Definisi Operasional Kerangka Pikir

11

G. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini bertujuan untuk membatasi dari kemungkinan meluasnya pengertian pemahaman terhadap permasalahan yang akan diselesaikan dan teori yang akan dikaji, yaitu: 1. Kemampuan Bercerita Kemampuan bercerita pada penelitian ini adalah suatu kemampuan anak dalam menyampaikan cerita yang berkaitan dengan media puzzle yang ia mainkan. Kemampuan bercerita anak meliputi: kemampuan anak dalam menjawab pertanyaaan, jumlah kata dalam satu kalimat yang dapat disampaikan anak, kemampuan anak dalam menggunakan kata ganti, dan juga kemampuan anak dalam menggunakan kata kerja, dan kata benda. 2. Media Puzzle Puzzle adalah suatu permainan yang berisi tebak-tebakan atau teka-teki yang harus dipecahkan. Cara bermain puzzle adalah dengan menyusun kepingan- kepingan puzzle agar menjadi gambar yang utuh. Puzzle yang digunakan untuk kelompok A adalah puzzle yang terdiri dari 4-6 keping. Gambar puzzle yang bermacam-macam dan berwarna-warni sesuai dengan tema pembelajaran yang dilaksanakan. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Kemampuan Bercerita Anak

1. Pengertian Bercerita

Bercerita adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menstimulasi berbagai perkembangan anak usia dini. Dari moral, kognitif, bahkan bahasa. Bercerita merupakan metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar keterampilan lain, yakni berbicara, membaca, menulis, menyimak, tidak terkecuali untuk Taman Kanak-Kanak Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 24. Berbeda dengan pendapat di atas, Bachtiar S. Bachir 2005: 10 mengatakan bahwa bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian yang disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain. Dari kedua pendapat di atas bahwa pengertian bercerita dalam penelitian ini adalah suatu keterampilan berbicara yang mengisahkan tentang suatu hal atau kejadian yang disampaikan kepada orang lain. Preyer dalam Monks, 2006: 157 menyatakan bahwa anak makin lama makin dapat menciptakan struktur verbal baru, karena interaksi dengan berbagai objek, apa yang dilihat dan dilakukan dicobanya untuk dinyatakan dengan kata- kata. Adapun kemampuan bercerita adalah kemampuan menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau kejadian yang disampaikan secara lisan dengan tujuan membagi pengalaman atau pengetahuan pada orang lain. Menurut Michnik 2013: 124 guru dan pengasuh perlu banyak berbicara dengan anak, misal menceritakan aktivitas, mengajukan pertanyaan, mengundang mereka 13 untuk terlibat dalam percakapan, membolehkan mereka untuk mengemukakan pendapat, dan meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang ingin mereka katakan Melalui bercerita anak akan belajar untuk berbicara kepada orang lain tentang suatu gambar atau kisah yang dilihat dan didengarnya. Jika isi dari cerita merupakan pengalaman sehari-hari yang sering dilakukan dan ditemui oleh anak, maka anak akan lebih mudah menangkap dan menyerap isi dari cerita tersebut. Dunia anak merupakan dunia yang penuh dengan imajinasi, rasa suka, kegembiraan, hal-hal lucu dan sebagainya. jadi cerita yang diharapkan ada di metode bercerita harus mewakili dari macam-macam dunia anak tersebut. Hal ini mampu mengembangkan pengetahuan anak yakni berdasarkan hasil interaksi dengan lingkungan Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan dapat menyampaikan isi dari suatu cerita agar dapat menarik dan nilai-nilai yang ada di dalam cerita tersebut dapat tersampaikan dengan baik pula. Anak-anak usia dini sangat menyukai cerita, keterlibatan anak dalam terhadap dongeng yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. Pengertian bercerita dalam penelitian ini adalah, dimana anak mampu mengungkapkan apa yang dipahaminya dari gambar yang dilihat, serta proses anak berinteraksi dengan sekelilingnya dengan melihat apa yang anak ceritakan kepada temannya ketika mereka menyelesaikan puzzle. 14

2. Manfaat Bercerita

Cerita merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pendekatan emosional kepada anak. Selain itu melalui cerita anak akan mempunyai daya imajinasi yang tak terbatas, sehingga kemampuan kognisinya akan Bertambah. Ada banya sekali manfaat yang dapat diperoleh dari adanya cerita, terutama bagi anak usia dini, sebagaimana yang disebutkan dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 95-115, dimana disana disebutkan bahwa ada beberapa manfaat dari bercerita, yaitu: membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi, memacu kemampuan verbal anak , pengaruh cerita terhadap kecerdasan bahasa anak diakui oleh Leonhardt, merangsang minat baca anak, membuka cakrawala pengetahuan anak. Hampir sama dengan pendapat di atas, Bachtiar S. Bachir 2005: 11 mengatakan bahwa manfaat bercerita adalah dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi menjadi hal baru baginya. Dari kedua pendapat yang telah disebutkan diatas mengenai manfaat bercerita, dapat disimpulkan bahwa manfaat bercerita adalah untuk memperluas kemampuan imajinasi dan cara berfikir anak, dapat membantu pembentukan moral pada anak, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Manfaat bercerita pada penelitian ini adalah, anak berani mengungkapkan apa yang ada dipikirannya, anak berani dan mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman, dan gurunya melalui cerita yang dihasilkan. 15

3. Tema Cerita untuk Taman Kanak-kanak

Dalam suatu cerita ada yang disebut dengan tema , dimana dengan adanya tema ini kita dapat mengetahui bercerita mengenai apakah dongeng atau cerita tersebut. Tema dapat diartikan sebagai gagasan, ide, atau pikiran utama, Sudjiman Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 39. Selain itu Keeney 1966: 89 mengatakan bahwa, theme is not the moral of story. The theme of a story is not identical with subject of the story at least, not as we’ll us the term “theme” in our discussion . Dengan demikian jelas bahwa tema tidak identik dengan subjek cerita dan bukan pula moral cerita Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 39-40. Untuk anak Taman Kanak-kanak, cerita yang disuguhkan sebaiknya memiliki tema tunggal, berupa tema sosial maupun tema ketuhanan. Tema yang sesuai untuk mereka antara : tema moral dan kemanusiaan menolong si lemah, menengok teman, berkata jujur, menghindari riya, berterima kasih, membina persahabatan, tema binatang kera dan kura-kura, kancil dan harimau Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 40. Disamping itu, tema yang disajikan untuk anak-anak TK seyogyanya bersifat tradisional. Tema tradisional berbicara mengenai pertentangan baik buruk, perseteruan antara kebenaran dan kejahatan. Tema- tema tradisional sangat penting karena memiliki misi pedagogik dan berperan dalam pembentukan pribadi anak untuk mencintai kebenaran dan menentang kejahatan. Umumnya tema tradisional sangat digemari oleh anak-anak, Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 41. Bachtiar S. Bachri 2005: 51 menyatakan bahwa berdasarkan tentang tema-tema cerita dan tujuan kegiatan bercerita, maka tema bercerita bagi siswa di 16 Taman Kanak- Kanak perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kehidupan anak sehari- hari, misalnya; a. Tema tentang hidup; cerita tentang ketuhanan sebagai dasar pemahaman tentang hidup. b. Tema tentang kehidupan anak-anak; cerita tentang kebiasaan, dan pengenalan tentang diri sendiri yang perlu dilakukan oleh anak. c. Tema tentang kehidupan manusia; cerita tentang pekerjaan, tugas, perilaku, adat istiadat, norma dari bapak,ibu, kakak, adik dan sebagainya. d. Tema tentang kehidupan alam semesta hewan dan tumbuhan; cerita tentang kehidupan, perkembangbiakan, tempat hidup, makanan, sifat, kebiasaan, angin, hujan, sawah, pasar, dan sebagainya. e. Tema tentang peristiwa kehidupan; cerita tentang kesenangan, cerita tentang kesedihan yang mungkin dialaminya, dan sebagainya. Hampir sama dengan pendapat di atas Moeslichatoen, tt:156-159 menyebutkan jika ada beberapa tematopik kegiatan bercerita bagi anak, yakni: a. Tema berkaitan dengan pengalaman anak dengan binatang-binatang: burung, katak, gajah, ayam, kura-kura, dan lain sebagainya. Dalam bercerita tentang burung, katak, ayam, gajah, kura-kura, dan lain sebagainya. Dalam cerita tersebut guru dapat menjelaskan ciri penting, tempat tinggalnya, makanannya, cara berkembang biaknya, cara memelihara anaknya dan kegunaannya b. Dalam bercerita tanaman guru dapat menjelaskan tentang bagian-bagian tanaman, ciri-ciri akarnya, ciri-ciri batangnya, ciri-ciri bunga dan buahnya, warnanya,bentuknya, ukurannya, asal tanaman itu, bagaimana cara menanamnya, bagaimana cara merawatnya, menyiramnya, dan kegunaannya bagi manusia. c. Tema bercerita tentang peristiwa-peristiwa dalam masyarakat, meliputi : pasar malam, sirkus, musim panen padi, musim penghujan, musim kemarau, puasa ramadhan, idul fitri, liburan sekolah, rekreasi, dan sebagainya. Dalam bercerita tentang peristiwa dalam masyarakat itu guru dapat menjelaskan apa yang terjadi dan peristiwa apa itu, apa ciri-cirinya, apa yang kita lakukan menghadapi peristiwa itu, apa kegunaan bagi manusia, bagaimana kita 17 mengenalinya,bagaimana kita merasakannya, dan bagaimana menanggapinya, dan lain sebagainya. Dari kedua pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tema- tema yang dapat digunakan untuk bercerita diambil dari hal-hal terdekat yang terjadi disekitar anak, misalnya mengenai hewan peliharaan, tentang peristiwa yang terjadi di lingkungannya, mengenai kebiasaan dan adat istiadat tempat tinggalnya dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan karena pada dasarnya anak belajar dari lingkungan sekitarnya sehingga anak juga akan mudah menangkap sesuatu yang dekat dengan kesehariannya. Tema yang akan digunakan pada penelitian ini adalah mengenai profesi, dan mengenai segala hal yang berkaitan dengan profesi

B. Kemampuan bahasa Anak 4-5 Tahun

1. Pengertian perkembangan bahasa Anak Usia 4-5 Tahun

Perkembangan bahasa pada anak selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Faktor pendukung berkembangnya kemampuan berbahasa anakpun bermacam-macam,salah satunya adalah stimulasi. Stimulasi adalah rangsangan yang dilakukan untuk meningkatkan berbagai macam kemampuan seorang anak. Begitupula dengan perkembanganbahasa pada anak. Perkembangan bahasa pada anak meliputi perkembangan linguistik seperti fonologis, morfologis, sintaksis, dan bahasa. Pada saat memasuki Taman Kanak-kanak, anak-anak telah mengakusisi sekitar 3000 kata Hurlock,1997: 53, berbeda dengan pendapat diatas Seefeldt Wasik dalam Hurlock, 2008: 32 mengatakan bahwa, pada usia empat tahun perkembangan bahasa anak-anak meledak. Perbendaharaan kata 18 mereka mencakup sekitar 4000-6000 kata dan dalam satu kalimat mereka dapat menggunakanlima sampai enam kata. Sehingga dari dua pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa dan kosa kata yang dimiliki anak usia 4-5 tahun sekitar 3000-6000 kata. Dalam penelitian ini peneliti sepakat dengan pendapat di atas mengenai kemampuan anak usia 4-5 tahun, di mana pada usia tersebut anak terus mencoba untuk menirukan kalimat-kalimat yang dikuasai oleh orang dewasa disekelilingnya. Akan tetapi bagi anak seusia mereka masih perlu pendampingan dan kontrol dari orang tua dan guru dalam proses pengembangan kosa kata anak pada usianya, agar apa yang dipelajari anak tidak keluar dari perkembangan yang seharusnya.

C. Puzzle sebagai Media Pembelajaran

1. Definisi Media Puzzle

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003: 352 puzzle adalah “teka- teki”. Sedangkan menurut Adenan 1989: 9 bahwa “puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Secara Etimologi, puzzle awalnya adalah sebuah kata kerja. Kata puzzle berasa dari bahasa Perancis kuno yaitu “Aposer”. Kata tersebut dalam bahasa Inggris kuno menjadi “Pose” lalu berubah menjadi “Pusle” yang merupakan kata kerja yang berarti membingungkan bewilder atau membaur, mengacaukan counfound. Jadi kata puzzle sebagai kata benda merupakan turunan dari kata kerja tersebut menjadi potongan-potongan yang harus diatur menjadi suatu kesatuan bentuk http:paudanakbermaindan belajar.blogspot.com. 19 Puzzle dan games untuk memotivasi diri karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat secara umum dilaksanakan dengan berhasil”. Hampir sama dengan pendapat di atas menurut Hadfield 1990: 5, puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau dijawab”. Sedangkan menurut Patmonodewo Misbach, Muzammil, 2010: 71 kata puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang. Jadi dari beberapa definisi puzzle di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah teka-teki tebakan yang membingungkan yang merupakan tantangan yang harus dipecahkan. Dalam penelitian ini puzzle digunakan sebagai media pembelajaran, dimana melalui puzzle ini kemampuan bercerita anak dapat ditingkatkan. Karena selain anak akan berusaha untuk memecahkan masalah dalam menyusun puzzle, anak juga akan saling berinteraksi dengan temannya, dan kemudian bercerita mengenai puzzle tersebut kepada guru.

2. Fungsi Puzzle

Umumnya sisi edukasi permainan puzzle ini http:permainananakmuslim.blogspot.co.id : 2016 berfungsi untuk; a. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran b. Melatih koordinasi mata dan tangan. c. Melatih logika. d. Memperkuat daya ingat e. Mengenalkan anak pada konsep hubungan f. Dengan memilih gambarbentuk, dapat melatih berfikir matematis. Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa di ulang- 20 ulang. Tantangan dalam permainan ini akan selalu memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak. Proses kemerdekaan anak akan memberi kemampuan lebih pada anak untuk mengembangkan pikirannya mendapatkan kesenangan dan kemenangan dari bentuk permainan tersebut. Ambisi untuk memenangkan permainan tersebut akan memberikan nilai optimalisasi gerak dan usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi yang adil dan beragam dari anak.

3. Bentuk-bentuk Puzzle

Muzammil, Misbach 2010: 75 menyatakan ada beberapa bentuk puzzle, yaitu; a. Puzzle konstruksi Puzzle rakitan construction puzzle merupakan kumpulan potongan- potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni. Mainana rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi. b. Puzzle batang stick Puzzle batang merupakan permainan teka- teki matematika sederhana namun memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya. Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat 21 bentuk sesuai dengan yang kita inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle. c. Puzzle lantai Puzzle lantai terbuat dari sponge karetbusa sehingga baik untuk alas bermain anak dibandingkan harus bermain diatas keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang. Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dibersihkan dan tahan lama. d. Puzzle angka Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak. e. Puzzle transportasi Puzzle transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam kendaraan. Selain itu anak akan lebih kreatif, imajinatif dan cerdas f. Puzzle logika Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini 22 dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu gambar yang utuh. http:www.academia.edu: 2016 Sama seperti pendapat di atas, bahwa ada beberapa jenis puzzle www.kafebalita.com: 2009, antara lain; a. Logic Puzzle Logic puzzle adalah puzzle yang menggunakan logika. b. Jigsaw Puzzle Jigsaw puzzle adalah puzzle yang merupakan kepingan-kepingan. . Disebut dengan jigsaw puzzle karena alat untuk memotong menjadi kepingan disebut jigsaw. c. Mechanical Puzzle Mechanical puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan. Contoh puzzle pada mechanical puzzle adalah soma cube dan chinese wood knots d. Combination puzzle Combination puzzle adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui beberapa kombinasi yang berbeda. Rubik cube dan hanoi tower adalah contoh puzzle kombinasi Dari kedua pendapat di atas mengenai bentuk-bentuk puzzle yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk puzzle ada beberapa macam yaitu; puzzle konstruksi, puzzle batang, puzzle lantai, puzzle angka, puzzle transportasi, puzzle logika, puzzle keping jigzaw puzzle, mechanical puzzle puzzle yang saling berhubungan, dan puzzle kombinasi. Sedangkan puzzle yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jigzaw puzzle atau puzzle keping. Karena 23 puzzle keping sering dimainkan oleh anak, sehingga anak sudah mengetahui bagaimana cara menyelesaikan puzzle keping tersebut.

4. Kelebihan dan Kekurangan Puzzle

Puzzle adalah salah satu mediaalat yang dapat digunakan dalam berbagai macam pembelajaran di sekolah, termasuk di Taman Kanak-Kanak, berikut ini adalah kelebihan puzzle, yaitu; 1. Meningkatkan keterampilan kognitif Keterampilan kognitif berhubungan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Melalui puzzle, anak-anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar menjadi utuh. Dengan sedikit arahan contoh dari guru, sang anak sudah dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika. Misalnya, anak memasangkan warna merah dengan warna merah lagi. Lalu memasang puzzle bergambar kaki atau roda selalu di bagian bawah puzzle. 2. Meningkatkan keterampilan motorik halus Anak dapat melatih koordinasi tangan dan mata untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Keterampilan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya jari-jari tangannya. Untuk itu anak usia di bawah tiga tahun balita direkomendasikan untuk diberikan permainan puzzle untuk mengasah kemampuan motorik halusnya. 24 3. Melatih kemampuan nalar dan daya ingat dan konsentrasi Puzzle yang berbentuk manusia akan melatih nalar anak-anak. Melalui puzzle ini mereka akan menyimpulkan di mana letak tangan, kaki, dan lain-lain sesuai dengan logika. Saat bermain puzzle, anak akan melatih sel-sel otaknya untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potongan-potongan kepingan gambar tersebut. 4. Melatih kesabaran Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan sesuatu dan berfikir dahulu sebelum bertindak. Dengan bermain puzzle anak bisa belajar melatih kesabarannya dalam menyelesaikan suatu tantangan. 5. Pengetahuan melalui puzzle Anak akan belajar banyak hal. Mulai dari warna, bentuk, jenis hewan, buah-buahan, sayuran dan lainnya. Pengetahuan yang ia dapatkan dari sebuah permainan biasanya akan lebih mengesankan bagi anak dibandingkan pengetahuan yang ia dapatkan dari hafalan. Namun kegiatan bermain sambil belajar ini tentunya harus selalu mendapatkan bimbingan. 6. Meningkatkan keterampilan sosial Puzzle dapat dimainkan lebih dari satu orang dan jika puzzle dimainkan secara berkelompok tentunya butuh diskusi untuk merancang kepingan-kepingan gambar dari puzzle tersebut, maka hal ini akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok, anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah. Anak yang lebih besar akan merasa senang jika dapat membantu anak yang lebih kecil, sehingga akan tercipta suasana 25 yang nyaman dan terciptanya interaksi ketika bermain http:liaamalia2697.blogspot.co.id Sedangkan pendapat lain yang hampir sama mengenai kelebihan dan manfaat bermain puzzle antara lain adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan Keterampilan Kognitif

Keterampilan kognitif cognitive skill berkaitan dengan kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah. Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak balita karena anak balita pada dasarnya menyukai bentuk gambar dan warna yang menarik. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal puzzle, mereka mungkin mencoba untuk menyusun gambar puzzle dengan cara mencoba memasang-masangkan bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk. Dengan sedikit arahan dan contoh, maka anak sudah dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika. Contoh usaha anak menyesuaikan bentuk misalnya bentuk cembung harus dipasangkan dengan bentuk cekung. Contoh usaha anak menyesuaikan warna misalnya warna merah dipasangkan dengan warna merah. Contoh usaha anak menggunakan logika, misalnya bagian gambar roda atau kaki posisinya selalu berada di bawah.

2. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus fine motor skill berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak balita khususnya anak berusia kurang dari tiga tahun batita 26 direkomendasikan banyak mendapatkan latihan keterampilan motorik halus. Dengan bermain puzzle tanpa disadari anak akan belajar secara aktif menggunakan jari-jari tangannya. Supaya puzzle dapat tersusun membentuk gambar maka bagian-bagian puzzle harus disusun secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak memegang bagian puzzle akan berbeda dengan caranya memegang boneka atau bola. Memengang dan meletakkan puzzle mungkin hanya menggunakan dua atau tiga jari, sedangkan memegang boneka atau bola dapat dilakukan dengan mengempit di ketiak tanpa melibatkan jari tangan atau menggunakan kelima jari dan telapak tangan sekaligus. 3. Meningkatkan Keterampilan Sosial Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan. Namun puzzle dapat pula dimainkan secara kelompok. Permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara Kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Dalam kelompok anak akan saling menghargai, saling membantu dan berdiskusi satu sama lain. Jika anak bermain puzzle di rumah orang tua dapat menemani anak untuk berdiskusi menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya orang tua hanya memberikan arahan kepada anak dan tidak terlibat secara aktif membantu anak menyusun puzzle.

4. Melatih Koordinasi Mata dan Tangan

Anak belajar mencocokkan keeping-keping puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar. Ini langkah penting menuju pengembangan keterampilan membaca. 27 5. Melatih Logika Membantu melatih logika anak. Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak dilatih menyimpulkan di mana letak kepala, tangan, dan kaki sesuai logika.

6. Melatih kesabaran

Bermain puzzle membutuhkan ketekunan, kesabaran dan memerlukan waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.

7. Memperluas pengetahuan

Anak akan belajar banyak hal, warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya mengesankan bagi anak dibandingkan yang dihafalkan. Anak dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan, alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan bantuan ibu dan ayah http:duniaanakcerdas.com. Selain memiliki banyak kelebihan puzzle juga merupakan media biasa yang memiliki kekurangan. Adapun kekurangan-kekurangan puzzle adalah sebagi berikut: 1. Anak hanya asyik bermain saja, hingga seringkali melupakan tugas lain yang seharusnya dilakukan 2. Untuk usia Taman Kanak-Kanak, presentase puzzle yang hilang karena berbaur dengan puzzle yang lain tinggi. 3. Di Taman Kanak-Kanak Kelompok A, biasanya anak masih bingung dalam menyelesaikan puzzle keping karena mereka harus beurusaha memutar- memutar kepingan–kepingan puzzle agar dapat tersusun dan membentuk gambar yang benar. 28

D. Karakteristik Siswa Taman Kanak-Kanak Kelompok A

1. Karakteristik Siswa Taman Kanak-Kanak 4-5 Tahun

Masa-masa usia Taman Kanak-kanak merupakan masa masa dalam kehidupan masa kehidupan manusia dengan rentang usia empat tahun sampai dengan enam tahun. Masa ini berada pada bagian tengah dan akhir dari masa usia anak-anak awal. Secara umum masa usia Taman Kanak-kanak ditandai dengan beberapa karakteristik pokok. Sebagaimana yang disebutkan dalam M. Ramli, 2005: 185-187, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut: a. Masa usia Taman Kanak-kanak adalah masa yang berada pada usia prasekolah. Masa usia empat sampai enam tahun disebut masa pra sekolah,Puskur Balitbang Depdiknas M. Ramli, 2005: 185 karena pada masa ini umumnya anak belum masuk sekolah dalam pengertian yang sebenarnya.Artinya pada masa tersebut anak-anak belum belajar keterampilan akademik secara formal seperti apa yang telah diajarkan disekolah. Di Tanan kanak-kanak, anak-anak dibantu mengembagkan keseluruhan aspek kepribadiannya sebagai dasar bagi tahap perkembangan selanjutnya dan persiapan untuk memasuki dunia pendidikan di sekolah dasar. b. Masa usia Taman Kanak-Kanak adalah masa prakelompok Masa usia Taman Kanak-Kanak disebut masa usia prakelompok karena pada masa tersebut anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan social Kelompok Hurlock, 1980: 125; Soesilowindradini, 1991:37; M. Ramli, 2005: 55 dalam hal ini mereka 29 mempelajari dasar-dasar perilaku yang diperlukan dalam kehidupan bersama sebagai persiapan penyesuaian diri saat mereka memasuki Kelas satu sekolah dasar dan memasuki tahap perkembangan selanjutnya. c. Masa usia Taman Kanak-Kanak adalah masa meniru Pada masa ini anak suka sekali menirukan pola perkataan dan tindakan orang-oarang disekitarnya Hurlock, 1980: 75; Ibrahim,1996: 81; M. Ramli, 2005:75. Dengan meniru itulah anak-anak dapat mengembangkan perilaku mereka sehingga sehingga dapat berinteraksi denngan lingkungan secara lebih baik. Meskipun demikian, anak-anak juga menunjukkan imajinasi dan kreatifitas dalam pola tingkah laku mereka. d. Masa usia Taman Kanak-kanak adalah masa bermain Anak pada usia prasekolah suka sekali bermain untuk mengeksplorasi lingkungannya, meniru perilaku orang lain, dan mencobakan kemampuan dirinya. Pada tersebut anak juga menghabiskan banyak waktu dengan mainannya. Permainan tersebut beragam baik dari jenisnya maupun fungsinya. Bermaian merupakan aktivitas penting anak karena itu pendidikan di Taman Kanak-kanak dilaksanakan melalui kegiatan permaianan. Melalui permainan tersebut anak-anak belajar mengembangkan segenap aspek kepribadiannya. e. Anak pada usia Taman Kanak-Kanak memiliki keragaman Anak-anak pada usia Taman Kanak-kanak beragam tidak hanya dari segi individualitas mereka tetapi juga dari segi latar belakang budaya asal anak-anak tersebut. Meskipun anak-anak pada masa usia ini sama-sama memiliki karakteristik sebagai anak prasekolah, usia prakelompok, suka meniru, gemar 30 menghabiskan waktu mereka untuk bermain, anak-anak mewujudkan karakteristik tersebut secara khas anak dan budayanya Rapson,1990: 96. Keragaman tersebut menyadarkan guru untuk memperlakukan anak secara unik sesuai dengan karakteristik khas anak tersebut dalam kegiatan pendidikan sehingga anak berkembang optimal.

2. Kemampuan Bercerita Taman Kanak-Kanak 4-5 tahun

Ada beberapa indikator kemampuan bahasa menurut Yuliani Nurani Sujiono 2009: 78 yang bisa digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan kemampuan bercerita anak usia 3-4 tahun yaitu: 1. Dapat berbicara menggunakan kalimat sederhana yang terdiri dari 4-5 kata. 2. Mampu melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar. 3. Menyebut nama, jenis kelamin dan umurnya. 4. Menyebut nama panggilan orang lain teman, kakak, adik dan saudara yang telah dikenalnya. 5. Mengerti bentuk pertanyaan dengan menggunakan, apa, mengapa, dan bagaimana. 6. Dapat mengajukan pertanyaan dengan menggunakan kata apa, siapa, dan mengapa. 7. Dapat menggunakan kata depan: di dalam, di luar, di atas, di bawah, dan di samping. 8. Dapat mengulang lagu anak-anak dan menyanyikan lagu sederhana. 9. Dapat menjawab telepon dan menyampaikan pesan sederhana. 31 10. Dapat berperan serta dalam suatu percakapan dan tidak mendominasi untuk selalu ingin didengar. Pendapat lain dikemukakan oleh Nur Mustakim 2005: 129 bahwa ”...... pada tahap ini anak sudah bisa memahami bahasa berdasarkan tematis yang diberikan oleh guru. Kalimat-kalimat anak sudah sempurna dari tiga kata menjadi empat kata atau lebih. Anak sudah dapat mengoreksi kalimat yang struktur katanya kurang tepat. Anak sudah kritis menggunakan kata benda, kata kerja, dan kata ganti serta dapat memberikan alasan yang tepat. Maka dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan bercerita anak Taman Kanak-Kanak Kelompok A adalah sebagai berikut: a. Dapat berbicara dengan menggunakan 4-5 kata. b. Anak sudah dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesuai. c. Dapat menggunakan kata depan: di dalam, di luar, di atas, di bawah, dan di samping. d. Anak sudah dapat menggunakan kata benda, kata kerja, dan kata ganti dengan tepat. e. Anak dapat menyebutkan nama, jenis kelamin, alamat, dan orang – orang yang dikenalnya. f. Dapat melontarkan pertanhyaan yang ada di pikirannya g. Anak dapat terlibat aktif dalam suatu percakapan. 32

E. Kerangka Pikir

Kemampuan bercerita pada anak 4-5 tahun masih perlu ditingkatkan dengan berbagai macam stimulasi tepat dan alat yang sesuai dengan perkembangan yang akan dicapai. Maka dari itu guru dan orangtua harus dapat mengetahui sejauh mana perkembangan anak mereka. Di sekolah guru mempunyai peran yang sangat penting, di mana guru harus dapat menstimulasi perkembangan anak dan mengoptimalkan kelebihan yang dimiliki oleh anak didiknya. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat memberikan pembelajaran yang menarik minat anak. Salah satunya dalah dengan mengajak anak untuk berlatih menceritakan tentang sesuatu. Dalam kenyataan di lapangan, sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan di RA Al-Husna Pakualaman Yogyakarta, kemampuan anak dalam bercerita masih belum terlihat, hal ini nampak ketika peneliti melakukan observasi sebelum dilakukannya penelitian. Di sana hampir semua anak belum dapat bercerita sendiri, hal ini juga terjadi karena memang beberapa anak memang pendiam, sehingga diperlukan stimulasi yang dapat meningkatkan kemampuan anak dalam bercerita. Selain itu agar proses anak belajar bercerita menjadi lebih menarik,maka dibutuhkan alat atau media yang dapat digunakan sebagai media belajar bagi anak. Salah satu cara yang dapat peneliti gunakan untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak adalah dengan menggunakan puzzle gambar. Karena pada dasarnya anak suka sekali untuk bercerita maka puzzle yang akan disusun anak sebagai bahan ceritanya juga akan dibuat menarik, sehingga 33 anak tidak akan bosan untuk menyusun kemudian menceritakan gambar yang ada di dalam puzzle tersebut. Alur pemikiran dalam penelitian ini , dapat dilihat dengan jelas melalui Gambar 1 di bawah ini,

F. Hipotesis Tindakan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN EMOSIONAL MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A Peningkatan Kemampuan Emosional Melalui Metode Bercerita Pada Anak Kelompok A TK Aisyiyah Ngalas 1 Klaten Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN EMOSIONAL MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A Peningkatan Kemampuan Emosional Melalui Metode Bercerita Pada Anak Kelompok A TK Aisyiyah Ngalas 1 Klaten Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 16

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERCERITA PADA ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR KARTUN PADA KELOMPOK B RA Pengembangan Kemampuan Bercerita Pada Anak Melalui Media Gambar Kartun Pada Kelompok B RA Sudirman Waru Kebakkramat Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B MELALUI METODE BERCERITA DI TK Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B Melalui Metode Bercerita Di TK Jatirejo Ngargoyoso Karanganyar Tahun Ajaran 2011–2012.

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA GAMBAR SERI PADA KELOMPOK A DI PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA LISAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA GAMBAR SERI PADA KELOMPOK A DI TK ABA DOMPYONGAN JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2011/20

0 0 17

MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA DI KELOMPOK B.1 RA AL ULYA BANDAR LAMPUNG

1 12 147

PENGENALAN SAINS MELALUI PERCOBAAN SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK KELOMPOK B (STUDI KASUS DI KB-RA IT AL-HUSNA YOGYAKARTA).

5 27 196

PENINGKATAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI MELALUI MEDIA BENDA KONKRET PADA ANAK KELOMPOK A1 DI RA AL HUSNA PAKUALAMAN YOGYAKARTA.

7 157 351

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-10 SEBAGAI LAMBANG BANYAKNYA BENDA MELALUI MEDIA BENDA ALAM PADA ANAK KELOMPOK “A” TK AL-HUSNA YOGYAKARTA.

0 3 138

Peningkatan Kemampuan Klasifikasi melalu puzzle

0 1 14