Inflamasi Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar,SpFK 3. Prof. Dr. Urip Harahap,Apt

11 Kandungan kimia pepaya meliputi: a. Daun: enzim papain, alkaloid, pseudo-carpaina, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. b. Buah: beta karoten, pectin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, fitokinase. c. Biji: glucoside cacirin dan karpein. d. Getah: papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, siklotransferase Dalimartha, 2008.

2.2. Inflamasi

Inflamasi didefenisikan sebagai reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respon imun didapat. Inflamasi merupakan respons fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera jaringan.Inflamasi dapat berupa inflamasi lokal, sistemik, akut dan kronis yang menimbulkan kelainan patologis Baratawidjaja, 2010. Petanda respons inflamasi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu tanda makroseluler, mikroseluler dan biomolekuler. Tanda makroseluler berupa kemerahan rubor, bengkak tumor, panas calor dan sakit dolor dan kehilangan fungsi alat yang terkena functio laesa. Sesudah beberapa menit terjadinya cedera jaringan, ditemukan vasodilatasi yang menghasilkan peningkatan volume darah di tempat.Volume darah yang meningkat di jaringan dapat menimbulkan perdarahan.Dalam beberapa jam sel leukosit menempel pada sel endotel di daerah inflamasi dan bermigrasi melewati dinding kapiler masuk ke rongga jaringan yang disebut ekstravasasi. Tanda biomelekuler dari terjadinya Universitas Sumatera Utara 12 suatu inflamasi berupa peningkatan berbagai factor plasma seperti immunoglobulin, komplemen, sistem aktivasi kontak-koagulasi-fibrinolitik, interleukin, tumor necrosis factor, dan berbagai molekul lainnya. Inflamasi akut pada umumnya berlangsung dengan awitan yang cepat dan berlangsung sebentar. Inflamasi akut disertai dengan reaksi sistemik yang disebut dengan respon fase akut. Pada respon fase akut terjadi perubahan cepat dalam kadar beberapa protein dalam darah. Inflamasi akut merupakan respon khas imunitas nonspesifik. Sel-sel sistem imun nonspesifik seperti neutrophil, sel mast, basophil, eosinophil dan makrfage jaringan berperan dalam inflamasi.Sel-sel tersebut diproduksi dan disimpan sementara sebagai persediaan, masa hidup tidak lama dan jumlah yang diperlukan pada daerah inflamasi dipertahankan oleh influks sel- sel baru. Neutrofil merupakan sel utama pada inflamasi akut, bermigrasi ke jaringan dan puncaknya terjadi pada 6 jam pertama. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan peningkatan produksi neutrofil dalam sumsum tulang.Orang dewasa normal memproduksi lebih dari 10 10 neutrofil perhari tetapi pada inflamasi dapat meningkat sampai 10 kali lipat. Pada inflamasi akut, neutrofil dalam sirkulasi dapat meningkat dengan segera dari 5000 µl sampai 30000 µl. Peningkatan tersebut disebabkan oleh migrasi neutrofil ke sirkulasi yang berasal dari sumsum tulang dan persediaan marginal intravaskular. Pada penelitian ini karena keterbatasan dana yang ada, maka hanya akan meneliti dari sisi mikroseluler saja, yaitu berupa jumah leukosit dan hitung jenis leukosit. Universitas Sumatera Utara 13 Mekanisme terjadinya inflamasi Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsang atau cedera. Proses terjadinya inflamasi dapat dibagi dalam dua fase: a. Perubahan vaskular Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar untuk reaksi inflamasi akut.Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah hypermia yang disusul dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda asing. b. Pembentukan cairan inflamasi Peningkatan permeabilitas pembuluh darah disertai dengan keluarnya sel darah putih dan protein plasma ke dalam jaringan disebut eksudasi. Cairan inilah yang menjadi dasar terjadinya pembengkakan. Pembengkakan menyebabkan terjadinya tegangan dan tekanan pada sel syaraf sehingga menimbulkan rasa sakit Cara kerja AINS sebagian besar berdasarkan hambatan sintesis prostaglandin, dimana kedua jenis cyclooxygenase diblokir. AINS yang ideal diharapkan hanya menghambat COX II peradangan dan tidak COX I Universitas Sumatera Utara 14 perlindungan mukosa lambung, juga menghambat lipooxygenase pembentukan leukotrien. Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala umum proses inflamasi yang sudah dikenal yaitu, kolor, rubor,tumor, dolor, dan function laesa. Selama proses inflamasi terjadi banyak mediator kimia yang dilepaskan secara lokal antara lain histamine, 5-hidroksitriptamin 5-HT, faktor kemotatik, bradikinin, leukotrien, dan PG Baratawidjaja, 2010. Gambar 2.1. Skema proses terjadinya inflamasi akut Universitas Sumatera Utara 15 Gambar 2.2. Skema terjadinya inflamasi Biocarta, 2013 Mediator inflamasi Gejala inflamasi akut ditandai dengan penglepasan berbagai macam mediator sel mast setempat histamin dan bradikinin. Kejadian ini disertai aktivasi komplemen dan sistem koagulasi. Sel endotel dan sel-sel inflamasi masing-masing melepas mediator yang menimbulkan efek sistemik seperti panas, neutrofilia dan protein fase akut.. Inflamasi akut berhubungan dengan produksi sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, dan IL-8. Sitokinin merangsang hati untuk membentuk sejumlah protein yang disebut protein fase akut yang terdiri atas a1-antitripsin, komplemen C3 dan C4, CRP, fibrinogen, dan haptoglobin. Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator dari jaringan yang rusak dan migrasi sel. Mediator kimiawi spesifik bervariasi dengan tipe peradangan Universitas Sumatera Utara 16 inflamasi diantaranya adalah histamin, bradikinin, prostaglandin dan interleukin. Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dari sekian banyaknya mediator lain dan segera muncul dalam beberapa detik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Bradikinin dan kalidin bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasidilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin. Asam arakhidonat merupakan prekursor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada dalam bentuk fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisis atau mekanis, maka enzim fosfolipase A2 diaktivasi untuk mengubah fosfolipida tersebut menjadi asam arakhidonat. Sebagai penyebab inflamasi, prostaglandin PG bekerja lemah, berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lain yang dibebaskan secara lokal seperti histamin, serotinin, atau leukotrien. Prostaglandin mampu menginduksi vasodilatasi pembuluh darah dalam beberapa menit dan terlibat pada terjadinya nyeri, inflamasi dan demam.

2.3. Leukosit