Perilaku seksual atau seksualitas pada wanita memang menjadi perdebatan sampai saat ini, terutama seksualitas wanita menopause. Penilaian negatif dari
masyarakat tentang seksualitas membuat wanita menopause merasa malu untuk mempertahankan kehidupan seksualitasnya. Sikap keluarga dan masyarakat yang
kurang mendukung serta diperkuat oleh anggapan masyarakat bahwa seksualitas masa tua itu tidak penting dan tabu untuk dibicarakan, masyarakat mengganggap
seks pada orang tua itu tidak penting dan bukan prioritas utama, bagi wanita, seks bukan segalanya, apalagi dalam konteks hubungan suami istri dan menganggap seks
pada wanita menopause praktis dan pelan-pelan akan hilang sendiri Padila, 2013.
2.4. Landasan Teori
Adanya peningkatan jumlah lansia, menyebabkan masalah kesehatan yang dihadapi bangsa Indonesia menjadi semakin kompleks, terutama yang berkaitan
dengan gejala penuaan. Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan spiritual yang keseluruhannya saling kait
mengkait antara satu bagian dengan bagian yang lainnya. Perubahan yang terjadi perlu proses adaptasi atau penyesuaian diri, padahal dalam kenyataannya semakin
menua usia kebanyakan semakin kurang fleksibel untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan yang terjadi dan disinilah berbagai gejolak atau masalah yang
harus dihadapi ibu Padila, 2013. Perubahan akan terjadi pada saat ibu memasuki usia 45-55 tahun dimana
wanita akan mengalami masa menopause. Kemunduran akibat menopause akan
Universitas Sumatera Utara
membawa dampak pada penurunan berbagai sistim tubuh termasuk penurunan seksualitas ibu. Penurunan seksualitas pada ibu menopause dapat terjadi karena
adanya perubahan pada fisik, perubahan psikologis, kurangnya informasi dan pengetahuan akan perubahan yang terjadi pada ibu serta didukung oleh penilaian
negatif dari masyarakat tentang seksualitas masa tua Padila, 2013. Perubahan fisik yang terjadi pada ibu menopause menyebabkan rasa panas
Hot flush, gejala ini akan dirasakan mulai dari wajah sampai ke seluruh tubuh, rasa panas disertai warna kemerahan pada kulit dan berkeringat, rasa panas ini akan
mempengaruhi pola tidur wanita menopause yang akhirnya akan membuat wanita menopause kekurangan tidur dan mengalami kelelahan didukung oleh pekerjaan
sehari-hari sebagai seorang wanita yang mengurus anak dan suami membuat seorang wanita mempunyai peran ganda apalagi jika wanita tersebut wanita karier, sehingga
membuat dirinya mencapai titik kelelahan yang sangat berat. Pada saat melakukan aktivitas seksual membutuhkan tenaga, jika tenaga terkuras karena bekerja, kurang
tidur dan istirahat maka akan mengalami kelelahan fisik dan ini menyebabkan terjadinya penurunan gairah seksual. Kondisi tubuh yang lelah selalu jadi alasan yang
cukup kuat untuk menolak melakukan aktivitas seksual dengan suami. Fenomena ini sering kita jumpai dalam rumah tangga dimana ibu menopause mengalami penurunan
gairah seksual Mulyani, 2013. Ketidakmampuan wanita menopause untuk menghadapi tekanan atau konflik
akibat perubahan fisik dan perubahan organ reproduksi dapat menimbulkan masalah psikologis seperti perasaan gelisah, mudah tersinggung, tegang, cemas, takut menjadi
Universitas Sumatera Utara
tua dan tidak menarik lagi, perasaan tertekan ,malas ,sedih ,merasa tidak berdaya, mudah menangis, mudah lupa, emosi yang meluap, hal ini juga akan mempengaruhi
wanita menopause mengalami masalah seksualitasnya karena faktor psikologis seperti cemas dapat mempengaruhi fungsi seksual seseorang. 70 disfungsi seksual
disebabkan karena adanya masalah psikologis Padila, 2013. Perubahan aktifitas seksual di usia menopause tidak hanya dipengaruhi
oleh perubahan fisik, perubahan organ reproduksi dan psikologis tetapi juga dipengaruhi oleh kurangnya informasi dan pengetahuan tentang dampak penurunan
fungsi fisik, fungsi reproduksi dan psikologis terhadap penurunan respon seksual di usia menopause yang sebenarnya dapat diperoleh melalui informasi atau konseling
tentang aktifitas seksual masa menopause, seperti pengetahuan tentang klimaksterium masa senja, mengetahui gejala-gejala baik yang ringan maupun yang berat, maka
menopause tidak lagi merupakan permulaan keruntuhan keutuhan keluarga dan kebahagian suami-istri. Pengetahuan tentang menopause sangat mempengaruhi
seseorang dalam persiapan diri ibu menopause terhadap perubahan-perubahan masa menopause termasuk penurunan fungsi seksualitas pada ibu menopause
Manuaba, 2009. Penilaian negatif terhadap permasalahan seksualitas lansia juga sangat
mempengaruhi ibu dalam melakukan aktivitas seksual, pandangan sebagian besar masyarakat bahwa masalah seks wanita menopause tidak ada lagi, pelan-pelan
hilang. Masih kurangnya ketersedian privacy bagi para orang tua juga sangat mempengaruhi orang tua melakukan aktivitas seksualnya, dalam hal ini adalah
Universitas Sumatera Utara
lingkungan dimana wanita menopause tinggal, baik lingkungan dalam rumah dan lingkungan luar rumah. Lingkungan yang tidak mendukung bahwa kebutuhan
seksualitas lansia juga harus diperhatikan hal ini diperkuat oleh tradisi atau budaya dimana orang tua tidak pantas lagi memikirkan seksualitas, perasaan tabu dan malu
untuk mempertahankan kehidupan seksualitasnya, perempuan mempunyai pemikiran bahwa perempuan itu hanya menunggu dan bersifat pasif tidak berani dan tidak
pantas mengajak suami untuk melakukan hubungan seksual kareana malu dan pemikiran bahwa lansia harus lebih fokus pada ibadahnya Suparto, 2006.
Seksualitas menyangkut dimensi biologis, psikologis, sosial dan cultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi,
termasuk bagaimana menjaga kesehatan organ reproduksi, menjagakan secara optimal sebagai alat untuk berproduksi dan berrekreasi dalam mengekspresikan
dorongan seksualitas, dorongan dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan identitas peran jenis, perasaan terhadap seksualitas itu sendiri dan bagaimana
menjalani sebagai makhluk seksual, dari dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan mengenai seksualitas dan pilihan
perilaku seks, sedangkan dari dimensi cultural menunjukkan bagaimana perilaku seks menjadi bagian dari kehidupan yang ada di masyarakat Darmojo dan Martono,
2006. Pada usia menopause tidak ada halangan untuk mempertahankan hubungan
seksual hanya frekuensinya semakin berkurang tetapi diharapkan kualitasnya semakin meningkat sehingga dapat meningkatkan keharmonisan keluarga. Masalah yang
Universitas Sumatera Utara
dihadapi dalam hubungan seksual pada wanita menopause adalah keinginan seksual sudah berkurang, daerah erotik kurang sensitif dan agak sulit mencapai orgasme
Manuaba, 2009. Pada masa menopause, yang perlu diperhatikan dalam hubungan seksual adalah keteraturannya bukan lamanya, namun tetap terjadi perubahan
frekuensi dalam melakukan hubungan seksual. Wanita menopause masih melakukan hubungan seksual dan merasa bergairah hingga usia menjelang 80 tahun, berhentinya
hubungan seksual karena ketiadaan pasangan. Wanita menopause yang secara teratur dan aktif bersetubuh walaupun tidak sesering dulu akan menikmati seks lebih lama
daripada mereka yang secara tidak teratur melakukan hubungan seksual Bambang, 2013.
2.5. Skema Faktor-faktor yang Memengaruhi Aktivitas Seksual