telah dialokasikan untuk fasilitas umum tersebut tetaplah dibawah penguasaan pengembang. Hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 47 ayat 4 UUPP yang
menentukan bahwa prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah selesai dibangun oleh setiap orang harus diserahkan kepada pemerintah kabupatenkota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
D. Hambatan yang Dihadapi Pengembang dalam Pelaksanaan
Administrasi Pertanahan Bagi Penyelenggaraan Perumahan
PT. Pradipa Arka Selaras selaku pengembang perumahan Bukit Indah Permai, menerangkan bahwa selama ini pihak pengembang tidak mengalami
hambatan dalam hal menentukan instansi mana yang berwenang untuk mengurus proses perizinan maupun proses administrasi pertanahan lainnya. Artinya,
pengembang selama ini tidak ada mengalami kendala dalam hal pengurusan administrasi pertanahan bagi penyelenggaraan perumahan.
Hambatan yang dihadapi oleh pengembang lebih kepada biaya untuk proses perizinan yang justru jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya sebagaimana
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. Pelimpahan wewenang admininistrasi pertanahan di Indonesia berdasarkan
prinsip tugas pembantuan. Tugas pembantuan ini merupakan tugas melaksanakan peraturan perundang-undangan pada tingkatan lebih tinggi
dengan cara penyerahan yang sifatnya tidak penuh dan hanya terbatas pada hal-hal yang ditentukan dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 meliputi
ijin lokasi, penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian masalah ganti
kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum
dan tanah absentee, penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat, pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong, pemberian ijin
membuka tanah, perencanaan penggunaan tanah wilayah KabupatenKota.
2. Dalam pelimpahan kewenangan administrasi pertanahan, kewenangan yuridis pemberian status hak atas tanah sebagai jaminan kepastian hukum
penguasaan tanah bagi masyarakat dan kewenangan yang berpengaruh pada stabilitas kebijakan nasional tetaplah mutlak berada di bawah
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan pemerintah pusat secara langsung melalui kebijakan Badan Pertanahan Nasional. Sedangkan kebijakan yang dilimpahkan kepada
pemerintah daerah adalah pelaksanaan hukum tanah nasional yang sifatnya teknis. Hal ini dilakukan untuk efektifitas peruntukan dan pemanfaatan
tanah sebab pemerintah daerahlah yang harusnya lebih menguasai kesesuaian manfaat dan kondisi tanah di masing-masing daerahnya.
3. Perihal pembagian kewenangan administrasi pertanahan khususnya menyangkut kebijakan pengembangan perumahan telah cukup jelas diatur.
Namun pelaksanaan kewenangan tersebut baik yang kewenangan Badan Pertanahan Nasional maupun kewenangan pemerintah daerah masih belum
dilaksanakan secara efektif, terutama dalam hal mekanisme pengadministrasian pertanahan serta pelaksanaan kewenangan
pengawasannya. Kecermatan dan kesesuaian proses pengadministrasian serta pendataan dalam produk kebijakan perizinan maupun dalam produk
legalitas penetapan status hak atas tanah belum dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan fungsi pengawasan juga belum efektif dilakukan terutama
kewenangan pengawasan peruntukan dan pemanfaatan ruang. Sedangkan bagi pihak pengembang hambatan yang di hadapi lebih kepada biaya yang
harus dibayarkan lebih besar daripada ketentuan retribusi perizinan yang diatur oleh peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran