50
enzim akan rusak dan menyebabkan proses denaturasi yang mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Berdasarkan Gambar 15, pada pH 9 aktivitas enzim
tripsin lebih rendah dibandingkan pH 8, hal ini dikarenakan enzim tripsin telah mengalami denaturasi akibat pH yang tidak sesuai yang ditunjukkan dengan
terjadinya penggumpalan atau pengendapan protein yang semula larut. Pada pH 7 dan 9, enzim tripsin mengalami pengendapan yang dilihat dari keadaan larutan
yang menjadi keruh, berbeda dengan enzim tripsin pada pH 8 larutan bening. Denaturasi terjadi akibat suatu kondisi yang tidak sesuai dengan enzim, sehingga
menyebabkan enzim mengalami kerusakan sifat-sifat struktural, seperti putusnya ikatan hidrogen yang menyusun protein.
b. Penentuan Suhu Optimum
Suhu dapat mempengaruhi reaksi katalitik enzim. Pada setiap kenaikan suhu 10°C kecepatan reaksi hampir semua enzim meningkat dua kali lebih cepat.
Protein enzim akan terdenaturasi pada kisaran suhu 40 - 70°C dan menyebabkan hilangnya aktivitas enzim.
Suhu optimum adalah suhu pada saat laju reaksi enzim paling tinggi mengubah substrat. Selain itu, suhu optimum merupakan hasil kesetimbangan
antara laju kenaikan dan laju perusakan enzim. Suhu optimum aktivitas enzim diukur dengan menghitung banyaknya substrat yang diubah dalam jangka waktu
tertentu pada suhu yang berbeda. Suhu optimum enzim pada umumnya berada pada kisaran suhu 30 - 40°C. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka digunakan
variasi suhu enzim tripsin berturut-turut 31°C, 33°C, 35°C, 37°C, dan 39°C untuk menentukan suhu optimum enzim tripsin. Dalam penentuan aktivitas enzim tripsin
51
digunakan pH optimum yang diperoleh dari penentuan pH optimum sebelumnya, yaitu pH 8, sedangkan waktu inkubasi dilakukan selama 20 menit. Kurva
hubungan antara suhu dengan aktivitas enzim tripsin disajikan pada Gambar 16.
Gambar 16. Kurva Hubungan antara Suhu dengan Aktivitas Enzim Tripsin Berdasarkan Gambar 16, dapat diketahui bahwa enzim tripsin memiliki
suhu optimum 37°C dimana aktivitasnya paling besar, yaitu 0,00526 mgmL per menit. Aktivitas yang besar menghasilkan lebih banyak produk, konformasi enzim
stabil, dan reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan paling besar. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein namun tidak akan
mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik
molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu, bentuk protein yang
terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, semakin tidak teratur maka
entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi.
31; 0,00185 33; 0,00188 35; 0,00283
37; 0,00526
39; 0,00438 0,001
0,002 0,003
0,004 0,005
0,006
30 32
34 36
38 40
A kti
v itas
mg mL
p e
r mnt
Suhu
o
C
52
Selama proses kenaikan suhu hingga 37°C, aktivitas semakin meningkat, karena pada suhu tinggi reaksi akan berlangsung lebih cepat. Penurunan aktivitas
enzim tripsin terjadi pada suhu 39°C. Aktivitas enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun menurun. Pada suhu 39
o
C enzim mengalami denaturasi, yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan selama proses inkubasi
meningkat menjadi 39
o
C.
c. Penentuan Waktu Inkubasi Optimum