2004 tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437
sedangkan ke arah daratan ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan untuk kewenangan provinsi.
151
Kewenangan kabupatenkota ke arah laut ditetapkan sejauh sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sedangkan ke arah daratan ditetapkan sesuai dengan batas kecamatan.
152
1. Definisi Wilayah Pesisir
Seringkali penggunaan istilah pantai dan pesisir tidak didefinisikan secara jelas dan pasti. Apabila ditinjau secara yuridis keduanya mestilah diberi pengertian
yang jelas. Pemaknaan kembali kedua istilah tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan keraguan atau ketidakpastian, baik dalam perumusan suatu peraturan
maupun dalam pelaksanaan. Berikut ini pengertian pantai dan pesisir menurut pendapat Diraputra dalam Nanin Triayanawati
153
, mendefinisikan : “Pantai adalah daerah pertemuan antara air pasang tertinggi dengan daratan.
Sedangkan garis pantai adalah garis yang menghubungkan titik-titik pertemuan antara air pasang tertinggi dengan daratan. Garis pantai akan
terbentuk mengikuti konfigurasi tanah pantaidaratan itu sendiri.”
151
Penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
152
Ibid.
153
Nanin Triayanawati Sugito dan Dede Sugandi, Urgensi Penentuan Dan Penegakan Hukum Kawasan Sempadan Pantai, diakses dari :
http:file.upi.eduDirektoriB2020FPIPSJUR.20 PEND.20GEOGRAFI1958052619860312020DEDE20SUGANDIsempadan20pantaiDede
20S.pdf , terakhir dikunjungi pada tanggal 21 Januari 2011, pukul 10.12, hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
“Pesisir adalah daerah pertemuan antara pengaruh daratan dan pengaruh lautan. Ke arah daratan mencakup daerah-daerah tertentu dimana pengaruh
lautan masih terasa angin laut, suhu, tanaman, burung laut, dsb. Sedangkan kearah lautan wilayah pesisir mencakup kawasan-kawasan laut dimana masih
terasa atau masih tampak pengaruh dari aktifitas didaratan misalnya penampakan bahan pencemar, sedimentasi dan warna air.”
Sebagai daerah peralihan yang dipengaruhi oleh darat dan laut, menurut Bengen dalam Mukhtasor
154
, membagi wilayah pesisir sebagai 2 bagian yang meliputi :
1. Wilayah pesisir daratan;
Sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut, yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan
intrusi garam. 2.
Wilayah pesisir laut; Merupakan daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan,
seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.
Dengan demikian istilah pantai merupakan padanan dari istilah “beach” sedangkan daerah pesisir merupakan padanan dari istilah “coast” dalam bahasa
Inggris. Istilah pantai mempunyai arti yang luas karena dapat diartikan sebagai pantai
154
Mukhtasor, Pencemaran Pesisir dan Laut, Jakarta : Pradnya Paramita, 2007, hal. 15-16.
Universitas Sumatera Utara
itu sendiri shore, gisik beach, atau pesisir coast. Menurut Ongkosongo
155
memberikan pengertian pantai sebagai berikut : “Daerah sekitar pasang surut biasanya disebut pesisir, dan batas darat dengan
laut lebih umum disebut pantai. Onshore adalah istilah arah dari daratan ke laut. Inshore adalah daerah pantai sampai daerah permulaan pecahnya ombak.
Sedangkan istilah lepas pantai adalah daerah dari lereng laut yang agak curam di pesisir sampai sekitar landas benua. Untuk kegiatan di permukaan laut atau
dekat permukaan laut dipakai istilah “on sea”. Pantai yang landai dan berpasir dinamakan gisik “beach”.
Sedangkan pembedaan pengertian antara pantai, gisik, dan pesisir
dikemukakan Suwardi sebagai berikut
156
: 1.
Pantai shore adalah suatu daerah yang dibatasi oleh muka air laut pasang surut bawah low tide water level ke daratan dimana air laut mencapai
maksimum. 2.
Gisik beach adalah pantai yang tertutup oleh pasir dan kerikil. 3.
Pesisir coast adalah wilayah yang dibatasi oleh pantai belakang backshore ke arah daratan sampai sejauh pengaruh air laut masih ada, seperti intrusi air
laut, ataupun angin laut.
155
Mochtar Kusumaatmadja, Segi-Segi Pengelolaan Daerah Pesisir dan Pantai Menurut Wawasan Nusantara, Hasil Kerja Sama Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri
Departemen Luar Negeri R.I. dan Pusat Studi Wawasan Nusantara Hukum dan Pembangunan, 1993, hal. 13.
156
Mochtar Kusumaatmadja, Idem., hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
Selain menurut pendapat ahli, beberapa undang-undang juga telah memberikan definisi mengenai pesisir dan pantai meskipun dalam artian yang sangat
umum. Terutama sekali menurut UUPWPPPK sebagai sebuah lex specialis memberikan definisi mengenai pesisir dan pantai sebagai berikut :
Pasal 1 ayat 2; “Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara Ekosistem darat dan laut
yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.”
Pasal 1 ayat 21; ”Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 seratus meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.”
Undang-undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004, di dalam
penjelasan Pasal 18 ayat 4 memberikan pengertian ; ”Yang dimaksud dengan garis pantai dalam ketentuan ini adalah perpotongan
garis air rendah dengan daratan.”
Menurut Pasal 56 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memberikan definisi:
”Sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria: a.
daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 seratus meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.”
Dari semua peraturan perundang-undangan yang ada tidak satupun yang menjelaskan dan memberikan definisi mengenai perbedaan pesisir dan pantai. Begitu
juga halnya dengan UUPWPPPK, padahal pendefinisian ini sangat diperlukan guna
Universitas Sumatera Utara
menentukan batasan wilayah antara pesisir dengan daratan, karena wilayah pesisir sebagai sebuah backshore akan berbeda bentuk pengelolaannya dengan daratan,
mengingat dalam UUPWPPPK hanya menjelaskan jarak sempadan pantai sejauh 100 mil dari garis pasang tertinggi air di daratan tanpa ada keterangan lebih lanjut
mengenai batasan pesisir ke arah darat. Untuk kepentingan pengelolaan atau untuk wilayah perencanaan, batas
wilayah pesisir ke arah daratan bisa sampai ke arah hulu sungai apabila di situ terdapat kegiatan manusia yang secara nyata menimbulkan dampak terhadap
lingkungan dan sumber daya di bagian hilir. Sedangkan ke arah laut cendrung menyesuaikan dengan batas yuridis yang berlaku di setiap provinsi
157
yang sudah ditetapkan yaitu 12 mil dari garis pantai. Pesisir yang digenangi air laut tentu saja
pengelolaannya dipengaruhi dengan hukum laut yang memberikan hak setiap orang untuk mengakses kepentingan baik dari daratan ke laut maupun sebaliknya.
Namun secara kesluruhan, terdapat beberapa aspek yang membahas mengenai pesisirr pada umumnya yaitu daratan, proses, deposit, habitat dan ekosistem.
Berkaitan dnegan ini, wilayah pesisir dapat dibagi menjadi du sub devisi yaitu : 1.
Di dasarkan pada perubahan morfologi backshore, foreshore, inshore dan offshore.
157
Supriharyono, Konservasi Ekosistem SumberDaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hal. 16.
Universitas Sumatera Utara
2. Berdasarkan tipe proses gelombang yang terjadi di bagian-bagian berbeda di
wilayah pesisir swash zone, surf zone, dan breaker zone, yang secara bersama-sama berada di nearshore zone.
Gambar 3.1. Pembagian Zona Pesisir Berdasarkan Morfologi dan Proses
Gelombang
Sumber : Supriharyono, Konservasi Ekosistem SumberDaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, hal. 17.
2. Definisi Pulau Kecil