Penjelasan I. Umum Peraturan Pemerintah Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota.
Penjelasan I. Umum Peraturan Pemerintah Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota.
210
Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
211
Pasal 10 Ayat 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Namun demikian berdasarkan pasal Pasal 10 Ayat 4 Undang-Undang Pemerintahan Daerah,
menjelaskan bahwa : menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud, Pemerintah menyelenggarakan sendiri atau dapat melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada perangkat
Pemerintah atau wakil Pemerintah di daerah atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah danatau pemerintahan desa.
Universitas Sumatera Utara
2. pertahanan;
3. keamanan;
4. yustisi;
5. moneter dan fiskal nasional; dan 6.
agama. Khusus dibidang pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, bila
ditinjau dari kewenangan pemerintah dalam rangka mengelola, mencegah dan melindungi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari segala bentuk pencemaran dan
perusakan lingkungan, pemerintah mempunyai beberapa kewenangan antara lain terdapat pada beberapa pasal peraturan perundang-undangan berikut yang meliputi :
a. Kewenangan berdasarkan Bab IX. Kewenangan dalam UUPWPPPK
Pasal 52 1 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilaksanakan oleh
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. 2 Untuk meningkatkan efektivitas Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, Pemerintah dapat melakukan pendampingan terhadap Pemerintah Daerah dalam merumuskan dan melaksanakan Rencana ANSI
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
3 Dalam upaya mendorong percepatan pelaksanaan otonomi daerah di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Pemerintah dapat membentuk unit
pelaksana teknis pengelola Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 53 : 1 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada tingkat nasional
dilaksanakan secara terpadu di bawah koordinasi Menteri. 2 Jenis kegiatan yang dikoordinasikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
meliputi: a. penilaian setiap usulan rencana kegiatan tiap-tiap sektor sesuai dengan
perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil terpadu;
Universitas Sumatera Utara
b. perencanaan sektor, daerah, dan dunia usaha yang bersifat lintas provinsi dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu;
c. program akreditasi nasional; d.
rekomendasi izin kegiatan sesuai dengan kewenangan tiap-tiap instansi Pemerintah;
e. penyediaan data dan informasi bagi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang bersifat lintas provinsi dan Kawasan tertentu
yang bertujuan strategis.
3 Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diatur dengan Peraturan Presiden.
Namun demikian terdapat 2 kewenangan yang pada penelitian ini tidak penulis cantumkan dalam bagian kewenangan pemerintah yaitu Pasal 50 dan Pasal 51
UUPWPPPK karena telah dibatalkan beberapa isi pasalnya berdasarkan Keputusan Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi terkait uji materi sejumlah pasal yang berkaitan
dengan Hak Pengusahaan Perairan Pesisir HP-3 dalam UUPWPPPK pada Kamis, 16 Juni 2010.
212
b. Kewenangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010
tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar PPKT.
Peraturan Pemerintah ini tidak mengatur masalah mengenai kewenangan secara spesifik dalam Bab-bab, untuk itu penulis mengkaji kewenangan berdasarkan
beberapa pasal yang menjelaskan masalah kewenangan, meliputi : Pasal 12
Dalam pemanfaatan PPKT untuk pertahanan dan keamanan, Pemerintah berwenang:
a. menetapkan rencana strategis pertahanan dan keamanan;
212
Harian Kompas, Kelautan Privatisasi Perairan Pesisir Langgar Aturan, terbit Jumat, 17062010.
Universitas Sumatera Utara
b. mengadakan perundingan dengan negara lain mengenai penetapan batas wilayah negara;
c. menetapkan titik referensi dan koordinat geografis titik dasar; d. membangun dan memelihara tanda titik referensi;
e. menyusun rencana pengelolaan PPKT; f. melakukan pendataan dan pemberian nama pulaupulau kecil
terluar;
dan g. menjaga keutuhan, kedaulatan, dan keamanan wilayah negara, serta
kawasan perbatasan. Pasal 14
1 Dalam rangka pengawasan dan pengendalian pemanfaatan PPKT, Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya melakukan pemantauan, pengamatan lapangan, danatau
evaluasi terhadap
perencanaan dan pelaksanaannya. 2 Pengawasan dan pengendalian pemanfaatan PPKT dilakukan oleh
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang menangani bidang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan sifat
pekerjaan yang dimilikinya. 3 Pejabat pegawai negeri sipil tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 berwenang: a. mengadakan patroliperondaan di wilayah PPKT; dan
b. menerima laporan yang menyangkut perusakan lingkungan di PPKT. 4 Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan pemanfaatan PPKT.
c. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Dalam Peraturan Pemerintah ini juga tidak mengatur secara spesifik mengenai wewenang pemerintah, namun didalam Bab V tentang Tanggungjawab Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan Masyarakat ada menjelaskan : Pasal 6
1 Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulaupulau kecil wajib memuat mitigasi bencana.
2 Mitigasi bencana merupakan bagian dari rencana penanggulangan
bencana.
Pasal 18 Ayat 1 :
Universitas Sumatera Utara
”Pemerintah menyelenggarakan mitigasi bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil lintas provinsi dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu.”
d. Kewenangan Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.17MEN2008 tentang Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Terdapat beberapa kewenangan pemerintah yang diatur dalam Bab IV. Kewenangan Pengelolaan KKP3K dan KKM berdasarkan Peraturan Menteri ini,
meliputi pasal-pasal: Pasal 24 :
Kewenangan pengelolaan KKP3K Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil dilaksanakan oleh:
a. pemerintah untuk kawasan konservasi nasional; b. pemerintah daerah provinsi untuk kawasan konservasi provinsi; dan
c. pemerintah daerah kabupatenkota untuk kawasan konservasi kabupaten
kota. Pasal 25 :
1 Kewenangan pengelolaan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 huruf a, meliputi: a. perairan danatau wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada
dalam wilayah kewenangan pengelolaan lintas provinsi; dan b. perairan danatau wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki
karakteristik tertentu, antara lain: 1 nilai dan kepentingan konservasi nasional danatau internasional;
2 secara ekologis dan geografis bersifat lintas negara; 3 mencakup habitat yang menjadi wilayah ruaya jenis ikan tertentu;
4 potensial sebagai warisan alam dunia atau warisan wilayah regional. Pasal 28 :
Kewenangan Pengelolaan KKP3K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 danatau KKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, dilakukan oleh unit
pengelola kawasan konservasi.
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.18MEN2008 tentang
Akreditasi Terhadap Program Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan peraturan menteri ini, meskipun tidak membahas mengenai kewenangan dalam judul bab-nya namun terdapat beberapa pasal yang menyinggung
mengenai kewenangan, antara lain : Pasal 4 :
1 Pemerintah menyelenggarakan akreditasi program PWP-3-K. 2 Penyelenggaraan program akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
meliputi program rehabilitasi, konservasi, reklamasi, mitigasi bencana danatau pengembangan ekonomi.
3 Teknis pelaksanaan program rehabilitasi, konservasi, reklamasi, mitigasi bencana danatau pengembangan ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
Pasal 5 1 Pemerintah dalam menyelenggarakan akreditasi program PWP-3-K
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 dapat melimpahkan kepada pemerintah provinsi atau pemerintah kabupatenkota, kecuali
pada: a. kawasan strategis nasional tertentu;
b. pulau-pulau kecil terluar; atau c. wilayah lebih dari 1 satu provinsi.
2 Pelimpahan penyelenggaraan akreditasi oleh pemerintah kepada pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan
ketentuan program PWP-3-K dilakukan pada: a. wilayah di atas 4 empat mil sampai dengan 12 dua belas mil laut;
b. wilayah pesisir sampai dengan 4 empat mil laut yang merupakan
wilayah lebih dari 1 satu kabupatenkota. 3 Pelimpahan penyelenggaraan akreditasi oleh pemerintah kepada
pemerintah kabupatenkota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dengan ketentuan program PWP-3-K dilakukan pada:
a. wilayah administrasi kecamatan atau desa; b. wilayah pesisir sampai dengan 4 empat mil laut.
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.20MEN2008 tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Meskipun dalam judul Bab-bab dalam Permen ini tidak menjelaskan kewenangan pemerintah secara eksplisit namun dalam pasal-pasal tertentu
menjelaskan mengenai kewenangan menteri dalam memberikan persetujuan dan penolakan terhadap beberapa tindakan administrasi, antara lain :
Pasal 4 Ayat 2 dan Pasal 8 : Menteri Memberikan persetujuan danatau penolakan kepada orang asing
untuk memanfaatkan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya. Pasal 10 :
1 Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemanfaatan pulau-
pulau kecil dan perairan di sekitarnya dilakukan oleh Menteri, gubernur dan bupatiwalikota sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya
masingmasing.
2 Pembinaan dan pengawasan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a. pemberian arahan, masukan serta pertimbangan dalam pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di sekitarnya;
b. bantuan pemeliharaan sarana dan prasarana; c. pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana yang telah
disusun; d. peningkatan kesadaran tentang pentingnya pemanfaatan pulau-pulau
kecil dan perairan di sekitarnya yang berkelanjutan; dan e. pelaporan pelaksanaan pemanfaatan pulau-pulau kecil dan perairan di
sekitarnya dilakukan secara berkala dan berjenjang sekurang- kurangnya 1 satu kali dalam 1 satu tahun sesuai dengan
kepentingannya.
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.14MEN2009
tentang Mitra Bahari.
Dalam peraturan menteri tentang mitra bahari ini dalam judul bab-bab yang ada memang tidak dibahas mengenai kewenangan pemerintah secara spesifik, namun
dalam Pasal 5 terdapat penegasan mengenai Pembentukan mitra bahari di tingkat pusat.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 5 : 1 Pembentukan Mitra Bahari Pusat ditetapkan oleh Menteri.
2 Susunan keanggotaan Mitra Bahari Pusat sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 terdiri dari Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil selaku Ketua Pelaksana Harian dengan keanggotaan terdiri dari
perguruan tinggi, unit kerjainstansi terkait, wakil Lembaga Swadaya Masyarakat, wakil organisasi profesi, tokoh masyarakat danatau wakil
dunia usaha.
3 Susunan keanggotaan Mitra Bahari Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 disesuaikan dengan fokus kegiatannya.
4 Mitra Bahari Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai tugas:
a. menyiapkan dan menyusun rencana induk Mitra Bahari; b. menyiapkan dan menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan Mitra
Bahari; c. melakukan kaji lapang dalam rangka menetapkan kegiatan Mitra
Bahari; d. menyusun dan menetapkan ketentuanpetunjuk pelaksanaan dan
pedoman pelaksanaan kegiatan Mitra bahari; e. melakukan koordinasi dengan unit kerjainstansi terkait dalam
pengumpulan data dan informasi mengenai wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil;
f. membantu pengembangan jejaring kemitraan; g. melakukan pemantauan dan evaluasi Mitra Bahari Daerah.
2. Kewenangan Pemerintah Provinsi