Logam Tembaga Cu dan Senyawanya

19

b. Inhibitor Irreversibel

Inhibitor irreversibel merupakan jenis penghambatan oleh inhibitor enzim yang tidak dapat balik. Inhibitor ini bersifat merusak suatu gugus fungsional pada molekul enzim. Penggambaran interaksi enzim dengan inhibitor irreversibel dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 10. Inhibitor Irreversibel Penghambatan oleh inhibitor irreversibel ini melekat bukan pada sisi aktif enzim, sehingga enzim akan kehilangan sisi aktifnya Gultom, 2011. Inhibitor irreversibel yang melekat bukan pada sisi aktif utama enzim membentuk ikatan kovalen, sehingga sukar lepas dari enzim irreversibel. Akibatnya, kompleks Enzim-Inhibitor menjadi tidak aktif. Penghambatan ini menyebabkan pengurangan aktivitas katalitik enzim Poedjiadi Supriyanti, 2009.

6. Logam Tembaga Cu dan Senyawanya

Unsur tembaga di alam, dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral. Selain itu, tembaga Cu juga terdapat dalam makanan. Sumber utama tembaga adalah tiram, kerang, kacang-kacangan, sereal, lemon, Inhibitor 20 anggur, apel, pepaya, kelapa, wijen, dan coklat. Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada jenis pipa yang digunakan sebagai sumber air Tull, 1996 . Senyawa yang memiliki nama lain Cuprum dan lambang Cu ini, ternyata tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan jumlahnya di dalam tubuh. Tembaga disebut sebagai mikromineral yang dibutuhkan dalam tubuh organisme karena memiliki peran penting dalam sejumlah proses enzimatik seperti cytochrome oxidase, superoxide dismutase, lysyl oxidase, dopamine hydroxylase dan tyrosinase. Selain itu manfaat tembaga bagi tubuh sebagai komponen dari berbagai enzim yang diperlukan untuk menghasilkan energi, anti oksidasi, sintesa hormon adrenalin, pembentukan jaringan ikat, membantu mengabsorbsi unsur Fe, memelihara fungsi sistem syaraf, sintesis substansi hormon, serta dapat berperan dalam pembentukan Hb dan eritrosit. Tembaga juga memiliki potensi dalam memberikan efek negatif bila masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai ambang batas. Contohnya pada biota laut seperti ikan, yang dapat mengakumulasi tembaga ke dalam organ tubuh ketika mencapai konsentrasi yang membahayakan. Tembaga dapat mengalami bioakumulasi dan menjadi racun bagi organisme yang dibudidayakan. Kelebihan tembaga juga menyebabkan gangguan pada sejumlah proses fisiologis Palar, 1994. Bila seseorang mengalami kekurangan tembaga atau biasa disebut defisiensi, maka orang tersebut akan terkena penyakit osteoporosis, reumatik, radang sendi, kondisi buruk pada saraf, metabolisme menurun, dan juga jantung 21 koroner. Sedangkan untuk seseorang yang mengalami kasus kelebihan dan keracunan tembaga, biasanya mengalami gejala atau menderita penyakit seperti; jaringan lunak dalam tubuh yang terganggu, lambung rusak, sistem pencernaan menjadi buruk diare, anemia, dan juga dapat mengalami gangguan ginjal Tull, 1996. Sebagai logam berat, Cu tembaga berbeda dengan logam-logam berat lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan ke dalam logam berat esensial, yang artinya meskipun beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu, Cu masuk ke dalam logam-logam esensial bagi manusia, seperti besi Fe. Toksisitas yang dimiliki Cu akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi batas Darmono, 2006. Setiap studi toksikologi yang pernah dilakukan terhadap penderita keracunan Cu, hampir semuanya meninjau metabolisme Cu yang masuk ke dalam tubuh secara oral. Berdasarkan studi-studi yang dilakukan di Amerika, disimpulkan bahwa orang-orang Amerika baik secara sengaja ataupun tidak telah mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung Cu sebesar 2-5 mg setiap harinya. Jumlah Cu yang terkonsumsi itu, hampir semuanya dikeluarkan kembali bersama feces. Penyerapan Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi asam yang terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan makanan yang diolah pada lambung, Cu yang ada juga ikut diserap oleh darah Darmono, 2009. Tembaga Cu dalam darah, terdapat dalam 2 bentuk, yaitu Cu + dan Cu 2+ . Apabila jumlah Cu dalam kedua bentuk itu terserap berada dalam jumlah normal, 22 maka sekitar 93 dari serum Cu berada dalam seruloplasma dan 7 lainnya berada dalam fraksi-fraksi albumin dan asam amino. Serum Cu albumin ditransfortasikan ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Cu juga berikatan dengan sel darah merah sebagai eritrocuprein, yaitu sekitar 60 eritrosit-Cu, sedangkan sisanya merupakan fraksi-fraksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa Cu ke dalam hati, dari hati Cu dikirimkan ke dalam empedu, dan dari empedu Cu dikeluarkan kembali ke usus, untuk selanjutnya dibuang melalui feces Tull, 1996. Umumnya tembaga yang sering ditemukan di alam memiliki bilangan oksidasi +2, sedangkan Cu dengan bilangan oksidasi +1 sangat jarang ditemukan, karena hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Ion Cu + struktur elektroniknya adalah [Ar] 3d 10 , namun umumnya Cu membentuk ion Cu 2+ yang memiliki struktur [Ar] 3d 9 . Selain dua keadaan oksidasi tersebut, dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3, tetapi jarang digunakan, misalnya K 3 CuF 6 . Ion kompleks biasanya didefinisikan sebagai kombinasi antara kation pusat dengan satu atau lebih ligan. Ligan adalah sembarang ion atau molekul dalam koordinasi pada ion pusat, misalnya H 2 O, tetapi seringkali air diabaikan di dalam ion kompleks, sehingga pengertian ion kompleks kadang-kadang terbatas untuk selain air Sugiyarto Suyanti, 2010. Dalam bentuk larutan, ion tembaga akan berwarna biru, contohnya heksa- aquotembagaII-[CuH 2 O 6 ] 2+ . Ion hidroksida menggantikan ion hidrogen dari ligan air dan kemudian melekat pada ion tembaga. Setelah ion hidrogen dihilangkan dari dua molekul air, akan memperoleh kompleks tidak bermuatan 23 kompleks netral. Kompleks ini tidak larut dalam air dan akan membentuk endapan Sugiyarto Suyanti, 2010. Senyawa kompleks Cu 2+ lainnya adalah senyawa kompleks CuCl 2 yang mengandung beberapa molekul air dalam bentuk kristalnya. Berikut ini adalah gambar kristal dan larutan CuCl 2 . a b Gambar 11. a Kristal CuCl 2 b Larutan CuCl 2 1 M Senyawa kompleks CuCl 2 larut dalam air. Larutan tersebut berwarna biru, kristal CuCl 2 yang mengikat 2H 2 O hidrat bila dipanaskan ataupun dilarutkan dalam air, senyawa hidratnya akan lepas. Contoh reaksi CuCl 2 sebagai berikut: Sugiyarto Suyanti, 2010. CuCl 2 .2H 2 O s CuCl 2 aq + 2 H 2 O l Cu 2+ + Cl – CuCl 2 aq

7. Penentuan Kadar Protein

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TEMBAGA (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING.

1 7 74

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 5 104

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ag+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 22 121

23235 ID pengaruh ion logam fe na dan ca terhadap aktivitas lipase kasar dari kentos kela

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 6

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 7

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10