2. Manfaat secara praktis
Secara praktis penulisan skripsi diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi siapapun yang memiliki ketertarikan pada bidang
agraria, khususnya mengenai pelaksanaan pelimpahan kewenangan pertanahan bagi penyelenggaraan perumahan.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Pelimpahan Wewenang dalam Kegiatan Administrasi Pertanahan Bagi Penyelenggaraan Perumahan”.
Berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, menunjukkan bahwa skripsi ini belum
pernah dibahas sebelumnya. Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan
kewenangan administrasi pertanahan berbeda pembahasan pokok permasalahannya dengan permasalahan di dalam tulisan ini. Pembahasan skripsi
ini dilakukan secara jujur dan rasional, sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
E. Tinjauan Kepustakaan
1.
Pengertian Wewenang
Beberapa ahli memberikan pendapatnya mengenai pengertian wewenang, yaitu antara lain seperti dikemukakan oleh H.D. Stout yang berpendapat bahwa
wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi
Universitas Sumatera Utara
pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan kewenangan pemerintah oleh subjek
hukum publik di dalam hubungan hukum publik.
7
P. Nicolai berpendapat bahwa kewenangan merupakan kemampuan untuk melaukan tindakan hukum tertentu yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan
untuk menimbulkan akibat hukum, mencakup mengenai timbul dan lenyapnya tindakan hukum. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu atau menuntut pihak lain untuk melakukan tindakan tetentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan
tindakan tertentu.
8
Dan menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau
tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban. Apabila dikaitkan dengan otonomi daerah, maka hak mengandung pengertian
kekuasaan untuk mengatur sendiri dan mengelola sendiri, sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan
sebagaimana mestinya dan kewajiban secara vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara
keseluruhan.
9
7
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 101.
8
Ibid, hal. 102.
9
Ibid, hal. 102.
Universitas Sumatera Utara
2. Pelimpahan wewenang
Pelimpahan wewenang umumnya dilakukan di dalam suatu struktur keorganisasian, seperti lembaga negara. Lembaga negara dibentuk berdasarkan
konstitusi yang kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang. Berdasarkan atribusi, pimpinan suatu lembaga negara memiliki tugas dan wewenang atas
ketetapan undang-undang tersebut. Tetapi kewenangan ini tidak dapat dilaksanakan oleh pimpinan lembaga negara tersebut secara langsung untuk
keseluruhannya. Maka, dalam pelaksanaannya secara teknis di lapangan, pimpinan lembaga negara dapat melimpahkan wewenangnya kepada pejabat
lainnya untuk membantu melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan hukum dan kebijakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pengertian Tanah dan Hak Atas Tanah
Tanah adalah sumber daya alam dan sumber hidup serta kehidupan kini maupun di masa datang.
10
10
Rinto Manulang, Segala Hal tentang Tanah, Rumah dan Perizinannya, Jakarta, Buku Pintar, 2011, hal. 6.
Dalam hukum tanah kata sebutan “tanah” dipakai dalam arti yuridis, sebagai suatu pengertian yang telah diberi batasan sesuai oleh
UUPA. Dalam Pasal 4 ayat 1 dinyatakan, bahwa : Atas dasar hak menguasai dari Negara .... ditentukan adanya macam-
macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang
terbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.
11
Pasal 4 ayat 2 menyatakan hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu permukaan bumi yang
bersangkutan, yang disebut “tanah”, tetapi juga tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya.
12
Dengan demikian pengertian “tanah” meliputi permukaan bumi yang ada di daratan dan permukaan bumi yang berada
di bawah air, termasuk air laut.
13
Penggunaan tanah haruslah disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari haknya, hingga memberikan manfaat baik bagi kesajahteraan dan kebahagiaan
yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Hak atas tanah tersebut dibedakan pada jenis pemanfaatannya dan pada pribadi-pribadi
hukum yang akan menjadi pemiliknya.
14
a. Hak Milik adalah hak hak yang terpenuh dan terkuat serta bersifat turun temurun, yang hanya diberikan kepada warga negara Indonesia, dengan
pengecualian badan-badan hukum tertentu, yang pemanfaatannya dapat Hak-hak atas tanah berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat 1 UUPA adalah meliputi :
Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa,
Hak Membuka Tanah, Hak Memungut
Hasil Hutan,
dan h
ak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan undang-undang.
11
Boedi Harsono, Op.Cit, hal. 18
12
Ibid. hal. 18
13
Ibid. Hal. 7
14
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak-Hak Atas Tanah, Jakarta, Kencana, 2007, hal. 24
Universitas Sumatera Utara
disesuaikan dengan peruntukan tanahnya diwilayah di mana tanah terletak. Pengecualian bagi badan hukum yang dapat diberikan status hak milik
adalah badan hukum yang ditentukan dalam PP Nomor 38 Tahun 1963, yang terdiri dari bank-bank yang didirikan oleh negara, Koperasi Pertanian
yang didirikan berdasarkan UU Nomor 79 Tahun 1958, badan-badan keagamaan, dan badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri
Pertanian.
15
c.
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan
jangka waktu paling lama 30 tahun dan atas permintaan pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya,
Meskipun hak milik memberikan kekuasaan penuh bagi pemanfaatannya, namun hak ini tetap dibatasi fungsi sosial sebagai
jaminan pemerataan kesejahteraan umum. b. Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara, dalam jangka waktu 25 tahun atau 35 tahun bagi perusahaan yang membutuhkan waktu lebih lama dan dapat diperpanjang
dengan waktu paling lama 25 tahun atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus
memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang baik. Hak guna usaha diberikan pada perusahaan yang bergerak di bidang
pertanian, perikanan atau peternakan.
15
Ibid, hal. 25 dan 32.
Universitas Sumatera Utara
jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun.
d. Hak pakai adalah hak untuk menggunakan danatau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain,
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam
perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan
dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini.
4. Pengertian Administrasi Pertanahan
Kata administrasi berasal dari bahasa latin administrare yang berarti to manage mengurus, mengatur, melaksanakan, mengelola. Derivasinya antara lain
menjadi administratio yang berarti besturing atau pemerintahan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, administrasi diartikan sebagai; 1 usaha dan
kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi; 2 usaha dan kegiatan yang berkaitan
dengan penyelenggaran kebijaksanaan serta mencapai tujuan; 3 kegiatan yang penyelenggaraan pemerintahan; 4 kegiatan kantor dan tata usaha.
16
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan diatas, maka pengertian administrasi pertanahan dapat dinyatakan sebagai usaha dan kegiatan yang
berkaitan dengan penyelenggaran kebijaksanaan menyangkut segala sesuatu yang
16
Ridwan HR, Op.Cit, hal. 25
Universitas Sumatera Utara
berkenaan dengan tanah dan hak-hak atas tanah dengan tujuan untuk menjamian kepastian hukum dan tertib pertanahan.
Administrasi pertanahan erat kaitannya dengan kegiatan pendaftaran tanah. Berdasarkan Pasal 19 ayat 2 UUPA, terdapat tugas-tugas pendaftaran tanah yang
merupakan tugas administratif dan tugas teknis. Tugas administratif adalah yang menyangkut pembukuan tanah, pendaftaran hak-hak atas tanah, pendaftaran
peralihan dan pemberian surat tanda bukti hak. Sedangkan tugas teknis adalah terdiri dari pengukuran dan pemetaan.
17
Manurut ketentuan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa yang terkait segi administratif disebutkan adalah data
yuridis, sedangkan segi teknis adalah data fisik. Data yuridis maksudnya adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang
didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. Bila dinyatakan sebagai status hukum bidang tanah yang terdafta,
berarti terdapat bukti yang menunjukkan adanya hubungan hukum antara orang dengan tanahnya. Adanya bukti hubungan hukum tersebut kemudian diformalkan
melalui kegiatan pendaftaran tanah.
18
Kegiatan pendaftaran tanah yang memformalkan pemilikan tanah baik berdasarkan bukti-bukti pemilikan maupun penguasaan atas tanah selain
menyangkut aspek yuridis dan aspek teknis, juga pelaksanaan pendaftaran tanah terkait dengan tugas-tugas keadministrasian. Dengan kata lain dalam kegiatan
pendaftaran tanah terdapat tugas-tugas penata-usahaan, seperti dalam hal
17
M. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, I, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung, Mandar Maju, 2010, hal. 208.
18
Ibid, hal. 208.
Universitas Sumatera Utara
penetapan hak atas tanah dan pendaftaran peralihan hak tanah. Bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan yang menyangkut aspek yuridis atau pengumpulan data
yuridis sampai kepada penerbitan buku tanah, sertipikat dan daftar umum lainnya serta pencatatan perubahan di kemudian hari hampir seluruhnya menyangkut
tugas-tugas administrasi.
19
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu autos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti peraturan. Oleh karena itu, secara harfiah otonomi berarti
peraturan sendiri atau undang-undang sendiri, yang selanjutnya berkembang menjadi pemerintah sendiri.
5. Pengertian Otonomi Daerah
20
Pengertian otonomi daerah menurut Fernandes adalah pemberian hak, wewenang dan kewajiban kepada daerah yang memungkinkan daerah tersebut
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.
21
Otonomi daerah adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
22
Pasal 1 angka 5 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
19
Ibid, hal. 209.
20
Dharma Setyawan Salam, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya, Djambatan, Jakarta, 2003, hal. 81.
21
Ibid, hal. 82.
22
Ibid, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pengertian daerah otonom berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pengertian Perumahan
Pengertian rumah dan perumahan berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 dan 7 UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
menyatakan bahwa : 2 Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
7 Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Pasal 19 UU Nomr 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman menyatakan bahwa penyelenggaraan rumah dan perumahan bertujuan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia
bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Universitas Sumatera Utara
b. Menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, danatau
memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Pasal 20 UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyatakan bahwa penyelenggaraan perumahan meliputi
perencanaan perumahan, pembangunan perumahan, pemanfaatan perumahan, dan pengendalian perumahan. Perencanaan dan perancangan rumah sebagai tahap
awal dari penyelenggaraan perumahan harus memenuhi persyaratan teknis, administratif, tata ruang, dan ekologis.
F. Metode Penelitian
Penelitian yang ditetapkan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif ini mengkaji hukum untuk
memberikan gambaran mengenai norma dan kondisi penerapan hukumnya. Penelitian ini dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka serta penelusuran
peraturan perundang-undangan serta penelitian lapangan sebagai penunjang. 1. Sumber dan Pengumpulan Data
Sumber data adalah tempat diketemukannya data. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian hukum normatif ini adalah sumber data sekunder,
yaitu menggunakan bahan-bahan kepustakaan yang dapat berupa peraturan perundangan, dokumen, buku-buku, makalah, dan literatur yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian hukum ini meliputi :
a. Bahan Hukum Primer
Universitas Sumatera Utara
Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah norma atau kaidah dasar dalam hukum di Indonesia dan beberapa peraturan perundang-
undangan yang berlaku. b.
Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer sehingga dapat membantu memahami dan menganalisis bahan hukum primer, yaitu buku-buku, literatur-literatur,
atau dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. c.
Bahan Hukum Tertier Bahan hukum tertier, adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia dan bahan-bahan dari internet yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat
penting dalam penulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan cara mengumpulkan peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, data-data dan literatur lainnya yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan. Selain itu juga dilakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan keterangan dan data-data guna melengkapi pembahasan bahan-
bahan kepustakaan.
Universitas Sumatera Utara
G. Sistematika Penulisan