11
Kandungan kimia pepaya meliputi: a. Daun: enzim papain, alkaloid, pseudo-carpaina, glikosid, karposid dan saponin,
sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. b.  Buah:  beta  karoten,  pectin,  d-galaktosa,  l-arabinosa,  papain,  papayotimin
papain, fitokinase. c. Biji: glucoside cacirin dan karpein.
d.  Getah:  papain,  kemokapain,  lisosim,  lipase,  glutamin,  siklotransferase Dalimartha, 2008.
2.2. Inflamasi
Inflamasi didefenisikan sebagai reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera  dan  melibatkan  lebih  banyak  mediator  dibanding  respon  imun  didapat.
Inflamasi  merupakan  respons  fisiologis  terhadap  berbagai  rangsangan  seperti infeksi dan cedera jaringan.Inflamasi dapat berupa inflamasi lokal, sistemik, akut
dan kronis yang menimbulkan kelainan patologis Baratawidjaja, 2010. Petanda  respons  inflamasi  dibagi  menjadi  3  kelompok  yaitu  tanda
makroseluler,  mikroseluler  dan  biomolekuler.  Tanda  makroseluler  berupa kemerahan  rubor,  bengkak  tumor,  panas  calor  dan  sakit  dolor  dan
kehilangan  fungsi  alat  yang  terkena  functio  laesa.  Sesudah  beberapa  menit terjadinya  cedera  jaringan,  ditemukan  vasodilatasi  yang  menghasilkan
peningkatan  volume  darah  di  tempat.Volume  darah  yang  meningkat  di  jaringan dapat menimbulkan perdarahan.Dalam beberapa jam sel leukosit menempel pada
sel endotel di daerah inflamasi dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga  jaringan  yang  disebut  ekstravasasi.  Tanda  biomelekuler  dari  terjadinya
Universitas Sumatera Utara
12
suatu  inflamasi  berupa    peningkatan  berbagai  factor  plasma  seperti immunoglobulin,  komplemen,  sistem  aktivasi  kontak-koagulasi-fibrinolitik,
interleukin, tumor necrosis factor, dan berbagai molekul lainnya. Inflamasi akut pada umumnya berlangsung dengan awitan yang cepat dan
berlangsung sebentar. Inflamasi akut disertai dengan reaksi sistemik yang disebut dengan  respon  fase  akut.  Pada  respon  fase  akut  terjadi  perubahan  cepat  dalam
kadar  beberapa  protein  dalam  darah.  Inflamasi  akut  merupakan  respon  khas imunitas nonspesifik.
Sel-sel  sistem  imun  nonspesifik  seperti  neutrophil,  sel  mast,  basophil, eosinophil  dan  makrfage  jaringan  berperan  dalam  inflamasi.Sel-sel  tersebut
diproduksi  dan  disimpan  sementara  sebagai  persediaan,  masa  hidup  tidak  lama dan jumlah yang diperlukan pada daerah inflamasi dipertahankan oleh influks sel-
sel baru. Neutrofil  merupakan  sel  utama  pada  inflamasi  akut,  bermigrasi  ke
jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan  peningkatan  produksi  neutrofil  dalam  sumsum  tulang.Orang  dewasa
normal  memproduksi  lebih  dari  10
10
neutrofil  perhari  tetapi  pada  inflamasi  dapat meningkat  sampai  10  kali  lipat.  Pada  inflamasi  akut,  neutrofil  dalam  sirkulasi
dapat  meningkat  dengan  segera  dari  5000  µl  sampai  30000  µl.  Peningkatan tersebut disebabkan oleh migrasi neutrofil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum
tulang dan persediaan marginal intravaskular. Pada penelitian ini karena keterbatasan  dana yang ada, maka hanya akan
meneliti  dari  sisi mikroseluler  saja,  yaitu  berupa  jumah  leukosit  dan  hitung  jenis leukosit.
Universitas Sumatera Utara
13
Mekanisme terjadinya  inflamasi
Terjadinya  inflamasi  adalah  reaksi  setempat  dari  jaringan  atau  sel  terhadap suatu  rangsang  atau  cedera.  Proses  terjadinya  inflamasi  dapat  dibagi  dalam  dua
fase: a.
Perubahan vaskular Respon  vaskular  pada  tempat  terjadinya  cedera  merupakan  suatu  yang
mendasar  untuk  reaksi  inflamasi  akut.Perubahan  ini  meliputi  perubahan  aliran darah  dan  permeabilitas  pembuluh  darah.  Perubahan  aliran  darah  karena  terjadi
dilatasi  arteri  lokal  sehingga  terjadi  pertambahan  aliran  darah  hypermia  yang disusul  dengan  perlambatan  aliran  darah.  Akibatnya  bagian  tersebut  menjadi
merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah  dengan  cara  menempel.  Dinding  pembuluh  menjadi  longgar  susunannya
sehingga  memungkinkan  sel  darah  putih  keluar  melalui  dinding  pembuluh.  Sel darah  putih  bertindak  sebagai  sistem  pertahanan  untuk  menghadapi  serangan
benda-benda asing. b. Pembentukan cairan inflamasi
Peningkatan  permeabilitas  pembuluh  darah  disertai  dengan  keluarnya  sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah
yang  menjadi  dasar  terjadinya  pembengkakan.  Pembengkakan  menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit
Cara  kerja  AINS  sebagian  besar  berdasarkan  hambatan  sintesis prostaglandin,  dimana  kedua  jenis  cyclooxygenase  diblokir.  AINS  yang  ideal
diharapkan  hanya  menghambat  COX  II  peradangan  dan  tidak  COX  I
Universitas Sumatera Utara
14
perlindungan mukosa lambung, juga menghambat lipooxygenase pembentukan leukotrien.
Fenomena  inflamasi  meliputi  kerusakan  mikrovaskular,  meningkatnya permeabilitas  kapiler  dan  migrasi  leukosit  ke  jaringan  radang.  Gejala  umum
proses inflamasi yang sudah dikenal yaitu, kolor, rubor,tumor, dolor, dan function laesa.  Selama  proses  inflamasi  terjadi  banyak  mediator  kimia  yang  dilepaskan
secara  lokal  antara  lain  histamine,  5-hidroksitriptamin  5-HT,  faktor  kemotatik, bradikinin, leukotrien, dan PG Baratawidjaja, 2010.
Gambar 2.1.  Skema proses terjadinya inflamasi akut
Universitas Sumatera Utara
15
Gambar 2.2. Skema terjadinya inflamasi Biocarta, 2013
Mediator inflamasi
Gejala  inflamasi  akut  ditandai  dengan  penglepasan  berbagai  macam mediator  sel  mast  setempat  histamin  dan  bradikinin.  Kejadian  ini  disertai
aktivasi  komplemen  dan  sistem  koagulasi.  Sel  endotel  dan  sel-sel  inflamasi masing-masing melepas mediator yang menimbulkan efek sistemik seperti panas,
neutrofilia dan protein fase akut.. Inflamasi  akut  berhubungan  dengan  produksi  sitokin  proinflamasi  seperti
IL-1,  IL-6,  dan  IL-8.      Sitokinin  merangsang  hati  untuk  membentuk  sejumlah protein yang disebut protein fase akut yang terdiri atas a1-antitripsin, komplemen
C3 dan C4, CRP, fibrinogen, dan haptoglobin. Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator dari jaringan yang rusak dan
migrasi  sel.  Mediator  kimiawi  spesifik  bervariasi  dengan  tipe  peradangan
Universitas Sumatera Utara
16
inflamasi diantaranya adalah histamin, bradikinin, prostaglandin dan interleukin. Histamin  merupakan  mediator  pertama  yang  dilepaskan  dari  sekian  banyaknya
mediator  lain  dan  segera  muncul  dalam  beberapa  detik  yang  menyebabkan peningkatan  permeabilitas  kapiler.    Bradikinin  dan  kalidin  bereaksi  lokal
menimbulkan  rasa  sakit,  vasidilatasi,  meningkatkan  permeabilitas  kapiler  dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin.
Asam  arakhidonat  merupakan  prekursor  dari  sejumlah  besar  mediator inflamasi.  Senyawa  ini  merupakan  komponen  utama  lipid  seluler  dan  hanya
terdapat  dalam  keadaan  bebas  dengan  jumlah  kecil  yang  sebagian  besar  berada dalam  bentuk  fosfolipid  membran  sel.  Bila  membran  sel  mengalami  kerusakan
oleh  suatu  rangsangan  kimiawi,  fisis  atau  mekanis,  maka  enzim  fosfolipase  A2 diaktivasi untuk mengubah fosfolipida tersebut menjadi asam arakhidonat.
Sebagai  penyebab  inflamasi,  prostaglandin  PG  bekerja  lemah,  berpotensi kuat  setelah  bergabung  dengan  mediator  atau  substansi  lain  yang  dibebaskan
secara  lokal  seperti  histamin,  serotinin,  atau  leukotrien.  Prostaglandin  mampu menginduksi vasodilatasi pembuluh darah dalam beberapa menit dan terlibat pada
terjadinya nyeri, inflamasi dan demam.
2.3. Leukosit