Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin Pada Kondisi Optimum Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin Dengan Penambahan Ion Logam Cu

34

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang kasein dilakukan dengan menggunakan larutan kasein 1 mgmL yang dilarutkan dalam buffer fosfat pH 8 pada panjang gelombang antara 650-750 nm. Penentuan ini dilakukan mengacu pada metode Lowry. Langkah pertama, memasukkan 1 mL larutan kasein 1 mgmL dan 5 mL reagen C ke dalam tabung reaksi dan mengaduknya hingga tercampur sempurna. Selanjutnya mendiamkan larutan tersebut selama 10 menit, lalu menambahkan 0,5 mL reagen D dan mengocoknya dengan segera. Setelah itu, mendiamkannya selama 30 menit pada suhu kamar. Terakhir, mengukur absorbansi pada panjang gelombang mulai dari 650 nm sampai 750 nm dengan selang panjang gelombang 10 nm. Panjang gelombang maksimum adalah panjang gelombang yang memberikan nilai absorbansi terbesar. Skema kerja dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Penentuan Kondisi Optimum Enzim Tripsin

a. Penentuan pH Optimum

Variasi pH yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH 7, 8, dan 9. Penentuan pH optimum enzim tripsin dilakukan mengacu pada metode Anson Togu G. dan Eddy S., 2012. Prosedur penentuan pH optimum enzim tripsin yaitu: 1. Tabung sampel t s Ke dalam 3 tabung reaksi, memasukkan 5 mL larutan substrat kasein 1 dalam berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9. Kemudian melakukan prainkubasi 35 selama 5 menit pada suhu 35°C. Menambahkan 1 mL larutan enzim tripsin dalam berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9 dan 1 mL buffer fosfat 0,1 M dalam berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9. Setelah itu, melakukan inkubasi selama 20 menit pada suhu 35°C yang dihitung dari penambahan enzim tripsin dan menambahkan 3 mL larutan TCA 10 kemudian mengaduknya dengan kuat untuk menghentikan reaksi. Selanjutnya mendiamkan larutan selama 20 menit dalam air es agar endapan yang dihasilkan benar-benar sempurna. Kemudian melakukan sentrifuga dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit pada larutan dan endapan yang terbentuk, lalu mengambil 2 mL filtrat yang telah disentrifuga dan menambahkan 4 mL NaOH 0,5 M, lalu menambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteau dan mendiamkannya selama 10 menit, kemudian mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum 720 nm. 2. Tabung kontrol t k Ke dalam 3 tabung reaksi, memasukkan 1 mL buffer fosfat 0,1 M dalam berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9. Setelah itu, menambahkan 1 mL larutan tripsin berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9 dan 3 mL larutan TCA 10 dan mengaduknya hingga tercampur. Selanjutnya menambahkan 5 mL larutan substrat kasein 1 pada berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9 dan mengocoknya hingga homogen. Kemudian menginkubasi selama 5 menit pada suhu 35°C dan mendiamkannya selama 20 menit dalam air es agar endapan yang dihasilkan benar-benar sempurna. Selanjutnya melakukan sentrifuga dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit pada larutan dan endapan yang terbentuk. Mengambil 2 mL filtrat yang telah disentrifuga dan menambahkan 4 mL NaOH 0,5 M, lalu 36 menambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteau dan mendiamkannya selama 10 menit, kemudian mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum 720 nm. 3. Tabung blanko Ke dalam 3 tabung reaksi memasukkan 2 mL larutan buffer fosfat 0,1 M dalam berbagai variasi pH pH 7, 8, dan 9 dan 4 mL NaOH 0,5 M kemudian mengaduknya. Selanjutnya menambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteau dan mendiamkannya selama 10 menit, kemudian mengukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 720 nm. Ringkasan cara kerja penentuan pH optimum enzim tripsin menggunakan tabung sampel, tabung kontrol dan tabung blanko dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Penentuan Suhu Optimum

Penentuan suhu optimum enzim tripsin dilakukan mengacu pada metode Anson termodifikasi pada reagen yang digunakan. Prosedur penentuan ini dilakukan sama dengan prosedur penentuan pH optimum, hanya saja pada penentuan suhu optimum dilakukan pada pH optimum yang telah diperoleh pada prosedur sebelumnya pH 8 dan dilakukan pada variasi suhu 31°C, 33°C, 35°C, 37°C, dan 39°C. Skema kerja dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 3.

c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum

Penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin dilakukan mengacu pada metode Anson termodifikasi pada reagen yang digunakan. Prosedur penentuan ini 37 dilakukan sama dengan prosedur pada penentuan pH optimum, hanya saja penentuan waktu inkubasi optimum dilakukan pada pH dan suhu optimum yang diperoleh pada prosedur sebelumnya pH 8 dan suhu 37 o C. Variasi waktu inkubasi yang digunakan, yaitu 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit. Skema kerja dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 4.

d. Penentuan Konsentrasi Substrat Optimum

Penentuan konsentrasi substrat optimum dilakukan mengacu pada metode Anson termodifikasi pada reagen yang digunakan. Prosedur penentuan ini dilakukan sama dengan prosedur pada penentuan pH optimum, hanya saja penentuan konsentrasi substrat optimum dilakukan pada pH, suhu, dan waktu inkubasi optimum yang diperoleh pada prosedur sebelumnya pH 8, suhu 37 o C, dan waktu inkubasi selama 20 menit. Variasi konsentrasi substrat yang digunakan adalah 2 mgmL, 4 mgmL, 6 mgmL, 8 mgmL, 10 mgmL, dan 12 mgmL. Skema kerja dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin Pada Kondisi Optimum

Prosedur ini dilakukan mengacu pada metode Anson termodifikasi pada reagen yang digunakan. Prosedur penentuan ini dilakukan sama dengan prosedur pada penentuan pH, suhu, waktu inkubasi, dan konsentrasi substrat optimum. Penentuan aktivitas enzim tripsin ini dilakukan pada kondisi optimum yang telah diperoleh pada prosedur sebelumnya pH 8, suhu 37 o C, waktu inkubasi 20 menit, dan konsentrasi substrat 10 mgmL. Skema kerja dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 6. 38

4. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin Dengan Penambahan Ion Logam Cu

2+ dalam Bentuk Senyawa CuCl 2 Penentuan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 mengacu pada metode Anson termodifikasi pada reagen yang digunakan. Penentuan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 dilakukan pada kondisi optimum enzim tripsin yang telah diperoleh pada prosedur sebelumnya pH 8, suhu 37 o C, waktu inkubasi 20 menit, dan konsentrasi substrat 10 mgmL. Prosedur ini dilakukan sama dengan prosedur pada penentuan kondisi optimum, hanya saja pada tabung kontrol dan tabung sampel penggunaan 1 mL buffer fosfat 0,1 M pH 8 diganti dengan penambahan 1 mL larutan ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 dalam berbagai variasi konsentrasi. Variasi konsentrasi senyawa CuCl 2 yang ditambahkan, yaitu 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M. Skema kerja dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Lampiran 7.

E. Teknik Analisa Data

Data aktivitas enzim tripsin diperoleh dengan mencari selisih serapan antara tabung sampel dengan tabung kontrol per menit. Data aktivitas enzim tripsin dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan aktivitas enzim tripsin tanpa dan dengan penambahan CuCl 2 pada kondisi optimum.

1. Perhitungan Aktivitas Enzim tripsin

Rumus yang digunakan untuk perhitungan aktivitas enzim tripsin yaitu: � = � − � �

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TEMBAGA (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING.

1 7 74

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 5 104

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ag+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 22 121

23235 ID pengaruh ion logam fe na dan ca terhadap aktivitas lipase kasar dari kentos kela

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 6

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 7

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10