19
segmen,  sedang  pada  orang  dewasa  kebalikannya.  Hitung  jenis  leukosit  juga bervariasi  dari  satu  sediaan apus  ke  sediaan  lain,  dari  satu  lapangan  ke lapangan
lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15. Bila pada hitung jenis leukosit,  didapatkan  eritrosit  berinti  lebih  dari  10  per  100  leukosit,  maka  jumlah
leukosit   l perlu dikoreksi.
2.5 Obat-obat Anti-Inflamasi
Obat-obat inflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau merangsang peradangan. Obat anti-inflamasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
Steroida dan NSAID
Obat Anti- Inflamasi golongan Steroida
Glukokortikoid  mempunyai  potensi  efek  antiinflamasi  dan  pertama  kali dipublikasikan,  dianggap  jawaban  terakhir  dalam  pengobatan  peradangan.
Sayangnya,  toksisitas  yang  berat  sehubungan  dengan  terapi  kortikosteroid  kronis mencegah pemakaiannya kecuali untuk mengontrol pembengkakan akut penyakit
sendi Katzung, 2009. Glukokortikoid  mempunyai  efek  mengurangi  peradangan  yang  disebabkan
karena  efeknya  terhadap  konsentrasi,  distribusi  dan  fungsi  leukosit  perifer  serta penghambatan  aktivitas  fosfolipase  A2.  Setelah  pemberian  dosis  tunggal
glukokortikoid  bekerja  singkat  dengan  konsentrasi  neutrofil  meningkat  yang menyebabkan pengurangan jumlah sel pada daerah peradangan Katzung, 2009.
Efek glukokortikoid
berhubungan dengan
kemampuannya untuk
merangsang  biosintesis  protein  lipomodulin  yang  dapat  menghambat  kerja enzimatik  fosfolipase,  suatu  enzim  yang  bertanggung  jawab  terhadap  pelepasan
Universitas Sumatera Utara
20
asam  arakhidonat  dan  metabolitnya  seperti  prostaglandin  PG,  leukotrin  LT, prostasiklin dan tromboksan. Glukokortikoid dapat memblok jalur siklooksigenase
dan  lipooksigenase,  sedangkan  NSAID  Non-Steroid  Antiinflammatory  Drugs hanya memblok jalur siklooksigenase Katzung, 2009.
Efek  glukokortikoid  pada  arthritis  rheumatoid  bersifat  segera.  Contoh senyawa  yang  termasuk  golongan  ini  adalah  hidrokortison,  prednisolon,
betametason, triamsinolon dan sebagainya Katzung, 2009.
Obat Anti-Inflamasi golongan Non Steroid
Obat-obat  AINS  terbagi  dalam  beberapa  golongan  berdasarkan  struktur kimianya,  perbedaan  kimiawi  ini  menyebabkan  luasnya  batas-batas  sifat
farmakokinetiknya.  Obat  ini  efektif  untuk  peradangan  akibat  trauma  pukulan, benturan,  kecelakaan  juga  setelah  pembedahan,  atau  pada  memar  akibat  olah
raga.  Obat  ini  dipakai  pula  untuk  mencegah  pembengkakan  bila  diminum  sedini mungkin  dalam  dosis  yang  cukup  tinggi  Tjay,  2002.  Obat-obat  anti-inflamasi
non  steroid  AINS  terutama  bekerja  dengan  jalan  menghambat  enzim siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase Mycek, 2001.
Obat-obat  antiinflamasi  non  steroid  AINS  merupakan  suatu  kelompok obat  yang  secara  kimia  tidak  sama,  berbeda  aktivitas  antipiretik,  analgesik  dan
antiinflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase.  Aspirin  adalah  prototipe  dari  kelompok    ini  yang  paling  umum
digunakan Mycek, 2001. Aktivitas antiinflamasi obat AINS mempunyai mekanisme kerja yang sama
dengan aspirin terutama bekerja melalui penghambatan biosintesis prostaglandin.
Universitas Sumatera Utara
21
Tidak  seperti  aspirin,  obat-obat  ini  adalah  penghambat  siklooksigenase  yang reversibel.  Selektivitas  terhadap  COX  I  dan  COX  II,  bervariasi  dan  tak  lengkap.
Misalnya  aspirin,  indometasin,  piroksikam  dan  sulindak  dianggap  lebih  efektif menghambat  COX  I,  metabolit  aktif  nabumeton  sedikit  lebih  selektif  terhadap
COX  II.  Dari  obat  AINS  yang  tersedia,  indomethacin  dan  diklofenak  dapat mengurangi sintesis baik prostaglandin maupun leukotrin Katzung, 2009. Obat-
obat  antiinflamasi  non  steroid  adalah  ibuproven,  indomethacin,  ketorolak, naporekson dan sebagainya.
Indomethacin
Indomethacin merupakan derivat indol asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak  1963  untuk  pengobatan  arthritis  remathoid  dan  sejenisnya.  Indomethacin
memiliki  efek  antiinflamasi  dan  analgesik-antipiretik  yang  kira-kira  sebanding dengan  aspirin.  Telah  terbukti  bahwa  indomethacin  memiliki  efek  analgesik
perifer maupun
sentral. In
vitro indomethacin
menghambat enzim
siklooksigenase. Obat ini merupakan penghambat sintesis prostaglandin terkuat dan diabsorpsi
dengan  baik  setelah  pemberian  oral  dan  sebagian  besar  terikat  dengan  protein plasma Katzung, 2009.
Indomethacin  dipilih  sebagai  kontrol  positif  sebagai  obat  antiinflamasi untuk  dibandingkan  efeknya  terhadap  ekstrak  metanol  dan  n-heksan  dari  daun
pepaya.  Hal  ini  disebabkan  karena  indomethacin  telah  mempunyai  profil farmakologi  yang  lengkap,  dan  telah  sering  digunakan  sebagai  standar  dalam
penelitian-penelitian untuk menguji efek antiinflamasi suatu zat.
Universitas Sumatera Utara
22
Gambar 2.3.  Struktur Molekul Indomethacin Absorbsi  dari  usus  baik  dan  cepat,  secara  rektal  sangat  tergantung  dari  basis
suppositoria  yang  digunakan.Kira-kira  92-99  Indomethacin  terikat  protein plasma.    Waktu  paruh  plasma  kira-kira  2-4  jam.  Ekskresi  berlangsung  separuh
sebagai glukoronida dengan kemih, separuh dengan tinja. Efek-efek  samping    indomethacin  tergantung  dosis,  antara  lain  gangguan
lambung  dan  usus,  perdarahan  akut  juga  pada  perdarahan  rektal,  dan  efek ulcerogen,  begitu  pula  efek-efek  terhadap  susunan  saraf  pusat  dengan  nyeri
kepala, pusing, tremor, dan depresi.
2.6. Karagenan