Upaya pencegahan terhadap keluhan atau masalah menopause yang dilakukan pada tingkat pelayanan dasar adalah pemeriksaan alat kelamin wanita
bagian luar seperti liang dan leher rahim untuk melihat adanya kelainan yang mungkin timbul seperti lecet, keputihan, pertumbuhan abnormal atau adanya benjolan
dan tanda radang, melakukan papsmear untuk melihat adanya tanda radang dan deteksi dini terhadap kemungkinan adanya kanker pada saluran reproduksi,
melakukan perabaan payudara; ketidakseimbangan hormon yang terjadi akibat penurunan kadar hormon estrogen, dapat menimbulkan pembesaran atau tumor
payudara, hal ini juga dapat terjadi pada pemberian hormon pengganti untuk mengatasi masalah kesehatan akibat menopause, perabaan payudara sendiri atau
SADARI pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan secara teratur untuk menentukan tumor payudara sedini mungkin, penggunaan bahan makanan yang
mengandung unsur fito-estrogen yang dapat menggantikan penurunan hormon estrogen seperti mengkonsumsi kacang kedelai, pepaya, semanggi merah,
penggunaan bahan makanan sumber kalsium susu, yoghurt, keju, teri, menghindari makanan yang mengandung banyak lemak, kopi dan alkohol Pusdiknakes, 2006.
2.2. Aktivitas Seksual
Aktivitas seksual merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual
melalui beberapa prilaku, misalnya berfantasi, masturbasi, nonton atau membaca buku pornografi, cium pipi, cium bibir, petting dan hubungan seks Ingrid,2001.
Universitas Sumatera Utara
Banyak wanita setelah menopause ragu melakukan aktivitas seksual, padahal membiarkan menopause menjadi penghalang dalam melakukan aktivitas seksual
adalah hal yang salah, inilah yang menjadi penyebab wanita menopause kehilangan kemampuan dalam fungsi dan kenerja seksualnya bersama pasangan. Melakukan
aktivitas seksual pada usia premenopause atau menopause tidak menjadi kendala, wanita tidak perlu khawatir akan kehamilan, justru pada masa itu aktivitas seksual
merupakan rekreasi, relasi dan ekspresi cinta suami istri Sitepoe, 2008. Seksualitas pada wanita menopause menjadi isu yang penting sejak dahulu
sampai sekarang. Secara teori telah diakui bahwa seksualitas adalah hal yang penting, namun tidak diikuti oleh tindakan dalam kehidupan kesehariannya. Bagi wanita
menopause, sentuhan pada malam hari, mendengar irama jantung suami dan percakapan terbuka ditempat tidur merupakan hal yang penting dilakukan, karena
mampu meningkatkan keintiman dan meningkatkan komunikasi dengan pasangan. Hubungan seksual dalam keluarga merupakan puncak keharmonisan dan kebahagian,
oleh karena itu kedua belah pihak harus dapat menikmatinya bersama. Ketidakpuasan seks dapat menimbulkan perbedaan pendapat, perselisihan dan akhirnya menjadi
penyebab perceraian, itulah sebabnya seksualitas harus dibicarakan secara terbuka
sehingga tidak mengecewakan kedua belah pihak Manuaba dkk, 2009.
Pada tahun-tahun dimana seorang wanita mengalami menopause, wanita mungkin akan mengalami perubahan dalam kehidupan seksualitasnya. Aktivitas
seksual selama menopause sangat bervariasi, tergantung pada pembinaan. Wanita yang memiliki kesempatan berhubungan seksual dengan pasangannya secara teratur
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan stabilitas perilaku seksual pada masa menopause, hanya 25 dari jumlah wanita menopause yang pergi konsultasi pada dokter untuk mengeluh
mengenai seksual masa menopause. Beberapa wanita mengatakan mereka lebih menikmati seks setelah mereka tidak perlu khawatir akan terjadinya kehamilan dan
mereka mengatakan tidak pernah merasa kehidupan seksualitasnya sepositif seperti masa menopause ini, tapi ada pula yang merasa bahwa tubuhnya tidak handal lagi
sehingga aktivitas seksualnya tidak mantap lagi, alasan utama adalah karena muncul perubahan fisik, perubahan organ reproduksi dan juga perubahan psikis yang
memegang peranan penting pada perilaku seksualitas wanita menopause Sitepoe, 2008.
Menurut Ebersole dan Hess 1981 seksualitas merupakan ungkapan cinta, kehangatan, saling berbagi, sentuhan maupun hal yang menyentuh antara manusia,
bukan hanya tindakan fisik berupa hubungan seksual. Seksulitas dapat mengandung arti apa saja yang dapat memberikan kenikmatan seksual atau kesenangan,
kegembiraan dan kenyamanan. Menurut konferensi APNET Asia Pasifik Networks for Sosial Health di Cepu, Filiphina 1996 mengatakan seksualitas adalah ekspresi
seksual seseorang yang secara sosial dianggap dapat diterima serta mengandung aspek-aspek kepribadian yang luas dan mendalam. Seksualitas merupakan gabungan
dari perasaan dan perilaku seseorang yang tidak hanya didasari pada ciri seks secara biologis, tetapi juga merupakan satu aspek kehidupan manusia yang tidak dapat
dipisahkan dari aspek kehidupan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
Seksualitas adalah konsep terpadu yang meliputi kemampuan fisik seseorang dalam menerima rangsangan dan kenikmatan seksual serta pembentukan identitas
seksual dan gender yang melekat pada perilaku seksual yang dipahami oleh individu maupun masyarakat, jadi seksualitas tidak hanya meliputi konsep biologis tetapi juga
konsep sosial Pusdinakes, 2006. Dalam pengertian seksualitas mempunyai 2 aspek yaitu: 1 Seksualitas dalam arti sempit yang artinya alat kelamin itu sendiri, kelenjar
dan hormon-hormon dalam tubuh yang mempengaruhi bekerjanya alat-alat kelamin, ciri dari anggota –anggota tubuh yang membedakan antara laki-laki dan perempuan,
hubungan kelamin dan proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran. 2 Seksualitas dalam arti luas yaitu segala hal yang terjadi akibat adanya perbedaan jenis kelamin
seperti perbedaan tingkah laku, perbedaan atribut dan perbedaan peran Abineno,1999.
Menurut Mckhann dan Albert.M 2010 respons seksual dibagi dalam tiga fase yaitu: 1 Fase hasrat; hasrat seksual bekerja melalui bagian otak yang disebut
dengan hipotalamus. 2 Fase kenikmatan yaitu kesadaran seksual diawali dengan stimulasi mental. 3 Fase orgasme dimana orgasme bisa bersifat refleks tapi sering
memiliki bahan yang diarahkan otak dan secara sadar. Tujuan seksualitas secara umum adalah meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia dan tujuan secara
khusus adalah sebagai prokreasi yaitu menciptakan atau meneruskan keturunan dan sebagai rekreasi yaitu untuk memperoleh kenikmatan biologis atau seksual.kesehatan
seksualitas adalah integrasi dari somatis badan, emosional, intelektual dan aspek sosial yang dapat memperkaya dan meningkatkan personalitas kepribadian,
Universitas Sumatera Utara
komunikasi dan cinta. kesehatan seksualitas mempunyai empat komponen yaitu 1 Prilaku personal maupun sosial dalam kesepakatan terhadap identitas individu
gender. 2 Kenyamanan dalam berprilaku seksual dan hubungan interpersonal yang efektif serta komitmen untuk hidup bersama antara pria dan wanita sepanjang hidup.
3 Respons terhadap stimulus erotis yang dapat membangkitkan aktivitas seksual yang menyenangkan. 4 Kemampuan untuk dapat mewujudkan prilaku seksual yang
harmonis terhadap seseorang beserta nilainya. Secara psikologis seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis,
perasaan terhadap seksualitas itu sendiri dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual. Dari dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana lingkungan
berpengaruh dalam pembentukan mengenai seksualitas dan prilaku seksualitas, dari dimensi budaya menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat. Perilaku seksual mencakup tindakan-tindakan seksual terhadap orang lain atau diri sendiri yang dapat diamati.
Saat memasuki menopause perempuan dilanda rasa takut karena berhentinya masa subur dan terjadi perubahan organ reproduksi yang juga mengakibatkan
terjadinya perubahan seksualitas. Perubahan fisik masa itu bukan berarti kehidupan seks akan ikut mati. Kekhawatiran terbesar bagi wanita dan pasangan hidupnya
adalah hilangnya keinginan untuk berhubungan intim dengan pasangannya, banyak mitos yang berkata wanita tidak bergairah terhadap seks dan tidak bisa mencapai
kepuasaan seksual, hal ini tidak benar. Bertambahnya usia, maka perilaku seks juga akan berubah, perubahan seksualitas pada wanita menopause berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
penurunan hormon estrogen dan progesteron yang mengakibatkan hubungan intim menimbulkan rasa sakit karena dinding vagina menjadi tipis, namun banyak study
yang mengungkapkan bahwa wanita menopause ternyata memiliki gairah seks tinggi ketimbang mereka yang masih subur dan aktivitas seksual wanita menopause lebih
baik daripada wanita usia subur. Pada wanita menopause aktivitas seksual lebih mementingkan kualitasnya Nugraha. B, 2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keinginan dan kemampuan seks pada wanita setelah klimakterium terus berlanjut, dari 250 orang responden yang berusia
60-93 tahun ada 54 pasangan menikah yang masih aktif secara seksual Suparto, 2006. Survei menemukan fakta lain, dimana kelompok usia paling aktif secara
seksual adalah kelompok umur 31- 45 tahun yaitu 87, usia 18-30 tahun 85, usia 46-54 tahun 74, usia hubungan seksual tidak aktif lagi yaitu pada rentang 55-70
tahun 45 dan diatas 70 tahun 15 Manan, 2010. Menurut Gramegna tahun 1998 dalam Phanjoo tahun 2000 sebuah studi pada
wanita Chili dilaporkan bahwa wanita usia 60 tahun, 40 masih aktif secara seksual. Menurut Hutapea 2005 frekuensi hubungan seksual pada masa lansia memang
mengalami penurunan dari 4 kali seminggu pada usia 25 tahun menjadi sekali seminggu pada usia 50 tahun, tiga kali sebulan pada usia 70 tahun dan sekali sebulan
pada usia 75 sampai 79 tahun. Hasil penelitian Melaniani tahun 2007 di Kelurahan Renon Kecamatan
Denpasar Selatan dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas seksual pada wanita perimenopause terhadap 77 responden yang berumur 45-55 tahun
Universitas Sumatera Utara
dengan desain penelitian observasional, penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional didapatkan hasil rata-rata usia wanita yang telah
mengalami menopause sebesar 57,1 yaitu pada usia 50 tahun, perubahan yang paling banyak dialami oleh responden adalah perubahan fisik yaitu ketidakteraturan
siklus haid sebesar 78.0 dan perubahan psikologis dalam bentuk cepat marah dan tersinggung sebesar 49,4, untuk aktivitas seksual, ketertarikan responden terhadap
pasangannya sebahagian besar diungkapkan dengan cara memegang tangan dan membelai sebesar 40,3 dan melakukan aktivitas seksual secara teratur dengan
frekuensi 1 x seminggu sebesar 61. Hasil penelitian pada faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual, responden yang tidak bekerja dan aktivitas
seksualnya masih aktif sebesar 58,6 sedangkan responden yang bekerja dan aktivitas seksualnya masih aktif sebesar 77,1, responden yang tidak memakai alat
kontrasepsi dan aktivitas seksualnya masih aktif sebesar 100 sedangkan responden yang memakai alat kontrasepsi dan aktivitas seksualnya masih aktif sebesar 69,9,
responden yang masih memiliki anak hidup dan aktivitas seksualnya masih aktif sebesar 71,1, responden yang tidak memiliki anak hanya sebesar 1,3, kesiapan
renponden menghadapi menopausenya baik dan aktivitas seksualnya masih aktif sebesar 82 dan responden yang kurang siap dalam menghadapi menopause dan
aktivitas seksualnya masih aktif sebesar 57,1, perubahan fisik yang dialami responden dalam batas tidak wajar dan aktivitas seksual masih aktif sebesar 36,4
dan aktivitas seksual kurang aktif sebesar 13,6, responden dengan perubahan fisik masih dalam batas wajar dengan aktivitas seksual masih aktif 83,6 dan aktivitas
Universitas Sumatera Utara
seksual kurang aktif 5,5. Perubahan psikologis yang dialami responden dalam tidak batas wajar dengan aktivitas seksual masih aktif sebesar 36,4 dan aktivitas kurang
aktif sebesar 13,6, untuk perubahan psikologi masih dalam batas wajar dengan aktivitas seksual masih aktif sebesar 83,6 dan aktivitas seksual kurang aktif sebesar
5,5. Hasil analisis dengan uji regresi ordinal ternyata variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap aktivitas seksual wanita usia 45-55 tahun pada masa menopause
hanya variabel perubahan fisik dengan signifikasi p 0,05 dimana nilai p=0,017. Dua faktor yang mempengaruhi aktivitas seksual pada wanita menopause
adalah: 1 Faktor internal yaitu perubahan berupa kemunduran fisik yang khususnya berkaitan dengan hormon seks yang memberikan pengaruh pada stimulasi sensori dan
aliran darah akibat penurunan hormon estrogen seperti penurunan lubrinasi vagina, dinding vagina menjadi tipis dan mudah teriritasi, penurunan aktivitas seksual pada
wanita menopause juga dapat disebabkan karena penyakit yang diderita dan perubahan psikologis seperti kesepian, depresi, merasa tidak pantas berpenampilan
untuk menarik perhatian pasangannya. 2 Faktor eksternal berupa kebudayaan yang berkembang di masyarakat yang mengganggap bahwa wanita menopause tidak layak
lagi dilakukan sehingga memberikan dampak penurunan aktivitas seksual Darmojo dan Martono, 2006.
Menurut Mulyani 2013 hilangnya gairah seksual secara jangka panjang terjadi pada sejumlah wanita selama dan sesudah menopause, penyebab hilangnya
gairah seksual pada perempuan menopause atau penurunan libido disebabkan oleh beberapa faktor: 1 Depresi stres ketika wanita sudah tidak haid lagi, rasa depresi
Universitas Sumatera Utara
selalu timbul dengan interval waktu yang tetap. Perasaan depresi itu biasanya tiba bersamaan dengan datangnya siklus menstruasi setiap bulannya. Depresi tersebut
timbul berupa bentuk kekecewaan hati seorang wanita karena dirinya sudah tidak lagi mengalami menstruasi dan merasa kurang lengkap dirinya sebagai seorang wanita.
2 Kelelahan; pekerjaan sebagai seorang wanita yang mengurus anak dan suami membuat seorang wanita mempunyai peran ganda apalagi jika wanita tersebut wanita
karier, sehingga membuat dirinya mencapai titik kelelahan yang sangat berat. Kelelahan juga terjadi karena kurang tidur atau insomnia sehingga menimbulkan
perasaan lelah yang berkepanjangan. 3 Gangguan kesehatan; pada wanita menopause pola makan tidak sama seperti usia produktif sehingga bila tidak
mengontrol pola makan akan terjadi kelebihan lemak yang tersimpan pada payudara, perut, bokong dan paha. Selain itu kelebihan makanan di dalam keadaan tubuh yang
kemampuan metabolisme kurang baik dapat menimbulkan penyakit kolesterol, hipertensi, diabetes dan jantung. 4 Masalah psikologis; mulai menurunnya
kemampuan berpikir dan kemampuan mengingat dapat menimbulkan penyakit pikun. Perasaan takut menjadi tua, tidak menarik, tidak enak dipandang lagi, susah tidur,
mudah tersinggung, dan cepat marah, merasa tertekan, sedih tanpa diketahui penyebabnya, sangat emosional dan spontan, ada perasaan takut kehilangan suami,
anak dan ditinggalkan sendiri. 5 Masalah pribadi dengan pasangan; pada setiap pasangan diperlukan komunikasi agar terjadi keharmonisan dalam keluarga. Seorang
wanita perlu mendiskusikan pada pasangannya perubahan yang sedang dialaminya, dengan adanya komunikasi yang baik diharapkan mendapatkan solusi yang tepat dari
Universitas Sumatera Utara
pasangan sehingga dapat menyesuaikan diri selama berhubungan intim dan merasakan kenyamanan. 6 Efek samping terapi medikamentosa; masa menopause
adalah masa rawan bagi wanita karena sering timbul berbagai penyakit sehingga harus mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi sistim metabolisme
tubuh 7 Perubahan hormon; pada wanita menopause, secara menyeluruh sistim hormonal pada tubuh mulai menurun fungsinya sehingga mempengaruhi metabolisme
dalam tubuh. Penurunan hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh memberikan dampak pada penurunan organ reproduksi sehingga berpengaruh pada aktivitas
seksual wanita menopause. Selain faktor fisiologis dan psikologis, hal lain yang mempengaruhi
seksualitas pada wanita lansia adalah penyakit maupun tindakan bedah. Penyakit jasmani secara langsung yang dapat mempengaruhi fungsi seksual adalah endokrin
seperti kencing manis, saraf, dan vaskuler. Penyakit tidak langsung yang dapat mempengaruhi fungsi seksual adalah penyakit yang menyebabkan kelemahan, nyeri
dan secara psikologi menyebabkan gangguan gambaran diri maupun self esteem yang rendah Mulyani, 2013.
Dalam beberapa artikel kesehatan, dilaporkan bahwa penyakit Diabetes Melitus berkontribusi terhadap disfungsi seksual dengan prevalensi berkisar antara
20– 80, sedangkan studi yang dilakukan di Jordania, dilaporkan bahwa wanita dengan usia 50 tahun atau lebih yang menderita diabetes, lebih banyak mengalami
disfungsi seksual yaitu sebesar 59,6 Ali, 2008. Masalah seksual yang dapat timbul karena penyakit diabetes antara lain masalah lubrikasi vagina, penurunan libido dan
Universitas Sumatera Utara
orgasme. Disamping itu penyakit sistemik seperti gagal ginjal, penyumbatan pulmonary kronis, sirosis dan distropika myotonia, dapat menyebabkan melemahnya
orgasme hingga anorgasme, penurunan libido dan mengurangi lubrikasi vagina Meston, 1997.
Tindakan bedah yang berhubungan dengan masalah seksual pada lansia seperti operasi histerektomi, mastektomi dan bedah urologi lainnya misalnya radical
cystectomy pada keganasan saluran kemih, bedah panggul pada kanker rektum dan lain sebagainya, hal ini berhubungan dengan masalah psikologi seperti body image
dan self esteem yang rendah. Meskipun tindakan bedah vulvovaginal tidak diragukan lagi merupakan penyebab gangguan bodi image dan self esteem yang rendah pada
semua usia, pada wanita lansia akan terasa semakin berat karena gangguan bodi image telah terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Kejadian inkontinentia urin
terjadi pada saat intercourse sekitar 25 pada lansia, dimana hal tersebut menggangu hubungan seksual karena ketidakpuasan dan memberikan rasa malu karena keadaan
tersebut Hoehl dkk, 1998. Histerektomi merupakan operasi yang terbanyak dialami pada wanita. Di
Amerika lebih dari satu diantara tiga wanita dioperasi histerektomi pada usia 60 tahun. Wanita lain merasa terganggu dalam hal kepuasan seksual. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya kontraksi uterus saat orgasme berlangsung. Pada wanita dengan paham feminis akan merasa kehilangan kefeminimannya, karena ketiadaan uterus
sehingga terjadi gangguan body image dan self esteem yang rendah. Sebaliknya wanita lain yang merasa tertolong dengan diangkatnya uterus mereka, akan
Universitas Sumatera Utara
menikmati hubungan seksual karena hilangnya nyeri pada perut, hilangnya perdarahan yang abnormal atau kram perut Hoehl dkk,1998.
Pada masa menopause, yang perlu diperhatikan dalam hubungan seksual adalah keteraturannya bukan lamanya, namun tetap terjadi perubahan frekuensi dalam
melakukan hubungan seksual. Wanita menopause masih melakukan hubungan seksual dan merasa bergairah hingga usia menjelang 80 tahun, berhentinya hubungan
seksual karena ketiadaan pasangan Bambang, 2003. Wanita menopause yang secara teratur dan aktif bersetubuh walaupun tidak sesering dulu akan menikmati seks lebih
lama daripada mereka yang secara tidak teratur melakukan hubungan seksual, prinsipnya adalah “ Use It or lose It “Suparto, 2002.
Pada usia menopause tidak ada halangan untuk mempertahankan hubungan seksual hanya frekuensinya semakin berkurang tetapi diharapkan kualitasnya semakin
meningkat sehingga dapat meningkatkan keharmonisan keluarga. Masalah yang dihadapi dalam hubungan seksual pada wanita menopause adalah keinginan seksual
sudah berkurang, daerah erotik kurang sensitif dan agak sulit mencapai orgasme Manuaba, 2009.
Hasil penelitian Widodo 2010 tentang persepsi ibu menopause terhadap aktivitas seksual masa menopause di desa Jagalan Kecamatan Tawangmangun
Karanganyar dengan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan fenomenologi di dapatkan hasil ibu menopause menganggap aktivitas seksual adalah satu bentuk dari
ungkapan kasih sayang dan rasa cinta, kumpul dengan suami saling merayu, persepsi ibu menopause tentang aktivitas seksual adalah adanya rasa tidak nyaman saat
Universitas Sumatera Utara
melakukan aktivitas seksual dan perasaan ibu cemas saat melakukan aktivitas seksual, ibu berkenyakinan bahwa melakukan aktivitas seksual pada masa menopause sudah
tidak penting lagi karena merasa sudah tua dan tidak pantas lagi namun ibu percaya bahwa dengan tetap melakukan aktivitas seksual dapat mencegah suami mencari
wanita lain dan itu tetap dilakukan karena satu kebutuhan yang harus dipenuhi. Pengaruh menopause terhadap aktivitas seksual menjadi kurang bahkan tidak sama
sekali melakukan aktivitas seksual karena tidak bergairah lagi dan hasil wawancara pada ibu menopause sebanyak 75 responden tidak ada upaya atau keinginan untuk
bertanya pada tenaga kesehatan ataupun mencari informasi dengan cara membaca buku, cukup dengan mendengarkan dari orang lain dan anggapan-anggapan yang ada
di masyarakat.
2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Aktivitas Seksual