Penyelenggaraan Perumahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

BAB IV KEBIJAKAN PERTANAHAN BAGI PENYELENGGARAAN PERUMAHAN

A. Penyelenggaraan Perumahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Secara umum hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Hakikat pembangunan ini, mengandung makna bahwa pembangunan nasional bertujuan mencapai keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara kemajuan fisik dan kepuasan batin. Pembangunan nasional yang berkesinambungan diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa sehingga senantiasa mampu mewujudkan keteraturan dan kesejahteraan hidup lahir dan batin. 63 Landasan hukum kebijakan perumahan yang saat ini berlaku adalah UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 19 Perumahan sebagai salah satu sektor yang mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut menjadi sangat penting untuk diselenggarakan secara teratur, terencana, dan berkelanjutan. Penyelenggaran perumahan yang terarah dan berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dan pemerataan kesejahteraan demi meningkatnya kualitas hidup masyarakat. 63 Juniar Lumbantobing, Skripsi tentang Peranan Perum Perumnas dalam Pembangunan Perumahan Di Kotamadya Medan Propinsi Sumatera Utara, Medan, Fakultas Hukum USU, 1998, hal. 47-48. Universitas Sumatera Utara UU Nomor 1 Tahun 2011 menyatakan bahwa kebijakan penyelenggaraan perumahan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat dan menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, danatau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Penyelenggaraan perumahan meliputi perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan, dan pengendalian perumahan. Dalam proses perencanaan dan perancangan rumah sebagai tahap awal dari penyelenggaraan perumahan harus memenuhi : 64 64 Lihat Pasal 26 ayat 1 dan 2 UU No. 1Tahun 2011 dan penjelasannya. a. persyaratan teknis antara lain persyaratan tentang struktur bangunan, keamanan, keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan yang berhubungan dengan rancang bangun, termasuk kelengkapan prasarana dan fasilitas lingkungan. b. Persyaratan administratif antara lain perizinan usaha dari perusahaan pembangunan perumahan, izin lokasi, peruntukannya, status hak atas tanah, danatau Izin Mendirikan Bangunan IMB. c. Persyaratan ekologis adalah persyaratan yang berkaitan dengan keserasian dan keseimbangan fungsi lingkungan, baik antara lingkungan buatan dengan lingkungan alam maupun dengan sosial budaya, termasuk nilai- nilai budaya bangsa yang perlu dilestarikan. Yang termasuk persyaratan ekologis antara lain analisis dampak lingkungan dalam pembangunan perumahan. Universitas Sumatera Utara Pemenuhan persyaratan administrasi penyelenggaraan perumahan merupakan faktor penting untuk menunjang kelancaran, keteraturan, dan kesesuaian pembangunan serta menjamin pelaksanaan kewajiban oleh pengembang sesuai ketentuan yang berlaku sehingga dapat memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat. Persyaratan adminstrasi ini juga berkaitan dengan kebijakan penataan ruang sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 26 ayat 3 UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dalam hal ini pembangunan perumahan dan administrasi pertanahan. Ketentuan tersebut menyangkut izin pemanfaatan ruang. Perizinan pemanfaatan ruang merupakan kebijakan operasional pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan penetapan lokasi, kualitas ruang, dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perizinan pemanfaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian pemanfaatan ruang yang menjadi kewenangan pemerintah kabupatenkota. 65 Izin pemanfaatan ruang dalam pembangunan perumahan baik untuk kepentingan pribadi, sosial maupun umum dapat dibagi dalam tiga sasaran yaitu: 1 izin yang berkaitan dengan penetapan lokasi pembangunan dan perolehan tanah yang disebut dengan Izin Lokasi, 2 izin yang berkaitan dengan rencana pengembangan kualitas ruang yang disebut dengan Surat Persetujuan Site Plan, 65 Alvi Syahrin, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan, Medan, Pusataka Bangsa Press, 2003, hal.171. Universitas Sumatera Utara dan 3 izin yang berkaitan dengan pengembangan tata bangunan yang disebut dengan Izin Mendirikan Bangunan IMB. 66 Pelaksanaan penerbitan perizinan pengembangan perumahan sampai saat ini masih mengacu pada ketentuan peraturan pelaksana yang telah berlaku Penetapan persyaratan administrasi ini bertujuan sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan dan membina tingkah laku masyarakat dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang sesuai dengan efektifitas peruntukan dan pemanfaatan tanah demi kepentingan masyarakat. Untuk mencapai tujuan pemerataan kepemilikan rumah bagi seluruh rakyat Indonesia, Pasal 33 UU Nomor 1 Tahun 2011 menentukan bahwa pemerintah daerah berkewajiban untuk memberikan kemudahan perizinan bagi pengembang yang mengajukan rencana pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudahan ini bertujuan meningkatkan minat pengembang untuk terus berpartisipasi dan berkontribusi melaksanakan pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang seringkali haknya terabaikan demi mendapatkan keuntungan materi yang lebih tinggi. Namun kemudahan ini tidak boleh dipandang sebagai celah untuk melakukan tindakan pengadministrasian perizinan yang tidak bertanggung jawab, hingga melemahkan fungsi pengendalian bagi peruntukan, pemanfaatan, penyediaan, dan pemeliharaan tanah. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, persyaratan-persyaratan, dan mekanisme pemberian kemudahan perizinan tersebut belum ditetapkan dalam peraturan pelaksananya. 66 Ibid, hal. 171 Universitas Sumatera Utara sebelum UU Nomor 1 Tahun 2011 terbit, sebab peraturan pelaksana undang- undang ini belum dibentuk dan diberlakukan. Dengan demikian, dalam hal pelaksanaan administrasi pertanahan bagi penyelenggaraan perumahan berdasarkan undang-undang tersebut belumlah efektif belaku.

B. Kedudukan Badan Hukum dalam Penyelenggaraan Perumahan