Penentuan Kadar Protein Kasein dengan Metode Lowry Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Penambahan Ion Logam Cu

40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia OrganikBiokimia Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNY, diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Penentuan Kadar Protein Kasein dengan Metode Lowry

Penentuan panjang gelombang maksimum kasein dilakukan pada panjang gelombang antara 650 nm hingga 750 nm. Sampel yang digunakan untuk mencari panjang gelombang maksimum adalah kasein 1 mgmL. Pada panjang gelombang 720 nm memiliki absorbansi paling tinggi, yaitu sebesar 1,096, sehingga panjang gelombang maksimumnya adalah 720 nm. Data hasil absorbansi penentuan panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang Gelombang  nm Absorbansi A 650 1,069 660 1,072 670 1,078 680 1,083 710 1,088 700 1,091 710 1,094 720 1,096 730 1,093 740 1,089 750 1,086 41

2. Penentuan Kondisi Optimum Enzim Tripsin

a. Penentuan pH Optimum

Penentuan pH optimum enzim tripsin dilakukan pada suhu 35 o C dan waktu inkubasi 20 menit, sebanyak tiga kali untuk setiap pH dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Penentuan pH Optimum Enzim Tripsin pH Rerata Aktivitas Enzim Tripsin mgmL per menit 7 0,00245 8 0,00598 9 0,00365 Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil aktivitas enzim tripsin tertinggi pada pH 8, sehingga pH 8 ditetapkan sebagai pH optimum enzim tripsin. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada penentuan pH optimum dapat dilihat pada Lampiran 8.

b. Penentuan Suhu Optimum

Penentuan suhu optimum enzim tripsin dilakukan pada pH optimum enzim tripsin yaitu pH 8, waktu inkubasi selama 20 menit dan konsentrasi substrat 10 mgmL. Variasi suhu yang digunakan untuk menentukan suhu optimum enzim tripsin, yaitu 31°C, 33°C, 35°C, 37°C, dan 39°C. Penentuan suhu optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap suhu dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 3. 42 Tabel 3. Hasil Penentuan Suhu Optimum Enzim Tripsin Suhu o C Rerata Aktivitas Enzim Tripsin mgmL per menit 31 0,00185 33 0,00188 35 0,00283 37 0,00526 39 0,00371 Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil aktivitas enzim tripsin tertinggi pada suhu 37°C, sehingga 37°C ditetapkan sebagai suhu optimum enzim tripsin. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada penentuan suhu optimum dapat dilihat pada Lampiran 9.

c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum

Penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin dilakukan pada pH dan suhu optimum enzim tripsin yang telah diperoleh pada prosedur sebelumnya pH 8 dan suhu 37 o C dan dengan konsentrasi substrat 10 mgmL. Variasi waktu inkubasi yang digunakan untuk penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin, yaitu 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit. Waktu inkubasi enzim tripsin dihitung dari penambahan larutan enzim tripsin pada larutan substrat kasein hingga penambahan larutan TCA 10. Penentuan waktu inkubasi optimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap waktu inkubasi dengan hasil rata-rata ditunjukkan pada Tabel 4. 43 Tabel 4. Hasil Penentuan Waktu Inkubasi Optimum Enzim Tripsin Waktu Inkubasi menit Rerata Aktivitas Enzim Tripsin mgmL per menit 10 0,00171 15 0,00291 20 0,00451 25 0,00248 30 0,00178 Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil aktivitas enzim tripsin tertinggi pada waktu inkubasi selama 20 menit, sehingga 20 menit ditetapkan sebagai waktu inkubasi optimum enzim tripsin. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada penentuan waktu inkubasi optimum dapat dilihat pada Lampiran 10.

d. Penentuan Konsentrasi Substrat Optimum

Penentuan konsentrasi substrat optimum dilakukan dengan mengukur absorbansi masing-masing variasi konsentrasi substrat, yaitu 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 mgmL. Penentuan aktivitas enzim tripsin untuk konsentrasi substrat optimum dilakukan pada pH, suhu dan waktu inkubasi optimum yang telah didapat dari prosedur sebelumnya, yaitu pH 8, suhu 37 o C, dan waktu inkubasi selama 20 menit. Penentuan konsentrasi substrat maksimum enzim tripsin dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap konsentrasi dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 5. 44 Tabel 5. Hasil Penentuan Konsentrasi Substrat Optimum Konsentrasi Substrat mgmL Rerata Aktivitas Enzim Tripsin mgmL per menit 2 0,00108 4 0,00168 6 0,00243 8 0,00271 10 0,00296 12 0,00261 Berdasarkan data tersebut, maka diperoleh hasil bahwa aktivitas enzim tripsin dengan substrat kasein tertinggi pada konsentrasi 10 mgmL, sehingga 10 mgmL ditetapkan sebagai konsentrasi substrat optimum enzim tripsin. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada penentuan konsentrasi substrat optimum dapat dilihat pada lampiran 11.

3. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum

Aktivitas optimum adalah keadaan dimana suatu enzim berada pada kondisi optimum untuk mengkatalis reaksi hidrolisis protein, sehingga produk yang dihasilkan akan semakin besar. Kondisi optimum enzim tripsin yang diperoleh, yaitu pH 8, suhu 37 o C, waktu inkubasi 20 menit, dan konsentrasi substrat 10 mgmL. Penentuan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dilakukan sebanyak lima kali pengulangan dengan hasil ditunjukkan pada Tabel 6. 45 Tabel 6. Aktivitas Enzim Tripsin pada Kondisi Optimum Pengukuran ke- Rerata Aktivitas Enzim Tripsin mgmL per menit 1 0,00145 2 0,00165 3 0,00165 4 0,00170 5 0,00180 Rerata 0,00165 Berdasarkan data tersebut, dapat dihitung aktivitas rerata enzim tripsin pada kondisi optimum dengan lima kali pengulangan, yaitu sebesar 0,00165 mgmL per menit. Perhitungan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum dapat dilihat pada Lampiran 12.

4. Penentuan Aktivitas Enzim Tripsin pada Penambahan Ion Logam Cu

2+ Penentuan aktivitas enzim tripsin pada penambahan ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 menggunakan metode Anson. Prosedur ini dilakukan pada kondisi optimum, yaitu pH 8, suhu 37°C, waktu inkubasi 20 menit, dan konsentrasi substrat kasein 10 mgmL. Penambahan ion logam Cu 2+ dalam bentuk CuCl 2 dilakukan pada berbagai variasi konsentrasi, yaitu 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M. Senyawa CuCl 2 yang digunakan untuk penentuan aktivitas enzim tripsin berasal dari kristal CuCl 2 .2H 2 O yang dilarutkan dalam akuades menjadi larutan induk CuCl 2 0,01 M. Larutan induk CuCl 2 0,01 M diencerkan menjadi berbagai konsentrasi 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M. Penentuan aktivitas enzim tripsin dilakukan dengan mencampurkan substrat 46 kasein, enzim tripsin kemudian senyawa CuCl 2 berbagai variasi konsentrasi. Penentuan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan senyawa CuCl 2 dilakukan sebanyak tiga kali untuk setiap konsentrasi dengan hasil rerata aktivitas enzim tripsin ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Aktivitas Enzim Tripsin dengan Penambahan Ion Logam Cu 2+ Konsentrasi Ion Logam Cu 2+ x10 -4 M Rerata Aktivitas Enzim Tripsin mgmL per menit 10 0,001166 15 0,001016 20 0,000917 25 0,000567 30 0,000467 Berdasarkan data tersebut, aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 konsentrasi 0,0010 M; 0,0015 M; 0,0020 M; 0,0025 M; dan 0,0030 M lebih rendah dibandingkan dengan aktivitas enzim tripsin pada kondisi optimum. Hal ini menunjukkan bahwa ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 dapat menghambat aktivitas enzim tripsin. Dengan kata lain ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 bersifat inhibitor terhadap aktivitas enzim tripsin dengan substrat kasein. Perhitungan aktivitas enzim tripsin dengan penambahan ion logam Cu 2+ dalam bentuk senyawa CuCl 2 dapat dilihat pada Lampiran 13. 47

B. Pembahasan 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum dengan sampel kasein 1 mgmL dilakukan pada panjang gelombang 650 nm sampai 750 nm dengan selang panjang gelombang 10 nm. Pada panjang gelombang 720 nm memberikan absorbansi tertinggi yang berarti 720 nm menjadi  maks . Kurva hubungan panjang gelombang dan absorbansi dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Kurva Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang gelombang maksimum untuk protein dengan kadar 5- β5 gmL adalah 750 nm. Sedangkan untuk kadar protein yang lebih tinggi, panjang gelombang maksimumnya adalah 500 nm Gultom Sulistyowati, 2012: 32-33. Berdasarkan Gambar 13, panjang gelombang maksimum maks dicapai pada 720 nm dengan absorbansi sebesar 1,096 pada konsentrasi kasein sebesar 1 mgmL. Kadar protein dalam kasein sekitar 2,5 – 4,0 Chandra, 2011. Absorbansi yang baik menurut teori UV-Vis, yaitu 0,2 – 0,8. Berdasarkan kurva penentuan panjang gelombang maksimum, konsentrasi kasein yang digunakan sebesar 1 mgmL dan diperoleh absorbansi di atas standar, misalnya 1,072 pada panjang gelombang 660 nm. Seharusnya penentuan panjang gelombang 650; 1.069 660; 1.072 670; 1.078 680; 1.083 690; 1.088 700; 1.091 710; 1.094 720; 1.096 730; 1.093 740; 1.089 750; 1.086 1.065 1.070 1.075 1.080 1.085 1.090 1.095 1.100 600 650 700 750 800 A b sor b an si  nm

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi (Fe) Dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Ssa)

7 136 74

Analisis Kandungan Ion Besi (Fe3+) Dan Ion Tembaga (Cu2+), Total Padatan Terlarut (TDS) Dan Total Padatan Tersuspensi (TSS) Di Dalam Air Sumur Bor Di Sekitar Kawasan Industri Medan

0 38 64

OPTIMASI KONDISI PROSES ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TEMBAGA (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING.

1 7 74

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 5 104

PENGARUH PENAMBAHAN ION LOGAM Ag+ TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN.

2 22 121

23235 ID pengaruh ion logam fe na dan ca terhadap aktivitas lipase kasar dari kentos kela

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 6

Pengaruh Penambahan Ion Logam Fe2+, Zn2+, Cu2+ dan Ion NH4+ Terhadap Aktivitas Ekstrak Kasar Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 7

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 8

Pengaruh penambahan ion logam Hg2+, Al3+, Sn2+, dan Ni2+ terhadap aktivitas enzim selulase yang berasal dari Bacillus subtilis SF01 - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10