Status dalam Keluarga Pembahasan

92 untuk bekerja 10,7 lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lansia yang bertempat tinggal di perkotaan. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan Giles, Wang, Cai 2011. Menurut mereka terdapat hubungan yang kuat antara kemampuan penduduk lansia di perkotaan dan pedesaan dalam memenuhi syarat memperoleh pensiun dengan kemungkinan memutuskan untuk bekerja di negara Tiongkok, Indonesia dan Korea. Pengaruhnya lebih kuat di wilayah pedesaan untuk negara Tiongkok dan Indonesia karena jenis pekerjaannya lebih banyak membutuhkan tenaga fisik. Di Tiongkok, hal tersebut menambah perhatian bahwa karakter bekerja tanpa henti oleh penduduk lansia di pedesaan yang dikemukakan oleh Davis-Friedman dalam Giles, Wang dan Cai 2011 masih bersesuaian dalam hubungannya dengan partisipasi kerja penduduk lansia di pedesaan. Di Korea, meskipun jaminan sosial untuk wilayah pedesaan adalah salah satu sasaran dari National Pension Scheme setelah tahun 1988, distribusi kesejahteraan di pedesaan masih belum merata dan mayoritas rumah tangga pedesaan tidak memiliki akses yang memadai pada dana pensiun dan kesejateraan yang memungkinkan mereka untuk berhenti bekerja. Partisipasi kerja penduduk lansia di pedesaan lebih tinggi daripada penduduk lansia yang tinggal di perkotaan turut dilatarbelakangi oleh kesejahteraan yang dapat dijamin oleh jenis pekerjaan yang tersedia di kedua wilayah tersebut. Jenis pekerjaan di sektor informal yang ada di pedesaan Indonesia umumnya adalah bidang pertanian. Kebutuhan fisik 93 yang cukup tinggi di pekerjaan tersebut menyebabkan semakin tua usia semakin sulit bagi penduduk lansia untuk terus melakukan pekerjaannya. Padahal, baik tenaga kerja yang sebelumnya berada di sektor formal maupun informal menjadikan bidang pertanian sebagai salah satu sumber pendapatan utama ketika memasuki usia lanjut. Ditambah lagi dengan hanya 8 penduduk lansia laki-laki dan 3 penduduk lansia perempuan di pedesaan yang memiliki akses ke jaminan pensiun IFLS dalam Giles, Wang, Cai: 2011. Hal tersebut menyebabkan penduduk lansia di pedesaan hanya memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah yang memaksa mereka untuk terus bekerja. Jenis pekerjaan yang tersedia bagi penduduk lansia yang tinggal di perkotaan lebih bervariasi dan lebih sedikit membutuhkan kemampuan fisik yang memadai. Hal tersebut menjadikan keterbatasan fisik yang dimiliki penduduk lansia tidak begitu mengganggu aktivitas kerjanya. Selain itu, tingkat pengangguran yang rendah dan kurangnya tenaga kerja ahli di kondisi ekonomi perkotaan yang terus berkembang menyebabkan penduduk lansia tetap dapat terserap dalam pasar kerja Giles, Wang, Cai: 2011. Oleh karenanya, penduduk lansia tetap bisa meningkatkan kesejahteraannya meskipun sudah tua. Namun demikian, menurut Park Porter dalam Giles, Wang, Cai: 2011 bagi penduduk lansia yang telah hidup permanen di perkotaan, memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif tinggi justru akan menurunkan kemungkinan mereka untuk tetap berada pasar kerja. Dengan kata lain, meskipun penduduk lansia perkotaan memiliki kemudahan