Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum

55 konsentrasi 8 mgmL 0,00271 mgmL per menit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Northrop, J. M. 1924, yang menyatakan bahwa konsentrasi kasein di atas 10 mgmL, yaitu 13,6 mgmL dan 17,5 mgmL memiliki kecepatan hidrolisis kasein yang lebih rendah dibandingkan konsentrasi kasein 6,8 mgmL dan 8,7 mgmL. Hal tersebut membuktikan bahwa pada konsentrasi substrat 10 mgmL enzim tripsin telah jenuh dengan substrat. Aktivitas enzim tripsin pada konsentrasi 10 mgmL menunjukkan bahwa semua bagian sisi aktif enzim telah dipenuhi oleh substrat.

4. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum

Penentuan aktivitas enzim dilakukan pada kondisi optimum, yaitu pH 8, suhu 37°C, konsentrasi substrat 10 mgmL, dan dengan waktu inkubasi selama 20 menit. Penentuan aktivitas enzim tripsin ditentukan dengan menggunakan metode Anson termodifikasi pada reagen yang digunakan. Pada prosedur ini menggunakan tiga tabung berbeda, yaitu tabung kontrol t k , tabung sampel t s , dan tabung blanko. Perbedaan ketiga tabung tersebut terletak pada fungsi masing-masing larutan. Larutan sampel digunakan untuk menentukan aktivitas enzim tripsin, larutan kontrol digunakan sebagai larutan pembanding, dan larutan blanko yang hanya berisi analit digunakan untuk mengeliminasi absorbansi yang disebabkan oleh kompleks berwarna tanpa adanya aktivitas enzim tripsin. Tabung sampel berisi substrat kasein, enzim tripsin, buffer fosfat pH 8, TCA 10, NaOH 0,5 M dan folin-ciocalteu. Tabung kontrol berisi enzim tripsin yang aktivitasnya telah dihentikan, substrat kasein, buffer fosfat pH 8, TCA 10, 56 NaOH 0,5 M, dan folin-ciocalteu. Sedangkan tabung blanko hanya berisi analit, seperti buffer fosfat pH 8, larutan NaOH 0,5 M, dan reagen folin-ciocalteu. Dengan adanya larutan blanko, absorbansi yang diukur hanya kompleks yang terbentuk dari reaksi reagen folin-ciocalteu dengan asam amino produk berupa asam amino hasil aktivitas enzim tripsin dalam menghidrolisis protein. Kasein sebelum digunakan dapat disimpan dalam lemari es pada suhu rendah. Prainkubasi dilakukan agar ketika substrat kasein bertemu dengan enzim, maka enzim dapat bekerja langsung terhadap substrat tersebut, karena kondisinya sudah sesuai dengan kondisi optimum enzim tripsin. Penggunaan buffer fosfat 0,1 M pH 8 sebagai larutan penyangga agar pH larutan yang diuji tetap berada pada pH yang diinginkan optimum. Khusus untuk tabung sampel, campuran enzim tripsin, kasein, dan buffer fosfat pH 8 diinkubasi selama 20 menit pada suhu 37°C. Selama proses inkubasi terjadi reaksi hidrolisis oleh enzim tripsin. Reaksi hidrolisis protein kasein oleh enzim tripsin sebagai berikut: Gambar 19. Reaksi Hidrolisis Protein Kasein oleh Enzim Tripsin Setelah diinkubasi selama 20 menit, ditambahkan 3 mL TCA 10 dan dikocok sampai homogen. Larutan TCA berfungsi untuk menghentikan aktivitas enzim tripsin, sehingga reaksi hidrolisis kasein oleh enzim tripsin dapat terhenti. Hidrolisi Enzim Tripsin Polipeptida 57 Larutan TCA bersifat sangat asam dan mampu mengendapkan protein termasuk enzim tripsin dan kasein. Endapan yang terbentuk setelah penambahan TCA, kemudian dipisahkan dengan cara disentriuga pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Kemudian larutan filtrat yang dihasilkan diambil sebanyak 2 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang selanjutnya ditambahkan reagen lainnya TCA 10, NaOH 0,5 M, dan reagen folin-ciocalteu. Selanjutnya menyiapkan larutan kontrol yang dibuat dengan prosedur dimana aktivitas enzim tripsin dihentikan terlebih dahulu dengan penambahan larutan TCA, baru kemudian dipertemukan dengan substrat kasein dan membentuk endapan. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan melakukan sentrifuga pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Larutan filtrat yang dihasilkan diambil sebanyak 2 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi yang selanjutnya ditambahkan reagen lainnya NaOH 0,5 M dan reagen folin- ciocalteu. Sedangkan tabung blanko berisi 2 mL buffer fosfat 0,1 M pH 8, dan 4 mL NaOH 0,5 M. Larutan NaOH 0,5 M berfungsi untuk menetralkan suasana asam dari TCA yang telah ditambahkan. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 1 mL reagen Folin-Ciocalteau. Setelah semua larutan telah ditambahkan reagen folin-ciocalteu, masing- masing larutan ditunggu selama 10 menit untuk diukur absorbansinya menggunakan spektronik-20 pada panjang gelombang 720 nm. Aktivitas enzim tripsin dapat dilihat dari banyaknya asam amino yang terbentuk dari hidrolisis 58 enzim tripsin. Kemudian diperoleh nilai absorbansi dari hasil hidrolisis protein, yaitu asam amino. Rincian lengkap prosedur ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada penentuan aktivitas enzim tripsin digunakan satuan mgmL per menit. Penggunaan satuan tersebut berdasarkan rumus penentuan aktivitas enzim tripsin, yaitu absorbansi tabung sampel dikurangi absorbansi tabung kontrol dibagi waktu inkubasi menit dengan suhu inkubasi 37°C. Absorbansi tersebut diperoleh dengan pengukuran sampel menggunakan spektrofotometer. Penggunaan spektrofotometer berdasarkan hukum Lambert-Beer. Menurut Susila Kristianingrum, dkk 2009: 21, 35, hukum Lambert-Beer: A = ε . b . C Keterangan: A = Absorbansi tanpa satuan b = Tebal kuvet 1 cm ε = Koefisien ekstingsi molar molar -1 .cm -1 c = Konsentrasi molar Hukum tersebut menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi akan mengubah absorbansi pada se tiap dengan suatu faktor yang konstan. Dengan demikian, berdasarkan hukum Lambert-Beer dapat dinyatakan absorbansi A sebanding dengan konsentrasi C dari asam amino yang telah dihidrolisis oleh enzim tripsin. Semakin besar absorbansi yang diperoleh, maka semakin besar pula konsentrasi asam amino yang terhidrolisis. Data hasil penentuan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dapat dilihat pada Tabel 8. Penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan lima kali 59 pengulangan, karena enzim tripsin dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Perubahan kondisi dapat mempengaruhi besarnya aktivitas enzim tripsin, sehingga data aktivitas yang terlihat pada Tabel 8 memiliki nilai absorbansi yang berbeda. Berdasarkan kelima data aktivitas enzim tripsin, dapat diketahui rerata aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum sebesar 0,00395 mgmL per menit.

5. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin dengan Penambahan Ion Logam Cu

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TEMBAGA (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING.

1 7 74

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 5 104

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ag+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 22 121

23235 ID pengaruh ion logam fe na dan ca terhadap aktivitas lipase kasar dari kentos kela

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 6

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 7

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10